Dana tersebut disalurkan melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). LPMAK merupakan organisasi nirlaba yang terdiri dari tiga badan utama (Badan Musyawarah, Badan Pengurus dan Tim Sekretariat Eksekutif) beranggotakan wakil-wakil pemerintah lokal, para tokoh Papua, pemimpin lokal masyarakat Amungme dan Kamoro, dan PT Freeport Indonesia.
LPMAK dengan pendampingan dari Freeport melaksanakan program pengembangan masyarakat asli Mimika yaitu Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatannya yaitu Dani, Damal, Moni, Mee dan Nduga yang berkelanjutan di Kabupaten Mimika, Papua.
Program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan mencakup bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan infrastruktur. Total dana pengembangan masyarakat yang dialokasikan oleh PTFI sejak 1992-2017 mencapai US$ 1,56 miliar.
Kehadiran rumah sakit dan klinik tersebut telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat setempat dengan 70% penurunan kasus malaria dalam kurun 2011-2014 dan 91% dalam pengobatan TB dan juga penanganan pasien HIV.
Bersama LPMAK, Freeport membangun juga Klinik Terapung menggunakan kapal yang bisa beroperasi ke sejumlah titik yang dapat terjangkau kapal serta menyediakan Dokter Terbang. Dokter terbang ini disiagakan untuk menangani pasien yang memerlukan pertolongan dengan mengirimkan dokter dan tim medis menggunakan helikopter.
Untuk bidang pendidikan, dana kemitraan dialokasikan untuk beasiswa, membangun dan mengelola asrama, operasional pendidikan dan membangun Balai Latihan Kerja (BLK) Nemangkawi.
Melalui Institut Pertambangan Nemangkawi yang didirikan, Freeport juga telah menghasilkan lebih dari 2.928 lulusan, yang sebagian besarnya telah bekerja di perusahaan dan kontraktornya. Institut Pertambangan Nemangkawi menerima 91% siswa asli Papua dengan membuka 20 jenis keterampilan.