Hari ini, Minggu (16/10/2022) menjadi momentum bersejarah bagi Anies Baswedan yang telah menuntaskan amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Seperti dalam pidato perpisahannya di Balaikota, tak perlu berbicara panjang lebar terkait kinerja selama 5 tahun, biarlah karya nyata menjadi bukti dia bertugas di Jakarta.
Saya sendiri bukan penduduk Ibu kota, sekadar warga provinsi tetangga, rasanya tak berhak menilai secara langsung kinerja Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. Baik buruk kepemimpinan beliau hanya bisa membaca dan menyimak di media, yang tentu dengan penambahan pengurangan sesuai kepentingan media tersebut.Â
Namun dalam perspektif sebagai pendukung Persija Jakarta—saya pikir mayoritas The Jak sepakat—Anies Baswedan telah meninggalkan kesan mendalam dengan sederet perhatian dan kepeduliannya terhadap Persija serta Jakmania. Anies mampu menjadi guru sekaligus bapak bagi suporter Persija yang kerap dipandang sebelah mata.Â
Berbagai kebijakannya pun menunjukkan keberpihakan yang nyata. Semisal wacana mewajibkan ASN di lingkungan Pemprov DKI Jakarta mengenakan seragam bernuansa Persija saat Persija bertanding. Meski kabarnya tak terealisasi secara konsisten, tapi ini bentuk dukungan moril dan contoh kecil keberpihakan pada tim kebanggaan Ibu kota. Â
Termasuk peran di momen krusial yang terjadi ketika Persija melakoni laga terakhir Liga 1 2018 yang menentukan perebutan gelar juara. Saat itu, Macan Kemayoran nyaris batal main di Jakarta karena kendala perizinan. Namun, berkat komunikasi gubernur terhadap pengelola stadion GBK Persija bisa bermain dan menang 2-1 atas Mitra Kukar, yang mengakhiri penantian gelar juara selama 17 tahun lamanya.
Prestasi tersebut tak lain berkat sinergi tiga elemen penting, yaitu manajemen, suporter, dan pemerintah. Dalam hal ini Persija, Jakmania, dan Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan. Manajemen bertugas menyiapkan tim terbaik, suporter memberi dukungan positif melalui kreatifitas-militansi, lalu pemerintah daerah berkontribusi lewat berbagai kebijakannya.Â
Puncaknya adalah janji pembangunan stadion yang berhasil ditunaikan lewat peresmian Jakarta International Stadium (JIS) bulan Juli lalu. Selama ini gubernur datang silih berganti, tapi tak satupun yang mampu merealisasikan pembangunan stadion bagi warga Jakarta. Janji tinggal janji, hilang seiring habisnya masa jabatan.Â
Baru di masa kepemimpinan Anies Baswedan stadion yang didambakan warga Ibu kota itu bisa terwujud. Stadion megah berkapasitas 82 ribu orang di Jakarta Utara dengan segala fasilitasnya. Sebagai Jakmania yang mengikuti pasang surut prestasi Macan Kemayoran, tak ada yang menyenangkan selain melihat Persija juara dan Andritany Cs bisa kembali berkandang di Jakarta.Â
Bukan tanpa alasan, selepas penggusuran Stadion Menteng disusul Stadion Lebak Bulus, Persija Jakarta bak anak ayam mencari induk, terusir dari rumah, terlunta-lunta sebagai tim musafir. Kadang bermain di Solo, di Sleman, Malang, Jogja, Bekasi dan kota-kota lain yang pernah dijadikan kandang oleh Macan Kemayoran.Â
Bahkan ketika Persija nyaris degradasi tahun 2014 karena krisis finansial, tak ada perhatian lebih dari pemerintah daerah kala itu untuk sekadar bantu mencarikan sponsor—melalui BUMD misalnya. Terlebih di masa gubernur Ahok yang begitu resisten terhadap sepak bola Jakarta, mulai dari wacana membubarkan Persija, konflik dengan Jakmania, hingga janji pembangunan stadion yang hanya angin lalu.Â
Tak heran ketika Anies-Sandi terpilih sebagai gubernur-wakil gubernur tahun 2017 lalu, warga Jakarta menyambutnya dengan suka cita, terkhusus Jakmania yang berharap kepemimpinan lebih ramah bakal hadir di Ibu kota. Perlahan tapi pasti harapan demi harapan itupun terjawab lewat berbagai janji yang tertunaikan.Â
Kini lima tahun berlalu, Anies Baswedan resmi mengakhiri pengabdiannya di Jakarta. Kiprah membangun Ibu kota patut diapresiasi, meski pro kontra senantiasa mengiringi. Termasuk soal karier politik lanjutan, yang tak sedikit Jakmania meminjam tagline Persija musim ini #ToTheNextLevel untuk disematkan pada Anies Baswedan sebagai salah satu kandidat untuk memimpin Indonesia.Â
Meski barangkali terlalu cepat, tapi tak ada salahnya sebagai ekspresi politik pribadi. Terlebih sebentuk harapan adanya perbaikan untuk Indonesia ke depan. Namun sekali lagi dalam konteks sepak bola—di mata Jakmania—menggunakan istilah Bung Ferry, Anies Baswedan adalah "Bapak Persija". Akhir kata, terima kasih Anies Baswedan, dari kami The Jakmania.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H