Mohon tunggu...
Amad Made
Amad Made Mohon Tunggu... Jurnalis - -

Jurnalis dan penulis di bidang perkeretaapian sejak tahun 2006 sampai sekarang. Pemerhati dan pengguna transportasi massal. Hobi jalan-jalan, hunting foto kereta api dan situs bersejarah. Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Generasi Milenial Indonesia Bebas Stunting

28 September 2018   22:57 Diperbarui: 28 September 2018   22:57 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayo bersama mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif. (Foto: Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan)

Sesuai Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 141, disebutkan bahwa arah pembangunan gizi yaitu upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dapat ditempuh melalui perbaikan pola konsumsi makanan, sesuai dengan 13 Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan perbaikan perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

 

Tahun 2030, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan kondisi pada saat itu memiliki jumlah kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) yang lebih banyak disbanding usia non produtif (anak-anak usia 14 tahun dan orang tua usia 65 ke atas). Bonus itu bisa menjadi potensi besar bagi perkembangan bangsa karena kelompok usia produktif merupakan sumber daya manusia yang akan menjadi penguat kemajuan perekonomian dan ketahanan bangsa. Hanya saja, potensi tersebut harus diikuti dengan mempersiapkan calon generasi milenial yang produktif tersebut sedari awal. Salahsatu perhatian Pemerintah sebagai perwujudan Negara itu hadir dalam mempersiapkan generasi milenial yang produktif yaitu melalui program kesehatan. Ya, antara lain mencegah stunting.

Kunjungan kerja Menkes ke Provinsi DIY pada 26/10/2016. (Foto : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Kunjungan kerja Menkes ke Provinsi DIY pada 26/10/2016. (Foto : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Mengutip penjelasan tentang stunting yang dimuat pada laman resmi WHO http://www.who.int"Stunting is the impaired growth and development that children experience from poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation. Children are defined as stunted if their height-for-age is more than two standard deviations below the WHO Child Growth Standards median." 

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak dari gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak-anak didefinisikan sebagai stunted jika tinggi badan mereka untuk usia lebih dari dua standar deviasi di bawah standar Median Pertumbuhan Anak WHO.

"Stunting in early life -- particularly in the first 1000 days from conception until the age of two - impaired growth has adverse functional consequences on the child. Some of those consequences include poor cognition and educational performance, low adult wages, lost productivity and, when accompanied by excessive weight gain later in childhood, an increased risk of nutrition-related chronic diseases in adult life." 

Stunting pada awal kehidupan - terutama dalam 1000 hari pertama sejak konsepsi sampai usia dua gangguan pertumbuhan memiliki konsekuensi fungsional yang buruk pada anak. Beberapa dari konsekuensi tersebut termasuk kognisi yang buruk dan kinerja pendidikan, upah orang dewasa yang rendah, produktivitas yang hilang dan, ketika disertai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak, peningkatan risiko penyakit kronis yang terkait nutrisi dalam kehidupan dewasa.

"Linear growth in early childhood is a strong marker of healthy growth given its association with morbidity and mortality risk, non-communicable diseases in later life, and learning capacity and productivity. It is also closely linked with child development in several domains including cognitive, language and sensory-motor capacities." 

Pertumbuhan linear pada anak usia dini adalah penanda kuat pertumbuhan yang sehat mengingat hubungannya dengan morbiditas dan risiko kematian, penyakit tidak menular di kemudian hari, dan kapasitas dan produktivitas pembelajaran. Hal ini juga terkait erat dengan perkembangan anak di beberapa domain termasuk kapasitas kognitif, bahasa dan sensorik-motorik.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pada tahun 2010, WHO membatasi masalah stunting di setiap negara, provinsi, dan kabupaten/kota sebesar 20%. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, sebagai pelaksanaan Nawa cita kelima yang realisasinya dijabarkan melalui Program Indonesia Sehat. Tentu terwujudnya Indonesia Sehat tak lepas dari peran penting dan kolaborasi dari Pemerintah, DPR RI, DPD RI, lintas Kementerian/ Lembaga, pihak swasta hingga individu-individu dalam keluarga. Jelas bukan seperti sulap yang dengan dalam waktu sekejap terwujud, tapi ada target terukur setiap tahunnya yang menunjukkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, termasuk penanganan masalah stunting.

Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sejumlah program kesehatan yang digulirkan untuk mewujudkan Indonesia Sehat yang dicanangkan oleh Pemerintah RI. Antara lain dari mulai Program Prioritas Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Penurunan Balita stunting berdasar hasil pemantauan status gizi (PSG). (Sumber: Laporan Kinerja Tahun 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Penurunan Balita stunting berdasar hasil pemantauan status gizi (PSG). (Sumber: Laporan Kinerja Tahun 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Aksi GERMAS Untuk Pencegahan Stunting

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Presiden RI Joko Widodo dalam setiap kesempatan menghadiri acara kesehatan sering mengkampanyekan agar anak-anak balita rutin dibawa ke Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Ke Posyandu, bukan hanya untuk penimbangan saja, namun juga untuk memantau kesehatan anak, kecukupan gizi anak, pencegahan stunting dan imunisasi serta mendapatkan penyulluhan tentang kesehatan ibu dan anak. Hal ini sejalan dengan fokus target dari Kementerian Kesehatan RI yang harus dicapai di 2019 adalah pada penurunan stunting, serta perbaikan kualitas dan cakupan imunisasi.

"Gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI ini dicanangkan dalam rangka penguatan pembangunan kesehatan yang mengedepankan upaya promotif-preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat," demikian disampaikan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan Maharani dalam Pencanangan GERMAS di DI Yogyakarta, (15/11/2016).

Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Hidup Sehat (GERMAS), setidaknya ada 6 ruang lingkup yang harus diwujudkan bersama, yaitu: Peningkatan Aktivitas Fisik; Peningkatan Perilaku Hidup Sehat; Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit; Peningkatan Kualitas Lingkungan; Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi; dan Peningkatan Edukasi Hidup Sehat.

 "Kemenkes menjadi leading sector melalui program terobosan GERMAS. Gerakan ini bertujuan untuk menurunkan beban penyakit, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk, dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat selalu kami prioritaskan," jelas Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(KA) pada sambutan tertulis yang termuat dalam Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan RI Bekerja.

Regulasi untuk mendukung GERMAS dan ruang lingkupnya. (Sumber: Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Regulasi untuk mendukung GERMAS dan ruang lingkupnya. (Sumber: Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Kampanye #BerpihakPadaAnak #EveryLastChild

Pencegahan stunting adalah salah satu bagian dari aksi GERMAS yang pelaksanaannya harus dan terus dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Tentu semua harus ikut terlibat mendukung dalam perannya masing-masing untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat demi terwujudnya derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat/ bangsa Indonesia.

Kampanye #BerpihakPadaAnak #EveryLastChild pun diluncurkan oleh Pemerintah sebagai upaya pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan kesakitan dan kematian bayi serta balita menjadi upaya prioritas yang perlu diperkuat dan ditingkatkan.

Dalam kampanye tersebut, upaya pemeliharaan kesehatan pada anak harus dilakukan sejak dalam kandungan, bayi, balita dan remaja termasuk upaya pemeliharaan kesehatan anak cacat dan anak yang memerlukan perlindungan. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga dan Pemerintah.

Menkes menghadiri peluncuran kampanye Every Last Child berpihak pada anak, 17/5/2016. (Foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Menkes menghadiri peluncuran kampanye Every Last Child berpihak pada anak, 17/5/2016. (Foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Program PMT & PIS-PIK

Upaya pemenuhan gizi yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah Balita stunting antara lain dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil dan Balita, GEMARI (Gerakan Makan Ikan) dan GEMAYUR (Gerakan Makan Sayuran). Selain itu Pemerintah juga mencanangkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), yaitu salah satunya dengan Puskesmas meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/ meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengaan mendatangi keluarga. Pemerintah juga meluncurkan program Nusantara Sehat, yaitu penugasan khusus tenaga kerja kesehatan berbasis tim dan individual terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan dan terpencil. Tujuannya untuk memberikan dan menjaga keberlangsungan serta pemerataan pelayanan kesehatan primer di remote area sekaligus pemenuhan jenis dan tenaga kesehatan.

"Stunting berdampak pada keluarga dan juga pada Negara. Artinya jika kita mengejar bonus demografi tahun 2030, maka terus-menerus berusaha tanpa henti untuk mencegah stunting," ujar Direktur Gizi Kementerian Kesehatan, Ir. Doddy Izwardy, MSc, sebagaimana dimuat di Mediakom terbitan Kementerian Kesehatan RI Edisi 93 April 2018.

Menkes memberikan pengarahan pada kunjungan kerja ke Pekalongan, 24/2/2017. (Foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Menkes memberikan pengarahan pada kunjungan kerja ke Pekalongan, 24/2/2017. (Foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Anak Indonesia yang sehat (= berkecukupan gizi) akan menghasilkan generasi-generasi milenial yang sehat, cerdas dan produktif. Indonesia di masa mendatang harus disiapkan dari sejak dalam kandungan hingga masa usia emas, remaja sampai dewasa. Anak Indonesia sehat, cerdas dan produktif maka akan mewujudkan Indonesia yang kuat! Insya Alloh!

Ayo bersama mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif. (Foto: Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Ayo bersama mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif. (Foto: Laporan Kinerja 2015-2017 Kementerian Kesehatan)
Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun