Rencana pengoperasian LRT Jakarta akan dilakukan pada bulan Februari 2019. Lantas sudah sejauh mana persiapan yang sedang dan telah dilakukan oleh BUMD yang ditunjuk Pemprov DKI Jakarta untuk nantinya mengoperasikan? Serta apa saja masukan dari berbagai kalangan dan harapan masyarakat?
Sejalan dengan persiapan jelang beroperasinya kereta ringan LRT, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengadakan acara Konsultasi Publik melalui FGD (Focus Group Discussion) Penyelenggaraan LRT Jakarta pada 27 November 2018 dengan mengundang berbagai pihak terkait.Â
Sejumlah pihak yang diundang dari Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, PT Kereta Commuter Indonesia, PT Railink, PT Transportasi Jakarta, PT Summarecon Kelapa Gading, TGUPP, Sekolah Tinggi Transportasi Darat, Ombusman DKI Jakarta, DTKJ (Dewan Transportasi Kota Jakarta), MASKA (Masyarakat Perkeretaapian Indonesia), MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia), Pertuni, JBFT dan pakar dan pemerhati perkeretaapian dan juga perwakilan komunitas pengguna transportasi publik.
Karenanya melalui FGD kali ini akan terangkum kesiapan operasional LRT Jakarta dari aspek perizinan & administrasi, pengujian & sertifikasi, standar pelayanan minimum, formulasi tarif & subsidi, penyelesaian infrastruktur, kesiapan SDM, dan rencana opersional & bisnis LRT Jakarta, serta masukan dari semua pihak agar pada saat dioperasikan sudah siap dan tak ada kendala.
Sejak masa uji coba terbatas yang telah berlangsung pada 15 Agustus 2018-14 September 2018, masyarakat dan berbagai kalangan yang diundang, telah merasakan langsung pengalaman naik LRT Jakarta dari Stasiun Velodrome Rawamangun sampai dengan Stasiun Boulevard Utara (depan Mall Kelapa Gading) bolak-balik.Â
Meskipun saat itu masih sebatas uji coba membawa penumpang dengan jumlah terbatas, para penumpang sudah bisa merasakan bagaimana cara naik LRT, dari mulai cara menuju stasiun LRT, cara pembelian tiket melalui mesin penjual tiket (ticket vending machine), cara masuk melalui pintu elektronik (e-gate) untuk menempelkan tiket agar bisa terbuka, area menunggu di peron, celah peron dengan kereta, sampai dengan situasi di dalam kereta LRT.Â
Sebenarnya tak hanya itu saja, saya dan kawan yang juga pemerhati aksesibilitas memanfaatkan kesempatan ujicoba terbatas untuk mengamati seluruh akses dari mulai tangga naik ke stasiun, eskalator, akses menuju fasilitas di dalam stasiun seperti musala, tempat wudhu, toilet, area tunggu sebelum masuk peron maupun area tunggu di peron, fasilitas APAR, fasilitas audio/ speaker, fasilitas PID (public information display), petunjuk keselamataan di stasiun maupun di kereta, CCTV dan lainnya.Â
Termasuk saat kereta berjalan, tak luput saya perhatikan dengan detail kondisi jalur evakuasi, jalan rel, persinyalan, wesel (turn out), third rail dan berbagai fasilitas pendukung untuk kenyamanan, keamanan, keselamatan dan pelayanan bagi penumpang di dalam kereta.
Secara keseluruhan, aksesibilitas sudah memadai, pelayanan petugas pelayanan (customer service) yang berjaga termasuk Security, petugas yang memandu di mesin penjual tiket, petugas pelayanan di e-gate maupun di peron juga bolehlah diacungi jempol. Sebagai operator baru yang mengoperasikan LRT pertama di Jakarta, pelayanan memang harus bagus sehingga akan membekas sebagai kesan awal yang menyenangkan agar seterusnya diminati.
Rencana Pola Operasi LRT Jakarta
"Dalam perjanjian penugasan layanan publik ini, ruang lingkup PT Jakpro yaitu sebagai penyelenggara prasarana LRT dari pembangunan, operasi dan perawatan serta pengusahaan, sedangkan PT LRT Jakarta sebagai penyelenggara sarana LRT," jelas Solihin.
Sebanyak 6 stasiun layang yang nantinya akan siap beroperasi yaitu Velodrome, Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan, Boulevard Utara dan Pegangsaan Dua. Sedangkan kelanjutannya Koridor 1 fase 2 Velodrome-Tanah Abang dengan panjang lintasan + 11,5 km yang terdiri dari 10 stasiun akan menjadi rencana berikutnya.
"Progres kemajuan kesiapan operasional LRT Jakarta saat ini sudah 89%. Kesiapan SDM 72%, Badan Usaha (70%), Uji Operasi Terbatas 100%, Konstruksi 91%, Pengadaan Sarana 99% dan Pekerjaan Persiapan 100%," papar Solihin.
Dengan jarak tempuh saat fase 1 yang masih 5,8 km, waktu tempuh dari Velodrome-Kelapa Gading selama 13 menit dengan waktu tempuh antar stasiun sekitar 1 menit-2,5 menit. Kapasitas penumpang yang bisa diangkut 280 orang per trainset.
"Untuk integrasi dengan moda busway di Stasiun Velodrome, akan dilengkapi juga jembatan penghubung menuju Halte Transjakarta Pemuda Rawamangun," imbuh Solihin.
Ketua Umum MASKA Hermanto Dwiatmoko yang hadir sebagai salah satu pembahas menyampaikan agar PT Jakpro segera menyelesaikan pembangunan prasarana LRT dan diajukan kepada Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk dilakukan uji pertama/ sertifikasi.Â
Termasuk juga segera menyiapkan persyaratan izin operasi dan business plan untuk pengelolaan aset di luar prasarana pokok. Sedangkan Pemda DKI Jakarta juga harus menyiapkan perhitungan tarif dan penyediaan anggaran subsidi PSO (public service obligation), perhitungan dan pendanaan IMO (infrastructure maintenance and operation), konsep intermodal dengan bus Transjakarta, serta pendanaan pembangunan koridor/ fase berikutnya.
David Tjahjana, Pengguna Transportasi Publik dan Pemerhati Aksesibilitas menyampaikan hasil review saat dirinya bersama teman-teman disabilitas mengikuti uji coba terbatas. Diantaranya menyarankan agar dipasang tanda arah naik/ turun pada eskalator, mesin penjual tiket yang bisa digunakan oleh para penyandang tuna netra secara mandiri, e-gate yang konsisten letaknya untuk masuk/ keluar peron, tempat wudhu yang bisa diakses oleh pengguna kursi roda, penyusunan guiding block yang benar, dan beberapa masukan lainnya terkait aksesibilitas.
Dalam konsultasi publik sehari, Direktur Operasi PT Kereta Commuter Indonesia, Subakir juga memberikan masukan terutama terkait dengan kesiapan awak KA yang akan mengoperasikan LRT, penanganan kejadian gangguan prasarana dan sarana LRT.
Selain itu, perlu disiapkan juga sarana khusus semacam TMC (track motor car) untuk menarik LRT yang gangguan bila terjadi gangguan listrik.Â
"PT LRT Jakarta perlu juga menyiapkan SOP penggunaan kereta penolong untuk evakuasi penumpang sehingga penumpang tidak harus keluar dan berjalan kaki melalui jalur evakuasi sampai stasiun terdekat tapi cukup dipindahkan ke LRT di jalur sebelahnya," sarannya.
VP Legal PT Railink, Mukhtar juga memberikan masukan kepada PT LRT Jakarta banyak melakukan sosialisasi agar masyarakat mengetahui sehingga tertarik untuk naik LRT. Setelah beroperasi, PT LRT Jakarta juga harus menjaga keunggulan pelayanan seperti ketepatan waktu, kenyamanan, keamanan dan kebersihan.
"Bila ada barang tertinggal, petugas segera mengamankan dan menyediakan layanan barang tertinggal. Bila ada identitas pemilik barang langsung dihubungi sehingga akan menjadi nilai lebih dalam pelayanan," saran Mukhtar.
Direktur Teknik dan Fasilitas PT Transportasi Jakarta Wijanarko berharap integrasi tiket maupun integrasi fisik antara stasiun dengan halte Transjakarta segera terwujud. Khusus integrasi fisik yang menghubungkan Stasiun Velodrome dengan Halte Pemuda Rawamangun, pihaknya berharap secepatnya desain dimatangkan agar segera dibangun dan bisa digunakan pada saat beroperasi.
Sebagai pengguna transportasi publik tentu kita mendukung upaya Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah dalam menyediakan infrastruktur transportasi publik seperti LRT Jakarta ini.
Harapannya, LRT Jakarta nantinya handal sarana-prasarananya, berstandar internasional, terintegrasi/ terkoneksi dengan moda lain, tarif yang terjangkau, pelayanan yang bagus serta keberlanjutannya sehingga bisa tersambung ke koridor-koridor berikutnya sesuai rencana desain awal.Â
AMAD S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H