Bulan pertama menjadi warga perumahan, saya sempat  menyaksikan beberapa anak melempari rumah menggunkan  batu. Tindakan anak-anak itu mempercepat rumah hancur.
Jujur saya merasa sedih dan marah. Beberapa kali saya menegur keras anak-anak. Saya melihat, ada orang dewasa membiarkan perberbuatan itu. Destruktif, terjadi pembiaran. Saya tidak tahu persis apa latarbelakang  anak-anak melakukan tindakan itu. Sejauh mata memandang,  semua rumah kosong dan tidak memiliki pintu. Semakin mendekati rumah maka semakin jelas bahwa jendela, nako, asbes, dan kabel listrik tak bersisa. Infromasi yang terdengar,  semua  barang itu telah berpindah tangan. Sekilas muncul pertanyaan, apakah karena saat itu  krisis ekonomi?   Insting bertahan hidup? Memang, pencurian akan terjadi karena ada kesempatan atau peluang.
Sesaat nalarku bertanya, apa yang dilakukan pengembang untuk menjaga asset  yang nilainya milyaran itu?  Apakah pengembang  membiarkan  pencurian  terjadi? Nggak tahulah. Itu urusan pemilik. Hati kecilku terusik, mengapa semua rumah hancur? Pada waktu yang sama, mungkin ribuan penduduk di sekitar Tangerang tidak memiliki rumah.  Banyak warga beratapkan langit dan beralaskan tanah. Sementara itu, banyak rumah yang hancur.
Relokasi Warga Griya Parahita
Sejak awal tahun 2020 penghuni Parahita dari blok  belakang,  banyak yang pindah ke Blok A dan B.  Informasi yang saya dapat dari warga, mereka pindah karena Mitsubishi Land akan membangun perumahan baru. Warga yang mau tukar tambah, mendapat rumah di blok A atau blok B serta mendapat  biaya renovasi. Sejak saat itu, warga di blok A dan B  bertambah pesat. Pertumbuhan penduduk yang pesat berdampak pada aspek kehidupan warga.  Salah satu kebutuhan adalah  pengakuan dan  rasa aman. Pada bulan Maret 2020 sebagian besar warga menyepakati  ada pengurus. Sejak saat itu terbentuk Paguyuban Griya Parahita. Â
Warga memiliki wadah untuk menjalin relasi yang lebih intens. Warga membentuk ronda untuk menjaga keamanan. Pengurus membentuk kelompok ronda  malam. Warga juga melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan. Secara  berkala pengurus inti paguyuban merencanakan dan mengevaluasi program. Dalam satu tahun mulai terasa persaudaraan terjalin dengan baik.
Perayaan HUT RI di Griya Parahita.
Mei 2020 Pemuda Griya Parahita menggerakkan  kegiatan perayaan Kemerdekaan Indonesia ke 75. Warga diajak untuk berpartisipasi dalam beberbagai lomba. Hampir semua warga terlibat. Suasana persatuaan sangat terasa. Saat puncak acara Kepala Desa Kadisirung hadir. Ia sangat terkesan dengan penerapan protokol kesehatan. Setiap warga yang memasuk lokasi acara wajib menerapkan 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak selama acara berlangsung. Dan setiap tamu yang menggunakan kendaraan wajib mematuhi arahan panitia. Kerja sama antar panitia dan warga sangat bagus. Kerja sama menjadi point penting yang disampaikan oleh Pak Nursyamsu saat menyampaikan sambutan di panggung.Â
Proses pembentukan RT 05/RW 01 Griya Parahita berlangsung cepat. Warga sangat menginginkan  independen dalam menentukan hal-hal penting, khususnya keamanan Parahita.  Warga  sangat mengharapkan  agar Parahita memiliki kewibawaan untuk menentukan kemajuan sendiri. Hal itu hanya bisa dilakukan bila memiliki landasan aturan yang jelas. Pengurus Paguyuban mendorong agar seluruh warga bahu membahu mewujudkan RT baru. Panitia kecil pun dibentuk. Pengurus Paguyuban  bekerja sama dengan Bapak Hengky menjalin komunikasi intens dengan Kepala Desa.