Mohon tunggu...
Amad Sudarsih
Amad Sudarsih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengurus CLICK (Commuter Line Community of Kompasiana), Ketua RailSafer (Indonesian Railway Safety Care), Inisiator KOMPAK (Komunitas Pecinta Kereta Api), 2006-2015 fokus sbg jurnalis perkeretaapian, tiap hari naik KRL, tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Begitu Burukkah KRL Commuter Line Saat Ini?

9 Oktober 2015   17:04 Diperbarui: 9 Oktober 2015   17:08 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KRL Commuter Line menjadi pilihan transportasi yang cepat meskipun sesak pada jam-jam tertentu. (Foto: Amad S)

Hari ini saya sempat membaca status seorang Fesbuker di grup (tak perlu saya sebutkan nama grupnya). Dalam status yang diunggahnya, tersurat luapan emosi, “Ada ga kata yg leih biadap drpd biadap...pagi2 di press body mejret kejet2 sesek kaya gitu...KAI/KCJ itu ga punya ati yaaa...udah press body masi ditahan lama dgn sikon yg sangat hot.. Perlu kirim surat cinta ke pa'd Jonan spt nya...:((“.

Tak ayal, anggota di grup pun rame-rame mengomentarinya. Saya cuplik saja beberapa komentar dengan menyamarkan namanya.

Y: emang blm biasa kegencet2 di CL ya mbak?? tiap hari postingannya menggalau terus,,,, nikmatin aja,, namanya jg naik angkutan massal di jam sibuk.

S: Kan sdh tau klu naik KRL jam kerja pasti penuh, jgn salahkan KRL nya, klu memang mau duduk manis, enak naik taxi atau gojek atau bajai online, gitu aja kok ngelu , kita sdh 10 thn lebih naik KRL ya tetap bersyukur, walaundi rmh ada mobil bukan nyombong tapi pingin bebas dari macet walaupun sesak.

C: Kl lom ngrasain naek mbok ga usah sok suci...emang nt bisa bsyukur kl napas aja ngap2an...?? Kl penuh biasa sih gpp... Nt liat tuh jadwal di SRP udah jeda waktu lama masi pake acara 1 jadwal di BATAL kannn...toh yg ngeluh ga cuma ogut...nohhh baca atas2...om W yg master wushu aja bisa bilang gitu...apalf ogut yg cuma ece2 ga pernah olah body gmn ga megap2 ?

S : Utk ibu C : mohon maaf tp sebaiknya jangan memakai bahasa 'biadap' buu..krn kesannya KAI/KCJ sebagai operator sangat buruk sekali pelayanannya dan tidak ada kebaikannya sama sekali.

P : tenang, Pak S, di berbagai komunitas, kita akan menemui tipikal orang-orang yang kurang lebih sama, ada yang tukang atur konsumsi, ada yang suka nge-bual, ada yang sabar mendengar cerita semua orang, ada yang jago loby, ada yang suka nawarin dagangan, ada seksi repot tukang beres-beres, dan ada Mr. atau Mrs. Heboh seperti Tante C ini, yang klo susah maupun senang akan spontan men-share nya hingga semua orang tahu… saya bisa memahami bahwa sebagai “officer” Anda merasa kurang nyaman, saya juga paham bahwa tak semua orang bisa menerima style Ibu ini,saya pribadi sebagai yang pernah kecemplung ke beberapa komunitas mencoba menerima keberagaman itu sebagai bagian dari kenyataan hidup.

P: complaint memang harus ditanggapi sejak masih berupa bisik-bisik, kasak-kusuk, dan celotehan...bila itu diabaikan, jangan terkejut bila berkembang menjadi jeritan amuk massa....

Sebagai sesama pengguna KRL, saya memahami kondisi yang dialami penumpang yang merasakan padatnya jumlah penumpang yang naik pada jam-jam sibuk terutama jam berangkat kerja dan pulang kerja. Pada jam-jam tersebut, semua ingin cepat sampai kantor/tempat kerja dan cepat pula ingin sampai rumah. Dan semuanya ingin nyaman pada jam yang sama. Bisakah kita naik nyaman? Lantas nyaman yang seperti apa? Sebab semua ingin bisa terangkut naik KRL pada jam-jam yang sama. Semua nyaris memaksakan diri untuk naik. Ada cela dikit saja langsung nyempil agar bisa terangkut, tak peduli imbauan dari stasiun agar penumpang tidak memaksakan diri naik bila kondisi kereta sudah penuh.

Petugas mengevakuasi seorang penumpang yang pingsan saat naik KRL yang penuh sesak. (Foto: Amad S)

Kondisi yang terjadi sudah pasti, pada jam-jam tersebut penumpang berebut untuk bisa terangkut. Yang terjadi, situasi di dalam KRL menjadi kurang atau bahkan meningkat statusnya menjadi tidak nyaman. Berdesakan, terdorong, terjepit, berdiri dari awal naik sampai turun, mandi keringat, pengap, pingsan, rawan kejahatan seperti pencopetan, pelecehan seksual dan lainnya…intinya menjadi tak nyaman. Lagi-lagi emosi pun mudah meletup karena (maaf) stress dengan kondisi yang tak nyaman tersebut. Sesama penumpang bisa saling berantem, adu mulut gara-gara sepele, misal tak sengaja keinjak kakinya, tak sengaja kesenggol kepalanya, tak terima didorong masuk/keluar/kegencet, dll.

Lantas, salahkan operator KRL dalam hal ini KAI/KCJ? Salahkah penumpang juga? Saya tak mau menyalahkan. Semua pasti ada solusinya yang bisa membuat transportasi publik berbasis rel ini nyaman, aman, lancar dan terkendali (mancarli). Saya yakin, saya tahu operator KRL pun terus berbenah untuk meningkatkan pelayanan. Hanya saja ada yang yang musti ditangani lintas sektoral sehingga butuh waktu lama. Misal penggantian sistem persinyalan di lintas X atau prasarana perkeretaapian yang merupakan ranah tanggung jawab Pemerintah/regulator dalam hal ini DJKA (Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan). Sudahkan masuk di program prioritas tahun ini atau belum?

Bila itu terkait sarana KRL-nya berarti tanggung jawab Operator sebagai penyelenggara sarana. Misal KRL mogok/gangguan teknis, bagaimana solusi secepatnya, bagaimana sistem perawatannya, bagaimana kesiapan KRL cadangannya dan kesigapan mengatasinya. Apakah Operator tidak memikirkan hal ini? Saya yakin semua sudah dipikirkan dan diprogramkan dan dilakukan. Mungkin kita tidak tahu dan tak mau tahu. Tapi kita bisa merasakan apakah ada perubahan (lambat ataupun cepat) yang dilakukan operator maupun regulator.

Saya rasa banyak kemajuan yang bisa dirasakan manfaatnya dengan hadirnya KRL Commuter Line. Pembenahan stasiun, penerapan e-ticketing, sterilisasi stasiun dan penambahan jumlah sarana KRL setiap tahun merupakan beberapa upaya "jungkir-balik" agar KRL Commuter Line bisa lebih manusiawi sebagai transportasi publik di Jabodetabek. Memang masih belum sempurna dan kesempurnaan itu, saya yakin akan terus dilengkapi seiring kebutuhan dan juga dukungan semua pihak.

Tingginya animo masyarakat untuk naik KRL. (Foto: Amad S)

Saya justru kuatir kalau desakan agar KRL manusiawi benar-benar ditindaklanjuti dengan kebijakan semisal pembatasan penumpang KRL sesuai kapasitas seperti yang diberlakukan di KA Lokal dan KA jarak jauh. Misal semua penumpang KRL tidak ada yang berdiri (100% duduk). Pasti bakalan gaduh dan demo besar-besaran karena akan banyak yang tidak terangkut. Yang repot kita juga kan sebagai pengguna KRL????

Sebagai penutup tulisan ini, saya mohon maaf bila ada kata dalam tulisan saya yang kurang berkenan. Tidak ada maksud menyinggung/menyudutkan siapapun. Kita berharap dan kita sama-sama support agar operasional KRL Commuter Line terus lebih baik lagi dan lebih baik lagi pelayanannya.

Salam Cliker!

AMAD S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun