Mohon tunggu...
Ama Kewaman
Ama Kewaman Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Lahir di Lembata, NTT, pulau terpencil bagai kepingan surga di bumi pada awal oktober 1994. Sekarang mengembara dalam jejak-jeak rantau.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Ama Kewaman: Piluh

12 Oktober 2022   09:50 Diperbarui: 12 Oktober 2022   10:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PILUH

Oleh: Ama Kewaman


Sejenak pada perhentian yang paling lelah
Engjau datang padaku dalam rupa ranum senja
dan bias purnama mencekam duka
aku terpaku memangku harap

burung-burung melagukan sunyi
awan berarak menghampar sepih
dedaunan menguning dan jatuh terperangah
sebab cinta telah rampung dengan derita

kidung kemenangan dicekam musibah
dengan nada-nada piano dan kecapai yang tak lagi merdu
tapi madah kemuliaan berkumandang dengan iringan air mata
"Hendaklah bukakan pintu dan jamulah aku."

(Lembata, April 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun