Bersyukur adanya kepedulian para sejarawan Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Negeri Surabaya dan Lembaga Kepurbakalaan Ditjen Kebudayaan di Trowulan.
Sebaliknya, lewat media instagram bermunculan semangat membesarkan kembali citra Majapahit. Banyak kegembiraan mereka bila terjadi penemuan baru situs kerajaan itu.
Apakah situs-situs dari candi hingga makam yang ditemukan sejak era Hindia Belanda cuma seluas itu lokasi istana? Di Museum kecil Trowulan pun tidak terdapat jawabannya. Â Â Â
Kemendikbud dalam wacana Harkitnas 2020 ini bisa kiranya menetapkan memperluas penelitian situs Majapahit. Sekurang-kurangnya luas keraton dan ibukota itu.Â
Memang 95 persen  sudah menjadi pemukiman, persawahan, perladangan rakyat. Namun penelitian untuk pemindaian/pencitraan obyek dalam tanah dengan drone dan Lidar (light detection and ranging) yang bisa disewa dari lembaga/universitas luarnegeri atau beli sendiri.Â
Kalau perlu mengajak pakar luar negeri dan fokus pada keluasan batas keraton dan ibukota sekeliling kecamatan Trowulan, Brangkal, Bangsal, Puri, Pacet  (kabupaten Mojokerto) dan Mojoagung, Sumobito (kab. Jombang).Â
Terlebih lagi apabila Kemendikbud meneliti bentuk bangunan keraton dan sekitarnya dan membangun maket besar untuk bisa disaksikan pengunjung dalam maupun luar negeri tentang kebesaran Majapahit (1293-1478) sebagai kerajaan Nusantara yang pertama dan terakhir dibumi kita. Selain sebagai materi pendidikan dan kesejarahan, juga menanamkan rasa bangga kebangsaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H