Mohon tunggu...
Filsafat Pilihan

"Metafisika" dalam Filsafat Ilmu

15 November 2018   16:16 Diperbarui: 15 November 2018   16:27 3397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saat pertama kali mendengar kata metafisika pasti agak terdengar asing di telinga, ya mungkin karena metafisika dianggap rumit untuk dipahami sehingga jarang atau mungkin beberapa orang tidak ada yang mau membahas masalah metafisika karena dianggap tidak bernilai. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membahas permasalahan yang sebagai sesuatu yang ada. 

Yang membuat metafisika sulit untuk dijelaskan karena membahas sesuatu yang ada tapi tak berada sehingga membuat bingung dalam mempelajarinya. Metafisika berasal dari Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu meta yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu dan pysika yang artinya nyata. Karena biasanya manusia mencari pengetahuan dari apa yang bisa dilihat oleh panca inderanya, tapi dalam metafisika masih ada yang pengetahuan dibaliknya yang perlu diketahui manusia yang bersifat meta fisik.

Memang banyak sekali misteri di dalam dunia ini yang masih belum terpecahkan, ada suatu hal yang memang tidak sampai ke logika manusia. Seperti waktu, dia ada tapi tak tahu bagaimana bentuknya, warnanya, dan rupanya karena manusia memang memiliki keterbatasan. Sama juga dengan rasa, saat kita mencintai seseorang pasti ada yang namanya rasa cinta kepada orang tersebut tapi kita tidak bisa melihat seperti apa dan bagaimana dia bisa ada.

Dalam metafisika ada dua macam wujud yaitu wujud yang bersifat mutlak dan wujud yang bersifat relative. Wujud mutlak itu sifatnya tidak berubah sampai kapanpun seperti perhitungan 1+1 = 2 pasti hasilnya selalu dua tidak mungkin menjadi angka 3,4,5 atau pun yang lainnya. Dan wujud relative terbagi menjadi dua cabang yaitu :

  • Manusia ( dalam diri manusia / yang ada pada diri manusia itu sendiri )
  • Alam di luar manusia ( sesuatu apa saja yang di luar diri manusia )

Ada tiga teori yang termasuk dalam metafisika, yang pertama itu idealisme. Aliran idealisme ini menganggap bahwa sebenarnya yang beraneka ragam ini semuanya berasal dari ruh, sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak menempati ruang. 

Jadi intinya aliran ini hanya mengakui ruh lah yang memegang kendali hal yang bersifat materi, seperti seorang koki tidak mungkin makanan langsung siap sedia tanpa berpikir dan bertindak apa yang harus dilakukan. Agar menjadi manusia bukan hanya mempergunakan tubuh atau jasmaniah yang berupa panca indera, akan tetapi juga mempergunakan alat rohaniah yang mencakup akal dan budi.

Yang kedua adalah materialisme, aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu itu semuanya hanyalah sebuah materi pada akhirnya karena pada hakikatnya semua yang ada di dunia ini berasal dari materi yang berarti sama tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan atau pun yang lainnya.

Yang ketiga adalah dualisme, aliran ini beranggapan bahwa realitas itu berasal dari dua hal yang berbeda tidak bisa di samakan, berdiri sendiri, tapi saling berkaitan. Contohnya seperti otak dan pikiran dua hal yang berbeda tapi keduanya saling berkaitan, tanpa adanya otak tidak akan bisa berfikir karena otak yang menangkap sinyal dari luar dan jika tanpa pikiran otak juga tidak akan bisa bekerja layaknya motor tanpa bensin.

Dalam metafisika ada juga perbedaan pendapat salah satunya antara kaum Sufi dan kaum Fuqaha. Kaum sufi berpikiran bahwa segala hal dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan berasal dari dzat yang sama. Dzat itu bersifat Tunggal/Esa yaitu Tuhan. 

Seperti di Indonesia pernah ada ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang merupakan ajaran Syekh Siti Jenar menganggap Tuhan itu berada dalam dirinya karena semuanya berasal dari satu dzat. Tentu saja ini banyak pertentangan karena menganggap ajaran ini dapat menyesatkan orang-orang yang masih awam belajar agama. Bukan karena salah tapi tidak semua orang bisa paham apa yang di maksud dari pemahaman tersebut.

Sedangkan kaum fuqaha yang menentang ajaran kaum sufi mereka beranggapan bahwa segala sesuatu hal yang ada di bumi ini ada yang sifatnya mutlak dan ada juga yang sifatnya relative. 

Jika manusia memang dzatnya berasal dari Tuhan mengapa harus ada keterbatasan dalam panca inderanya, misalnya saja saat melihat benda terkecil seperti debu mata manusia tidak bisa melihatnya dengan jelas begitu juga dengan benda yang jauh. Kita bisa melihat jika menggunakan suatu alat yang sudah di modifikasi dengan berbagai macam alat. Jadi tidak mungkin manusia sama dzatnya dengan yang Esa yaitu Tuhan, karena Tuhan sifatnya mutlak dan manusia sifatnya relative.

Dalam teori hierarki wujud ada yang namanya spectrum cahaya, jika cahaya putih di pancarkan ke sebuah prisma, maka cahaya yang muncul akan berbeda di karenakan perbedaan spectrum cahaya tersebut. Jadi, pembelajarannya tidak semua yang berwujud itu memiliki derajat yang sama walaupun sama-sama berwujud, itu dikarenakan ada perbedaan spectrum cahaya. Jadi kesimpulannya Wujud Manusia dan Wujud Tuhan itu berbeda karena wujud manusia adalah ciptaan dari Tuhan jadi tidak mungkin sama dengan wujud yang menciptakan yaitu Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun