Mohon tunggu...
jois efendi
jois efendi Mohon Tunggu... Administrasi - nice and unpredictable person

Just me... That's all...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Midnight Sun" Kesedihan yang Indah

18 April 2018   10:36 Diperbarui: 18 April 2018   13:14 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari http://midnightsunmov.com/

Midnight Sun, sebuah film yang bergenre Drama, Romansa, menceritakan bagaimana seorang gadis yang mengidap penyakit langka, xeroderma pigmentosum, Katie Price, dalam setting film ini berumur 17 tahun, hidup dengan kepekaan terhadap sinar matahari (UV) yang tidak bisa dikompromi. UV dari matahari dapat mengancam jiwanya. 

Hari-harinya hanya dihabiskan di kamarnya dengan jendela yang diberi lapisan khusus sehingga tidak mengangunya. Dalam hidupnya, ia hanya memiliki ayahnya, Jack dan sahabatnya, Morgan, untuk menemaninya. 

Homeschooling pun menjadi pilihannya untuk terus bisa mendapatkan pendidikannya. Hidup Katie seperti dimulai setelah gelap, saat ia keluar untuk memainkan gitarnya di stasiun kereta api untuk menyambut penumpang. 

Film yang diadaptasi dari versi Jepangnya, Taiy no uta, yang ditulis oleh Kenji Bando, memang hendak ingin menyuguhkan sebuah realita kehidupan yang tidak bisa terbantahkan bahwa kehidupan selalu menyediakan kesedihan di sela kebahagiaan yang semu sekalipun.

Sebagai penikmat film, saya selalu mencari "deep insight" dari sebuah film. 

Saya selalu tergoda untuk mencari apa yang kurang dari sebuah film, namun saya selalu memaksa diri untuk menerima kekurangan sebuah film dengan sebuah pikiran, apa yang bisa dibuat sebuah film pada saya, jika hanya melihat kekuranganya. Itulah saya sedang tidak menilai dari segi teknisnya, namun dari segi cerita dan suguhan "deep insight" dari sebuah film. Baiklah, ini yang saya dapatkan dari Midnight Sun:

Pertama, perjalanan Katie Price menolong saya untuk melihat atau merasakan "sakit" dalam perspektif yang tepat. Duduk terpekur dengan sakit, mengeluh dengan rasa sakit, bahkan menyalahkan sekitar, nasib bahkan Tuhan bukanlah hal yang seksi untuk dipilih. 

Dorongan untuk menolak penyakit langka ini, tentu saja ada dan tidak bisa dipungkiri oleh Katie Price. Itu tersaji indah dan mengharukan dari pernyataan Jack, sang ayah yang menjaganya dengan setia. Bagaimana dengan hatinya yang hancur sebagai seorang ayah melarang anaknya untuk sekadar bermain bersama temannya di taman, berjemur di pantai dan sekolah sebagai seorang normal lainnya. 

Pilihan ini sulit bahkan menyakitkan namun ini membuatnya memiliki waktu untuk dapat melewati kesedihan yang indah bersama anaknya selama 17 tahun lamanya. So, melewati waktu bersama yang terkasih adalah pilihan yang tepat daripada terbawa bahkan tersedot energi memikirkan rasa sakit.

Kedua, ternyata dan begitu seharusnya. Dalam sebuah kesedihan yang akut pun kita masih bisa memilih untuk menempatkan harapan dan kebahagiaan pada tempatnya yang tepat. 

Ini juga terekplorasi dengan baik, dengan mimpi buruk Katie karena sakitnya dapat terobati dengan pemandangan yang indah saat melihat keluar dari jendelanya. Ya, meskipun itu hanya melalui jendelanya, itu membuat hidupnya menjadi penuh warna.

Apakah yang dilihatnya disana, seorang sosok yang dia tahu bernama Charlie. Pria yang memberikan arti harapan dan bahagia dalam hidupnya, meskipun dia menyadari itu tidak akan pernah pergi kemana-mana atau membawanya kesana. 

Sepuluh tahun, dia mengamati kebahagiaannya itu terlintas dimatanya, hanya dapat terlihat dan nyata dalam mimpinya saja, namun dia memilih untuk bahagia dengan itu. Itu pun menjadi salah satu faktor dia bertahan selama itu, selain dia mendapatkan perhatian dan kasih dari ayahnya.

Ketiga, meskipun kesendirian seringkali menjadi jawaban yang terasa menambal rasa sakit atau tersakiti, namun bersama dan menikmati kebersamaan dengan yang terkasih adalah selalu menang dan menenangkan sebagai jawabannya. 

Katie dengan hadirnya ayahnya yang terkasih, Morgan, sahabatnya yang paling mengerti dan tahu siapa dirinya, memang dapat mengisi bagian ini, namun berbeda dengan kehadiran Charlie, pria yang menjadi mimpi, bahagia dan obatnya. 

Pilihan ini sulit tentunya untuk seorang Katie, apakah dia akan berbicara jujur atau menutupinya? akhirnya pilihannya adalah menutupinya, karena seseorang tidak ingin terlihat tidak sempurna bagi pasangannya, namun ini tidak akan menyelesaiakan masalah namun lebih pada menimbulkan masalah yang lainnya. Ini pun tersaji baik di film ini, meskipun cepat. 

Sesaat meneguk kebahagiaannya, Katie lupa terhadap penyakitnya, ini membuatnya seperti normal dan sembuh, namun disinilah semuanya terungkap pada akhirnya. 

Siapa Katie sebenarnya, Charlie dengan cintanya, ayahnya yang sangat perhatian dan mengasihinya, dan Morgan sahabatnya yang memang begitu peduli dengannya. 

Dari hal ini, saya belajar bahwa sakit dan tersakiti, akan mengambil mimpi, dunia dan harapan kita, namun pilihan untuk menerima rasa sakit itu dan menerima perhatian dari yang terkasih jauh lebih baik daripada menghadapinya sendiri, dan menyangkalinya, sekalipun hadir rasa kasihan yang terlihat jelas di mata atau terucapkan dari mulut mereka. 

Kesedihan yang indah pun dapat tercipta saat Katie dan Charlie menghabiskan waktunya bersama, dan berakhir sedih namun selalu indah bagi mereka dan saya tentunya yang melihat film ini.

Film ini, dari sekian film yang pernah saya tonton dengan tema yang tidak jauh berbeda seperti: Now Is Good, The fault in Our Star, Irreplaceable you, memang menyuguhkan sesuatu yang berbeda dan memang layak untuk ditonton. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun