Mohon tunggu...
Kristoforus Arakian
Kristoforus Arakian Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Cerdas itu Sexi

Tidak ada yang menjadi miskin hanya karena memberi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku dan Sepenggal Luka Purba

10 Oktober 2021   11:57 Diperbarui: 10 Oktober 2021   12:33 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://Fintisari.grid.id

Belum juga kemarau bergegas pergi. Dingin masih saja betah memeluk tubuh, mengunci gelak tawa berubah sepih  paling keji kembali bertandang di langit-langit ingat.

Aku yang dulu diberi wewenang untuk mengetahui segala aktifitas nyata dan mayamu kini hak itu diambil kembali tanpa permisi. Katamu “waktuku selesai” sebab kesalahan telah melanggeng paksa ego kembali bertandang, meski kemarin setia dikandang paksa menetap agar kita terlihat ada.

Bukannya kita tak lekang masa sempat ada dalam rencana. Kebersamaan seketika menjadi mati suri tanpa gelak tawa yang kadangkala pecah dalam setiap gugus-gugus cerita. Khilaf, salah, dan keliru telah berhasil menjebak lelah.

KataMu “maaf hanya pelipur sejenak, lalu sesudahnya luka-luka  purba kembali menghendap dalam ruang-ruang ingatan, menstimulasi khianat berkali-kali”. Namun perihal kenangan, Ia memilih betah meski luka memaksa lupa.

Ada yang tidak terbiasa seketika dipaksa biasa biar tidak gusar mengendong ikhtiar. Ada yang benar-benar dipaksa tiada, walau hati memilih tetap ada namun citra diri dan ego melanggeng lupa hingga luluh lantah tanpa kata. Lalu kenapa kemarin bersikeras mengulung jarak untuk sebuah sua?

Lihat, arak-arakan awan mengantar matahari menuju pulang. Ia rela menggulung beberapa kilometer untuk berikan senja yang manjakan mata. lantas kenapa kemarin datang meminang jika pada ahkhirnya pergi meninggalkan mata berlinang? mata tiba-tiba bernanar mengisyaratkan kemelut hati yang semestinya bahagia semenjak hadirmu dalam hidup.

Kamu mesti tahu satu hal, aku memiliih menetap sebab cinta selalu inhern dengan rasa nyaman lantas mengamini kehadiran cinta tanpa tanya. Sesudahnya aku kalah lantas patah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun