Gaza merupakan wilayah yang dianggap sebagai tempat suci oleh 3 keyakinan, yakni Islam, Protestan, dan Yahudi. Menjadikan satu wilayah ini sebagai titik temu dari banyak agama yang sekadar ingin berkunjung pada situs keagamaan atau ingin beribadah di tempat suci masing-masing agama tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan batas wilayah terus terjadi, bahkan anggapan mengenai kejelasan hak wilayah negara antara Palestina dan Israel banyak dianggap kurang jelas lantaran selalu menjadi topik akan perebutan hak wilayahnya, terutama jalur Gaza yang berposisi sebagai perbatasan.
Alasan yang menjadikan disclaimer wilayah negara antara Palestina Israel ini menjadi sebuah isu yang berat karena kuatnya anggapan bahwa yang diperebutkan dan dipertahankan bukan semata-mata karena wilayahnya, namun karena masing-masing ideologinya meyakini bahwa sejarah kuat agamanya lahir dari wilayah tersebut. Sejarah yang sama-sama terus mendukung para penganut keyakinan untuk terus mempertahankan kokohnya wilayah yang dianggap penopang simbolis kokohnya sebuah agama. Korelasi antara Islam dan Yahudi sebenarnya juga saling tidak terpisahkan antara tokoh nabi yang dianut dan sejarahnya pada masa silam.
Dari berbagai isu konflik yang timbul antara Palestina Israel, muncul dua fokus utama yang menjadi perbincangan dunia, yakni perang perebutan wilayah dan perang untuk saling mengalahkan ideologi demi membela keyakinannya.Â
Konflik kedua negara telah berlangsung sejak sekitar tahun 1900 masehi, dimana mulai adanya peralihan penduduk dengan masuknya yahudi ke Palestina hingga pada akhirnya populasi kaum Yahudi meningkat dengan jumlah yang cukup banyak karena diberi akses dan diijinkan untuk menempati wilayah Palestina dan berkehidupan disana.Â
Semuanya diluar dugaan, tidak ada yang pernah mengetahui masa depan, hingga akhirnya Palestina kehilangan banyak dari wilayah negaranya karena perang yang dihadapi pada masa silam dan terpaksa merelakan sebagian wilayahnya yang kemudian diakuisisi sebagai wilayah milik Israel.
Anggapan bahwa yang terjadi antara Palestina Israel saat ini merupakan perang ideologi sekaligus dianggap menjadi jawaban kuat mengapa konflik berkepanjangan ini tidak kunjung usai dan justru semakin memanas. Bahkan serangan dari keduanya bisa semakin dahsyat dengan berbagai macam bentuk senjata dan serangan mungkin saja untuk dihempaskan, hingga korban berjatuhan tanpa henti.Â
Konflik Palestina Israel yang semula dianggap merupakan konflik sengketa wilayah oleh dunia hingga akhirnya anggapan tersebut kini beralih menjadi isu kemanusiaan yang menggemparkan seluruh dunia. Hingga berbagai negara lain ikut memberikan dukungan dan menyuarakan pembelaan bagi Palestina yang dianggap negara yang diserang dan dirugikan paling banyak oleh Israel.Â
Dukungan tersebut dilakukan dengan berbagai macam aksi, diantaranya mengirimkan bantuan logistik, long march dengan menggunakan atribut bendera Palestina, hingga seruan massa didunia maya untuk mendukung Palestina dan menuntut adanya perdamaian antar kedua pihak negara bersengketa.
Suatu hal yang menjadi pertanyaan besar oleh publik, mengapa dari dulu konflik Palestina Israel telah terjadi namun tampaknya PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) tidak banyak mengambil langkah, atau setidaknya menyuarakan dimana keadilan yang semestinya diberikan jika kondisi sudah nampak memuncak.Â
Sebagai lembaga tertinggi di dunia PBB dinilai tidak agresif bertindak melihat konflik yang telah didengar oleh seluruh dunia dan menimbulkan korban kemanusiaan terkesan dibiarkan, seakan tanpa ada pihak ketiga yang berperan sebagai mediator mendudukkan kedua belah pihak agar dapat mencapai kesepakatan dan menuju perdamaian.
Akan tetapi hal tersebut terjadi bukan dengan dalih karena PBB tidak melakukan upaya apapun. Konflik Palestina Israel merebak hingga saling menyinggung masing-masing ideologi dari para penganutnya. Sehingga PBB disini juga perlu membatasi perannya jika terindikasi konflik yang terjadi karena adanya unsur kontradiksi perihal ideologi, dan urusan tiap-tiap agama yang saling dilindungi adalah upaya dari Palestina maupun Israel adalah urusan yang tidak bisa diusik terlalu dalam oleh pihak manapun meskipun lembaga tingkat internasional sekalipun, seperti halnya PBB.Â