Alya, anak kecil berusia 7 tahun, yang baru saja pindah ke rumah baru di pinggiran kota bersama keluarganya. Rumah itu dikelilingi oleh hutan yang lebat dan misterius.Suatu hari, saat dirinya sedang bermain di halaman belakang, Alya melihat lorong jalan yang kecil yang tampaknya menuju ke dalam hutan. Sebagai seorang anak kecil yang memiliki rasa penasaran tinggi, ia pun mengikuti jalan setapak itu.Alya berjalan menyusuri jalan setapak, melangkah lebih dalam ke dalam hutan. Pohon-pohon besar menjulang tinggi, membuat suasana semakin gelap dan seram.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah buku tua yang  tergeletak di bawah pohon besar. Buku itu terlihat sangat kuno dengan sampul kulit yang sudah lapuk.
Dengan hati-hati, Aliya mengambil buku itu dan membuka halamannya. Di dalamnya, ada tulisan-tulisan aneh yang sulit dibaca. Namun, satu kalimat besar di tengah halaman pertama berhasil menarik perhatiannya: "Mantra-mantra Terlarang." Aliya merasa terpesona dan memutuskan untuk membawa buku itu pulang.
Malam itu, saat semua orang sudah tidur, Aliya anak kecil itu menyalakan lampu mejanya dan mulai membaca buku tersebut.
Semakin banyak dia membaca, semakin aneh dan menyeramkan suasana di sekelilingnya. Angin dingin tiba-tiba bertiup melalui jendela yang tertutup, dan bayangan aneh mulai muncul di dinding kamarnya.
Tiba-tiba, Aliya mendengar suara bisikan lembut namun jelas di telinganya.
"Bacalah mantranya, Aliya," suara itu berkata.
 Dengan tangan gemetar, Aliya membuka halaman terakhir yang berisi sebuah mantra. Tanpa sadar, dia mulai membaca mantra itu dengan suara lirih.
Begitu dia menyelesaikan mantra tersebut, lampu kamarnya berkedip dan padam. Hawa dingin menyelimuti ruangan, dan bayangan di dinding mulai bergerak dan membentuk sosok yang menyeramkan.
Sosok itu perlahan mendekat ke arah Aliya, seketika ia langsung terdiam dan membeku. Rasa ketakutan menyelimuti nya.
Sosok itu berbisik,Â
"Kau telah membebaskanku, dan sekarang aku akan tinggal bersamamu selamanya."
Aliya berteriak ketakutan dan mencoba melarikan diri, namun kakinya seolah tertancap di tempat. Sosok itu semakin dekat, dan akhirnya menyatu dengan bayangan Aliya di dinding.