Tjian Kian Liong atau yang dikenal juga sebagai William Soerjadjaja sebenarnya pernah mendekam di penjara. Dia mendapat tuduhan korupsi dengan dasar yang tidak jelas. Hal tersebut membuat nama baiknya tercemar dan harus mendekam di salah satu tahanan di Kota Bandung selama satu setengah bulan.Â
Adik William, Benjamin Soeryadjaya tidak sampai hati melihat keadaan kakaknya. Maka dari itu dia meminta bantuan kakaknya yang lain, yang tinggal di Amsterdam yaitu Tjian Kian Tie. Mereka berdua sama-sama membantu William untuk bangkit dari keterpurukannya. Setelah keluar dari penjara, William Soerjadjaja bisa memulai kehidupannya yang baru dengan perusahaan baru berkat kedua saudaranya.
Pada tahun 1957, William bersama adik dan rekan bisnisnya membeli sebuah perusahaan yang memiliki hak impor namun tidak aktif. William mulai mengaktifkan kembali perusahaan tersebut dan menamainya sebagai Astra International. Perlahan kondisi ekonomi William mulai membaik. Pada tahun 1966 Astra International berhasil mengimpor 80 ribu ton aspal dari Jepang untuk pembangunan jalan di Indonesia. Kemudian di tahun 1969 Astra Internasional mulai masuk ke bidang otomotif dengan mengimpor mobil Toyota dan beberapa merek mobil lain.Â
Ketika William makin menginjak usia senja, kedua anaknya ikut terjun dalam dunia bisnis. Salah satu anak William, Edward Soerjadjaja memiliki Bank Summa yang bermasalah. Kondisi keuangan bank tersebut tidaklah sehat. Terdapat kredit macet yang mencapai 1.2 triliun sehingga Bank Summa dilikuidasi pemerintah. Demi nama baik keluarga, William akhirnya memutuskan untuk membantu anaknya mengembalikan dana nasabah Bank Summa. Untuk melakukan hal tersebut, William terpaksa melepaskan dan menjual seluruh saham Astra Internasional yang dimilikinya di tahun 1993.
Saat ini saham terbesar Astra Internasional dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage Limited yang berbasis di Singapura. Walau William bukan lagi pemilik Astra International, namun perjuangannya membangun dan memimpin perusahaan diakui oleh banyak orang. Sebagai seorang yang pernah memimpin perusahaan, tentunya William Soerjadjaja memiliki gaya kepemimpinannya sendiri. Mari kita bedah bersama bagaimana gaya kepemimpinan William yang telah sukses membangun Astra International berdasarkan four frame of leaderships.Â
Kerangka struktural melihat gaya kepemimpinan yang terencana dengan aturan yang jelas. Mereka akan memastikan bagaimana semua tersusun dengan baik dan rapi. Salah satu Direktur Astra International, Johnny Darmawan mengatakan bahwa William Soerjadjaja memiliki visi yang sangat hebat dan memandang jauh kedepan. Melalui visi tersebut, William memiliki berbagai rencana dan strategi untuk mengembangkan perusahaannya. Astra Internasional berkembang menjadi perusahaan yang besar, hal tersebut menunjukan keahlian William dalam membangun struktur perusahaan yang kuat.
Kerangka sumber daya manusia merupakan gaya kepemimpinan yang memastikan semua orang bahagia bekerja sama dan merasa diperhatikan seperti teman baik yang selalu didengar. Johnny Darmawan mengungkapkan bahwa William Soerjadjaja merupakan seorang yang humanis dan memimpin secara kekeluargaan. William memberikan kesempatan pada orang lain untuk berkembang secara profesional supaya menjadi pengusaha yang handal. Sifat humanis William juga tercermin pada perilakunya. Dia rela melepas kepemilikan perusahaan untuk membantu mengembalikan dana nasabah Bank Summa.
Kerangka politik melihat bagaimana seorang pemimpin dapat bernegosiasi dengan baik dan membuat semua orang setuju dengan apa yang dia sampaikan. William Soerjadjaja berhasil mengimpor 800 truk Chevrolet buatan General Motor Co. dan menjualnya kepada pemerintah. Karena William melanggar ketentuan larangan memasok truk Chervrolet ke pemerintahan, William tidak dapat mengimpor truk itu kembali. Melihat peluang bisnis, akhirnya William berusaha mengimpor truk Toyota dari Jepang. Melalui kemampuannya bernegosiasi, William berhasil menjadikan Astra Internasional sebagai agen tunggal Toyota. Selain itu William juga berhasil menjadi presiden PT Gaya Motor.
Kerangka simbolis melihat bagaimana pemimpin membuat cerita yang bisa membuat orang lain termotivasi, bersemangat dan bangga menjadi bagian dari tim. Cerita inspiratif perjalanan hidup William Soerjadjaja dari titik terendah sampai menjadi konglomerat yang sukses dapat memotivasi orang lain. Karyawan Astra Internasional dapat turut bangga menjadi bagian dari perusahaan yang telah dirintis oleh William Soerjadjaja.Â
Referensi: