Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

ADHD atau Sekadar Anak yang Aktif, Apa Bedanya?

18 Oktober 2024   15:37 Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:11 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Attention Deficit and Hyperactive Disorder (ADHD), yang dalam Bahasa Indonesia yakni Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), mungkin belum terlalu lazim didengar. Namun, gangguan ini dapat mengganggu seorang anak dalam aktivitasnya seperti dalam sekolah maupun berosialisasi. 

Sayangnya, tidak jarang gangguan ini terlewat oleh orang tua. Anak hanya dianggap aktif, nakal, tidak bisa diam hingga akhirnya dibawa berkonsultasi karena ada saran dari sekolah. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita mencoba berkenalan sedikit tentang GPPH.

Seperti namanya, gangguan ini terdiri dari gangguan dalam memusatkan perhatian serta perilaku yang hiperaktif. Memang anak-anak cenderung bersikap aktif seperti berlari ke sana ke mari, sangat suka bermain di luar rumah, bermain bola dan sebagainya. Tentu tidak mudah bagi orang tua untuk membedakannya. Namun, ada beberapa hal yang mungkin dapat dilihat pada anak yang memiliki GPPH.

Beberapa gejala yang dapat menjadi perhatian orang tua dalam menilai kemungkinan adanya GPPH yakni

  • Anak sulit sekali diajak fokus mengerjakan sesuatu hal misalnya jika diajak bermain sering tidak menyelesaikan permainannya dan berganti permainan secara cepat tanpa provokasi. Kejadian ini terjadi setiap saat dalam berbagai kegiatan. Anak juga tidak dapat diajarkan untuk tenang dan jika diajak berbicara tampak tidak mendengar atau acuh karena anak disibukkan perhatiannya oleh hal lain.
  • Anak mudah lupa baik terhadap barang-barangnya atau kegiatannya, cenderung ceroboh bahkan pada aktivitas sederhana
  • Mudah sekali perhatian teralihkan dan sering menghindari aktivitas yang membutuhkan perhatian
  • Aktifnya anak cenderung tidak sesuai atau berlebihan, misalnya pada saat di sekolah tidak bisa duduk diam dan mendengarkan dalam waktu lama namun malah berlari-lari berlebihan atau beraktivitas lain secara cepat serta sulit diberitahu
  • Anak sering nampak tidak sabar seperti suka menjawab sebelum pertanyaan selesai diberikan, sulit menunggu giliran, atau mengganggu aktivitas orang lain baik bicara atau aktivitas lain
  • Anak nampak sulit mengikuti peraturan, tampak seperti tidak mengenal bahaya, serta dapat juga mudah tersulut emosinya.

Kondisi-kondisi ini harus diperhatikan apakah terjadi pada kondisi tertentu saja atau hampir menyeluruh. Tentunya jika hanya pada kondisi tertentu saja, bisa jadi bukan disebabkan oleh GPPH, namun bisa jadi oleh penyebab lain.

Selain itu, perlu diketahui bahwa GPPH tidak melulu harus pada anak yang aktif. Bisa saja ditemukan bahwa anak sulit fokus namun anak tidak hiperaktif. Pada kondisi ini mungkin anak mengalami gangguan pemusatan perhatian (GPP). Namun, jangan terburu-buru mengatakan anak GPP, perlu dikaji lebih lanjut apakah bisa karena ada stressor tertentu baik di rumah atau di sekolah atau memang disebabkan GPP. Konsultasi dengan profesional seperti psikiater atau psikolog dapat membantu.

Belum ada penyebab pasti dari GPPH, namun, genetik ditemukan berhubungan dengan kejadian dari gangguan ini. Adanya riwayat keluarga dengan GPPH, misalnya oleh orang tua, dapat meningkatkan risiko anaknya mengalami GPPH.

Konsultasi dengan psikiater dapat membantu untuk memastikan gangguan yang dialami anak jika orang tua memiliki kecurigaan tertentu. Terapi yang diberikan dapat terdiri dari obat-obatan serta non obat yang disebut dengan terapi  psikososial.

Dalam terapi psikososial, tidak hanya anak saja yang dilibatkan dalam terapi. Orangtua dan bahkan guru juga dapat dilibatkan. Pelatihan ketrampilan sosial dalam terapi ini penting untuk membantu anak membangun hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya. Masalah pertemanan sering dialami oleh anak-anak dengan gangguan ini karena kerap dianggap berbeda oleh teman sebayanya. Perubahan perilaku dan ketrampilan sosial diharapkan dapat menunjang anak untuk berperilaku dan berinteraksi sesuai norma yang ada serta menghadapi tantangan dalam aktivitas kehidupannya.

Memberikan edukasi kepada orang tua dan guru penting karena kehidupan anak dihabiskan pada kedua tempat tersebut, yakni rumah dan sekolah. Memberikan pengertian bagaimana cara menghadapi anak serta pelatihan dianggap perlu dengan harapan dapat mengurangi stigmatisasi dan menunjang kehidupan belajar anak.

Perlu menjadi perhatian bahwa dalam menatalaksana anak dengan GPPH dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Meski dibantu dengan obat, modifikasi perilaku dan ketrampilan sosial bukan lah hal yang instan diubah serta memiliki banyak tantangan yang dapat mempengaruhi terutama dari lingkungan anak. 

Oleh karena itu, kesabaran dan kerjasama dari orang tua, guru, anak serta praktisi kesehatan terkait amat diperlukan untuk membantu anak menjalankan fungsinya dengan baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun