Mohon tunggu...
Amal Alghozali
Amal Alghozali Mohon Tunggu... -

Seorang pengusaha dan pelatih bisnis. Peraih penghargaan Outstanding Asia Pacific Entrepreneurship Award 2009 yang menggeluti bisnis pupuk organik cair berbasis bioteknologi ramah lingkungan dengan merk Agrobost ini, selain aktif memberikan pelatihan bisnis dan pemasaran, juga memiliki minat tinggi serta pengalaman praktis sebagai seorang konsultan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Pemasaran Politik Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng:"Antara Inspirasi dan Mobilisasi"

18 April 2010   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih menarik mencermati perkembangan persaingan antara dua kandidat ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng. Saya tetap fokus memperhatikan gaya pemasaran politik masing-masing kandidat.

Tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat prediksi tentang siapa yang akan memenangkan pemilihan dan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada Musyawarah Nasional bulan Mei Mendatang. Ini hanyalah ulasan mengenai persaingan strategi pemasaran.
Ada kutup ekstrim dari kedua tokoh ini.

Kita masih ingat bagaimana Andi Mallarangeng yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga mendeklarasikan pencalonannya. Tim sukses Andi benar-benar mengorganisir dan mengemas acara itu layaknya peluncuran sebuah produk baru, peluncuran brand atau merk baru dari sebuah korporasi besar yang bernama Partai Demokrat.
Segala atribut dan tag line, management panggung acara, bahkan sampai tokoh publik  yang dimaksudkan sebagai endorser bagi kemunculan produk (sang calon ketua umum) dipersiapkan dengan baik. Program branding ini tampak, terdengar dan terasa, bahkan diketahui oleh publik sebagai model pemasaran politik yang sangat modern. Dan untuk memperkuat "legitimasi" produk, beberapa menteri kabinet pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tampak kompak hadir. Bukan hanya itu, Edi Baskoro, putra presiden yang duduk di DPR RI pun menjadi salah satu anggota pengumpul suara,  alias "salesman" untuk Andi.

Beberapa hari lalu saya sempat membaca sebuah berita di media online. Semoga yang saya baca adalah informasi yang benar. Intinya, dalam berita itu, Edi Baskoro atau Ibas diberitakan memanggil para ketua cabang Partai Demokrat se Jawa Timur. Dikatakan, tokoh partai Demokrat yang berasal dari Jawa Timur bukan hanya Anas Urbaningrum. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat juga berasal dari Jawa Timur.

Semua yang dilihat, didengar, dirasakan dan diketahui oleh masyarakat tentang pola pemasaran politik Andi Mallarangeng, telah membentuk persepsi yang kuat bahwa Andi Mallarangeng bersama tim suksesnya memiliki kemampuan memobilisasi semua sumberdaya yang ada secara massif.

Persepsi ini bisa berakibat sangat negatif jika tidak segera dilakukan klarifikasi dan repositioning. Mengapa? Karena pola pemasaran dan komunikasi politik yang dijalankan selama ini
telah mencitrakan sosok Andi Mallarangeng adalah figur yang memiliki sifat ingin significant dalam kelompoknya. Seseorang yang memiliki karakter tersebut, biasanya cenderung ingin memobilisasi segala sumberdaya untuk mendapatkan pengakuan.

Bagaimana dengan Anas Urbaningrum? Menurut laporan media massa, tidak satupun menteri yang berasal dari Partai Demokrat menghadiri deklarasi pencalonannya di Jakarta 15 April lalu. Meski demikian, tercatat 391 ketua cabang (tingkat kabupaten/kota madya) dan ketua pengurus daerah (tingkat propinsi) menghadiri acara tersebut sekaligus menyampaikan dukungan.

Saya tidak berani menyimpulkan, apakah fakta-fakta ini semua akan berujung kepada kemenangan Anas Urbaningrum? Ataukah akan terjadi perubahan hebat menjelang hari H pemungutan suara? Sungguh saya tidak punya perkiraan.

Artikel ini hanya memberikan pemahaman bahwa, membangun basis dukungan bisa dilakukan tanpa harus menghabiskan sumber daya dan energi yang besar dan mahal. Membangun dukungan bisa dilakukan tanpa harus mewajibkan. Membangun dukungan ternyata bisa dilakukan dengan memberikan inspirasi.

Ketika masyarakan memiliki persepsi bahwa seseorang bisa menjadi inspirasi, bisa menjadi panutan, dan dia mau banyak mendengarkan dan merasakan,  maka partisipasi dan dukungan akan mengalir dengan sendirinya.

Kita tunggu lagi perkembangannya di hari-hari kedepan.

Salam hangat,

Amal Alghozali, Nusa Dua, Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun