Mohon tunggu...
Aprillia Amail
Aprillia Amail Mohon Tunggu... -

Alhamdulillah,,, Saya berterimakasih pada Allah SWT yang telah memberi bakat seni dalam darah saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Ke-69 (Untuk Pengeran Bangsaku yang Tak Terlupakan, Ir.Soekarno)

18 Agustus 2014   18:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surabaya, 17 Agustus 2014

Selamat Ulang Tahun, Indonesia.

Selamat Pagi, Ibu Pertiwi.

Selamat Pagi, Pangeran Bangsaku. Bagiamana kabar anda? Saya berharap semoga anda turut merasakan kebahagiaan yang saya rasakan di hari kemerdekaan ini, meskipun kita telah menapak di alam yang berbeda. Semoga Tuhan selalu melindungi anda di alam sana.

Puji syukur saya hanturkan kepada Tuhan Tang Maha Tunggal, karena berkat limpahan rahmat-Nya hari ini saya masih diberi kesempatan untuk membuat sejumlah harapan di ulang tahun Negara-ku tercinta yang ke-69. Berkat rahmat-Nya jua, tahun ini saya mendapat kesempatan menulis sepucuk surat pada anda – Pangeran Bangsaku gagah berani, Ir.Soekarno. Ketika menulis surat ini saya membayangkan seolah tahun ini giliran saya yang diberi mandat besar untuk menulis surat ke-69 untuk anda.

Pertama, saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Aprillia Amail. Anak seorang tukang bangunan dari sebuah keluarga yang sederhana. Saya kini tinggal di kota Pahlawan untuk mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga– sebuah universitas yang namanya anda sahkan di tahun 1954. Alhamdulillah, melalui beasiswa Bidik Misi dari DIKTI, saya diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi oleh Tuhan Yang Maha Penyayang. Saya diberi kesempatan untuk berjuang membanggakan Indonesia layaknya anda – idola saya – dan para pejuang terdahulu.

Pangeran Bangsaku, menyaksikan suasana perayaan hari kemerdekaan pagi ini seolah mengajak saya bernostalgia pada suatu momentum bersejarah 69 tahun lalu dimana rakyat Indonesia akhirnya menghirup aroma kebebasan dan merasakan euforia dahsyat yang terpendam selama ratusan tahun, dan dimana sosok anda yang gagah berani itu menjadi semakin disegani oleh rakyat dan seluruh dunia setelah memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan tegas dan lantang. Pantas saja bila hingga kini anda menjadi sosok yang amat legendaris bagi kami – bangsa Indonesia. Jika berbicara mengenai anda, kita tak henti-hentinya kagum dan bangga akan berbagai kisah heroik anda dalam memperjuangkan kedaulatan republik ini, meski berbagai kisah sedih seperti pengasingan dan penagkapan sempat mewarnai kisah heroic yang anda alami.

Pertama kali saya melihat sosok anda ketika kakek – seorang veteran – memasang foto anda di ruang tamu. Jujur, anda begitu tampan dan berkarisma. Karisma anda yang tinggi tak pernah lepas dari kisah hidup anda yang selama ini hanya dapat saya saksikan melalui film-film sejarah Indonesia dan berbagai buku sejarah yang saya baca sepanjang mengenyam pendidikan dari SD hingga SMA. Dari kisah-kisah itu, saya dapat menyimpulkan bahwa anda adalah presiden pertama Republik Indonesia yang memiliki karisma tinggi dan berbagai talenta luar biasa yang patut diakui, terutama talenta berpolitik dan seni.

17 Agustus 1945 tak akan menjadi hari kemerdekaan kita dan tak akan kita rayakan tiap tahunnya bila saat itu anda tak mengambil keputusan untuk memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di rumah Laksamana Muda Maeda. Mungkin hari ini tak akan ada upacara peringatan hari kemerdekaan di tiap sudut tempat di Indonesia, dan mungkin pula acara jalan sehat yangdigelar tiap17 Agustus di kampong saya tak pernah ada bila anda tak berani mengambil langkah tegas yang diusulkan para cendekiawan muda 69 tahun lalu. Pangeran Bangsaku, jasamu pada negeri ini tak akan terkikis sampai kapanpun.

Pangeran Bangsaku, bila saja saat ini kita berpijak pada dunia yang sama dan sama-sama menatap nusantara, maka apa yang akan anda katakan tentang negeri kita? Aku tak bisa menafsirkan. Negeri kita memang jauh lebih baik dari pertama kali ketika Indonesia merdeka. Namun bila aku boleh sok tahu tentang apa yang akan anda katakan, mungkin kita berdua – juga seluruh bangsa Indonesia – akan mengatakan hal yang sama, yakni,

“Semoga Indonesia kelak menjadi negeri yang sepenuhnya merdeka. Semoga seluruh anak ibu pertiwi mendapatkan hak pendidikan, ekonomi, social politik, dan keamanan seutuhnya. Semoga supremasi hukum di negeri dengan tingkat korupsi tinggi ini dapat ditegakkan sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang murni dan konsekuen. Semoga pemimpin yang baru bisa memperbaiki kesejahteraan bangsa dari segala aspek. Semoga moral bangsa Indonesia tetap mengacu karakter asli bangsa Indonesia. Semoga kita tetap satu, Indonesia”

Cukup sekian yang bisa saya sampaikan, Pangeran Bangsaku. Semoga Tuhan selalu mencintai anda. Aamiin. Dan semoga Tuhan memberi penggemar berat anda ini kesempatan untuk meneruskan perjuangan anda dalam membangun bangsa.

Aprillia Amail

Ksatria Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun