Mohon tunggu...
Jasmin Stg
Jasmin Stg Mohon Tunggu... Administrasi - Anak ke-1 dari delapan bersaudara. Anak dari Manat Stg. Lahir saat peristiwa gejolak politik di Indonesia. Hidup mengikuti perkembangan zaman dan terus belajar sesuai zaman.

Memaknai setiap peristiwa.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Budidaya Lele, Gagal!

14 Desember 2022   20:37 Diperbarui: 14 Desember 2022   20:59 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budi daya lele salah satu pilihan kegiatan menyenangkan dan menambah penghasilan. Lele menjadi salah satu alternatif pilihan konsumen untuk memenuhi kebutuhan protein. Kegiatan budidaya lele juga sarana melatih diri untuk menjalin relasi dengan sesama penggemar lele dan pedagang.

Mengenal Sekitar dengan Mengenderai  Motor

Sore itu, minggu pertama bulan Januari 2022  kutelusuri jalan-jalan  di sekitar Kampung Cikuda dan Desa Mekarwangi. Kegiatan seperti ini sering  kulakukan saat senggang. Kuhidupkan motor tua  berwarna biru silver. Motor ini  adalah milik adik iparku, Charly Sipahutar. Ia menawarkannya kepadaku. Aku  yakin membelinya karena adekku Lesrida, istrinya  menceritakan  sejarah membeli motor itu.   Saat mereka mereka membeli  motor ada  "memori" doa  almarhumah ibu yang kami sayangi ada pada motor itu.  Aku berketetapan  hati,  motor itu memberi nilai lebih bagiku.  Aku membayar 4 jutaan dengan cara mencicil pada tahun 2017  yang lalu. 

Sekitar jam 4 sore aku  berangkat. Udara segar dan banyaknya pepohonan rindang menjadi teman yang  menyengkan selama  perjalananku.  Sembari  menelesuri jalan  sekali-kali  kulayangkan pandangan ke kiri kanan. Aku menyaksikan hamparan kebun singkong, pisang, jagung yang luas.  Saya mendapat  keterangan  dari  almarhum Pak Ihud, salah satu warga  bahwa  tanaman itu  milik warga sekitar, mereka hanya penggarap. Pemilik tanah tinggal di Jakarta.  Ya,  hanya pemilik modal besar yang memiliki tanah luas di pinggiran kota Metropolitan, katanya. Ada makna hanya pemilik modal besar yang  memiliki lahan luas.

Saat menelusuri jalan di sekitar Kampung Kandang, Mekarsari,  aku melihat  tulisan "Dijual Bibit Lele Sangkuring." Rasa ingin tahu menuntunku mengikuti gang kecil dan bertemu dengan deretan kolam ikan permanen, dekat dengan Danau Mekarwangi, Cisauk, Tangerang.  

" Assalam mulaikum" sapaku.

"Waalaikum salam, sahutnya.  Saya Puji, tambahnya memperkenalkan diri dengan santun".                      

 "Apakah benar, Bapak menjual bibit  lele? Berapa harga per ekor?" tanyaku.

"Ya, benar.  Saya jual  400 rupiah per ekor. Ukuran ikan  6-7 cm", jawabnya.

Hasil penelusuranku di google.com  bahwa harga bibit lele berkisar antara 250 hingga 400 rupiah per ekor di sekitar Jabodetabek.  Harga itu tergantung jenis lele.

"Saya jamin bibi lelet bagus. Saya akan tambahkan sekitar 50 ekor sebagai cadangan. Bapak terima ditempat", katanya meyakinkanku.

Bapak  ini  benar-benar penjual, pikirku. Tutur katanya menyakinkan.

"Budi daya lele mengasyikkan. Pembesarannya   sekitar tiga bulan. Hasilnya menjanjikan" tegasnya.

Hasil pengamatanku, ia merawat kolamnya dengan baik. Ikan-ikan kecil  bergerak dengan lincah. Aku memutuskan memesan bibit sebanyak 1000  ekor.

Pak Puji berasal dari Jawa Tengah.  Sebelum menekuni budi daya lele, ia  bekerja sebagai tukang bangunan.  Ia memiliki  empat kolam khusus penetasan, letaknya 100 meter dari Danau Mekarwangi. Dua kolam khusus indukan. Ia juga memiliki satu kolam ikan gurame campur  ikan mas.  Dan kira-kira 300 meter ke arah timur  adeknya juga memiliki kolam lele. 

Senin pagi  10 Januari 2022 kami  membawa bibit lele  ke arah Desa Mekarsari di daerah Rumpin. Jarak tempuh sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor. Aku  menabur lele sebanyak 1050 ekor di kolam darat, di bawah kandang ayam. Ukuran kolam  panjang 3 m, lebar 1,5 meter dan dalam 70 centimeter. 

" Aku akan panen  sekitar awal Mei 2022" demikian harapanku.

 

Panen Lele Gagal 

Dua minggu pertama aku memberi pakan pabrikan ukuran 2 mm. Setiap hari aku memberi makan dua kali sehari.  Dalam pemberian pakan tiap hari,   aku dibantu pak Maman. Kupesankan kepada pak Maman agar  memberi  pakan setiap pagi dan sore hari.  Selain pakan pabrikan kami juga memberikan pakan tambahan berupa daun pepaya dan daun ubi.

Di minggu pertama hingga minggu kedua banyak ikan mati.

Atas saran pak Puji, kami mencacah daun tua pepaya jantan dan menaburkannya di kolam.

"Daun pepaya memperbaiki kualitas air sehingga kualitas  air lebih baik",  sarannya.

Pada bulan pertama kami menyaksikan air kolam mulai memerah. Kemungkinan air berubah warna  karena  kotoran ayam saat malam hari dan  kolam kurang mendapat cahaya sehingga  terjadi sedimentasi,  sisa makanan menumpuk di dasar kolam. 

Pada bulan kedua kami melakukan penyortiran. Belakangan kami sadari tindakan ini salah. Kegiatan menyortir seharusnya kami lakukan pada minggu ketiga atau minggu keempat. Alasan utama harus melakukan penyortiran di minggu ketiga adalah untuk menghindari kanibalisme. Pada proses pembesaran,  beberapa ikan potensial cepat besar dan ikan lain tetap kecil.  Hal yang tidak diharapkan adalah ikan besar makan ikan kecil.  Dan terbukti,  pada saat  penyortiran terdapat puluhan ikan tumbuh sangat besar. Ikan tinggal sekitar 400 ekor.

"Ikan besar ini pasti makan ikan yang kecil", kata pak Maman dengan perasaan kecewa.

"Kaniballisme", sahutku memperkuat pernyataan kecewanya.

Dokpri
Dokpri

"Aneh,  ya. Kita tabur 1050 kok tinggal sekitar 400.   Pertumbuhan ikan pun tidak sama. Ada ikan yang ukurannya  sedang dan juga ukuran kecil. Ini pengalaman yang sangat berharga", imbuhku kepada pak Maman.

Perasaan  kecewa  tidak bisa kami sembunyikan. Aku mulai terdiam memikirkannya. Pak Maman pun demikian. Harapan,  seharusnya kami sudah bisa menikmati hasil keringat. Pak Maman sangat mengharapkan  penjualan lele untuk  uang sekolah  anaknya.   

Aku menyadari  bahwa  pengetahuanku  untuk budi daya lele masih sangat kurang. Kegagalan ini memunculkan motivasi baru bagiku. Aku mengajak  pak Maman untuk untuk belajar  agar lebih mengerti cara-cara memelihara lele. Aku cari informasi  tentang budi daya lele  dari youtube, google, dan  bertanya langsung  kepada pembudidaya lele.  

Keinginan untuk lebih fokus pada lele, pada bulan Februari akhir aku membuat kolam permanen. Pada  Maret  awal  2022 aku menabur benih lele 10.000 ekor harga 400 rupiah per ekor.  Pada bulan Maret akhir kutabur lagi sebanyak 3.000 ekor, harga 350  per ekor. Biaya yang kukeluarkan hampir 12 juta rupiah untuk pembuatan kolam dan bibit lele.

"Dalam tiga bulan kita akan panen. Semoga kita mendapat untung", ungkapku ke pak Maman. Kami  membangun mimpi. Wajar kan?

Minggu ketiga  bulan Mei  2022 saya mulai kesulitan membeli pakan karena harga pakan pabrikan naik. Katanya,   disebabkan  bahan baku pakan melonjak tinggi. Banyak pengusaha ayam pedaging dan lele yang mengandalkan pakan pabrikan keteteran.

Sejak saat itu, saya menyiasati dengan memberi pakan alternatif. Pemberian pakan pabrikan saya selingi dengan  tiren dan sayur-sayuran. Saya mengeluarkan biaya  sekitar  200 ribu rupiah untuk  membeli pakan setiap bulan.  Ketahuan, minim modal ya.

Selain itu, setiap sore saya usahakan memberi daun pepaya, daun ubi, daun kelor.  Daun pepaya kuminta dari tetangga. Daun ubi kupetik  dari pekerangan sendiri. Dan daun kelor kuambil dari garapan, milik teman. Biasanya daun kelor  banyak tumbuh di kebun karena digunakan sebagai batas kepemilikan tanah dengan tanah orang lain. Dedaunan itu kuberikan dengan harapan ikan-ikan bertumbuh dengan baik.

Dokpri
Dokpri

 Aku juga   mencari ayam tiren.  Kusempatkan  menemui peternak ayam pedaging dan ayam petelor.  Puji Tuhan, kadang-kadang aku  mendapatnya. Rasanya senang sekali saat membawa tiren!

Ayam kubakar agar bulunya bersih. Saat proses pembakaran aromanya  merebak ke sekeliling. Untungnya, kandang jauh jaraknya dengan rumah peduduk sehingga tidak terganggu. Setelah semua bulu habis terbakar, aku memberi ke lele. Ayam yang sudah kubakar kugantung dengan menggunakan tali rafia. Posisi ayam sedikit menggantung di permukaan air. Segera ikan-ikan berpesta pora. Percikan air kolam seringkali mengenai mulut dan hidung. Ada sensasi yang menyenangkan saat ribuan ikan berebutan makan.

Seiring perjalanan waktu, aku semakin kewalahan memenuhi makanan lele. Ayam tiren semakin sulit kuperoleh. Harga pakan tetap mahal. Aku lebih banyak memberi sayur-sayuran dan pakan pabrikan sekedarnya. Pertumbuhan ikan sangat lambat. Aku semakin tidak bergairah. Saat kulakukan penyortiran, aku mendapat  3 hingga 4 ekor ikan yang pertumbuhannya sangat besar sementara ikan lain ada yang masih kecil. Ikan besar memakan ikan-ikan kecil karena kekurangan makanan. Terjadi kanibalisme.

Di kalangan petani ikan pertumbuhan ikan seperti ini sering disebut bantet, ikan tidak  bertumbuh, tetap kecil.  Ikan yang sudah besar kujual secara ketengan kepada teman-teman dan pedagang sayur. Uang yang kudapatkan cukup membeli pakan. Namun  setelah kupertimbangkan secara matang, kuputuskan untuk menjual seluruh ikan dengan harga yang murah. Rencana berikut adalah membeli bibit ikan nila atau gurame, katanya perawatannya lebih mudah. Hal yang pasti aku harus mempertimbangkan  dengan kemampuanku. Usaha yang sungguh-sungguh pasti akan memperoleh hasil yang optimal.

 

Pembelajaran Hidup

Beberapa point pentig yang menjadi pelajaran berharga bagiku yaitu

  • Miliki pengetahuan yang lengkap sebelum memulai usaha budi daya lele. Pelajari kehidupan lele dengan benar.
  • Bertanyalah kepada peternak lele yang sudah berpengalaman.
  • Pikirkan dengan matang kemampuan modal untuk memulai usaha budi daya lele.
  • Pikirkan kolam dan ukuran kolam untuk pertumbuhan ikan, apakah kolam permanen, terpal, atau tanah.
  • Lakukan survey harga ikan lele di pasar  dan  juga harga  pakan  ikan.
  • Dan paling penting bangkit  dan mulai lagi.  

                                                                                                                                                                                                                              Kadusirung 1412'22

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun