Para calon korban itu karena kebodohannya, tidak mempunyai nalar, seberapa banyak bidadari yang bersedia menyambut mereka. Mereka itu seharusnya bernalar, bahwa jumlah bidadari itu terbatas dan sudah sangat banyak yang harus menjemput dan mendampingi mereka-mereka yang tewas (sesuai yang diyakini mereka) melakukan teror yang dilakukan di negara-negara Timur Tengah dan bagian dunia lainnya.Â
Belum lagi yang mendampingi jutaan arwah orang-orang  yang telah berbuat baik dan taat beragama sewaktu hidupnya di dunia. Jadi, para calon pembom bunuh diri itu usai raganya berserakan arwahnya masih berharap dijemput bidadari?
Padahal, sebagaimana pendapat para ulama agama yang baik, tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan kekerasan. Apalagi teror. Jadi pada dasarnya, kalau ingin cepat mati jangan bunuh diri menteror bangsa dan negaranya sendiri. Perbuatan dosa oleh agamanya), tetapi bersiap diri mati menerima tembakan dalam perkelahian atau didepan regu tembak mengeksekusi hukumannya.Â
Menanggapi sikap demikian, Badan dan Kesatuan yang tersebutkan tadi harus siap bertindak tegas. Artinya, siap tempur. Sementara itu, Komnas HAM atau Lembaga/Organisasi sejenis itu, jangan sedikit-sedikit menyatakan tindakan Kesatuan-kesatuan demikian melanggar HAM. Pada hal mereka sendiri tak mampu mengatasi ide dan tindakan terorisme yang merugikan Negara dan Bangsa kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H