Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Buka Hati, Kenali Skizofrenia

18 September 2024   16:04 Diperbarui: 18 September 2024   18:31 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disebut sebagai "orang gila", tak jarang dipasung ataupun dikucilkan merupakan beberapa perlakuan yang kerap kali diterima oleh penderita skizofrenia. Perilaku yang aneh, bicara sendiri dan kacau seringkali membuat masyarakat bingung, takut dan khawatir. Terlebih, stigma bahwa penderita skizofrenia berbahaya dan berisiko tinggi menjadi pelaku kriminalitas cukup luas beredar. Padahal, stigma dan misinformasi ini tidak benar dan cenderung membahayakan.

Penyebutan "orang gila" yang diberikan kepada penderita skizofrenia tidaklah tepat. Penyebutan ini menjadi stigma yang seringkali menghambat penderita mendapatkan bantuan. Keluarga tak jarang merasa malu dan memilih menyembunyikan mereka, salah satunya dengan dipasung. Padahal, pemasungan hanya akan menghambat pertolongan dan memperburuk kondisi penderita. 

Skizofrenia merupakan salah satu penyakit gangguan jiwa, sehingga penderitanya sebaiknya disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa. Skizofrenia bukan penyakit yang tidak bisa dikendalikan. Seperti penyakit kronis lain, contohnya hipertensi dan diabetes melitus, skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang dapat dikendalikan dan penderitanya juga tetap bisa berkontribusi di masyarakat. Bahkan saat ini, target terapi skizofrenia adalah dapat pulih dan lepas obat. 

Mengapa bisa terjadi skizofrenia?

Penyebab terjadinya skizofrenia merupakan interaksi dari kerentanan genetik seseorang dengan lingkungannya. Dengan kata lain, tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan skizofrenia, melainkan bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang berperan yakni

  • Genetik

Risiko skizofrenia meningkat seiring dengan adanya keluarga yang menderita penyakit serupa. Hingga saat ini, belum ada gen pasti yang menjadi tersangka dalam kejadian skizofrenia meskipun beberapa gen dikatakan terkait dengan gangguan jiwa ini.

  • Lingkungan

Kondisi lingkungan sejak masa kandungan hingga dewasa dapat meningkatkan risiko terjadinya skizofrenia pada seseorang. Pada masa kandungan, adanya malnutrisi, infeksi, serta stres pada ibu ikut berperan dalam meningkatkan risiko. Pola asuh yang sering menggunakan kekerasan, riwayat trauma psikis tertentu seperti korban perang, riwayat perundungan turut menjadi faktor risiko yang meningkatkan terjadinya skizofrenia.  

  • Riwayat penggunaan obat terlarang

Riwayat penggunaan ganja, kokain menjadi contoh zat terlarang yang selain dapat meningkatkan risiko skizofrenia karena ada kecendrungan menyebabkan gejala psikotik, salah satunya halusinasi. Pemakai yang memiliki halusinasi tidak langsung dikatakan sebagai skizofrenia, karena memang bisa disebabkan oleh obat. Namun, jika ada kecenderungan gejala yang menetap, perburukan, atau ditemukan gejala lain, maka dibutuhkan konsultasi ke tenaga profesional.  

Skizofrenia cenderung memiliki onset pada usia muda. Angka bunuh diri pada penderita skizofrenia mencapai 5-6%. Adanya halusinasi dengar yang menyuruh penderita untuk mengakhiri hidup, adanya gangguan jiwa penyerta lain seperti depresi dapat menjadi penyebab tingginya angka bunuh diri ini.  

Apa saja gejala skizofrenia?

Pada penderita skizofrenia, mereka cenderung tidak dapat membedakan kejadian yang nyata dengan halusinasi atau waham mereka. Oleh karena itu, perlu waspada jika bertemu dengan penderita yang nampak agresif. Menghubungi tenaga kesehatan atau layanan sosial setempat dapat dilakukan. Beberapa gejala yang umumnya ditemukan pada penderita skizofrenia yakni

  • Halusinasi

Secara umum dikenal berbagai jenis halusinasi seperti halusinasi penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan pengecapan. Pada skizofrenia, penderita umumnya mengalami halusinasi pendengaran sehingga tak jarang terdengar suara-suara di telinga mereka namun tidak ada orang atau sumber suara yang nyata. Terkadang suara yang terdengar dapat tunggal maupun banyak.  Oleh karena tidak dapat membedakan kenyataan dan bukan, mereka cenderung mengikuti halusinasi mereka sehingga tampak berbicara sendiri atau menuruti perkataan dari halusinasi tersebut.

  • Waham

Waham atau delusi merupakan kepercayaan yang salah yang dipercayai penderita meskipun sudah diberikan fakta yang berlawanan. Seringkali mereka dengan waham memegang teguh kepercayaan mereka tersebut dan akan marah jika dikonfrontasi.

  • Perilaku yang kacau

Orang dengan skizofrenia sering menunjukkan perilaku atau postur tubuh yang aneh. Kadang-kadang postur yang dibentuk sulit diubah namun tak jarang mudah diubah oleh orang lain.   

  • Bicara tidak jelas atau kacau

Orang dengan skizofrenia juga sering berbicara dengan kosakata yang asing dan sulit dimengerti oleh orang lain.

  • "Gejala negatif" dari skizofrenia

Meskipun gejala yang sering dibahas pada skizofrenia merupakan gejala positif seperti halusinasi dan delusi, gejala negatif juga dapat muncul. Gejala negatif ini dapat berupa tidak ada minat melakukan aktivitas apapun, menarik diri, tidak banyak bicara atau mimik wajah yang kurang menunjukkan ekspresi.

Perlunya konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan jiwa seperti psikolog maupun psikiater penting untuk memastikan apakah benar gejala yang dialami didasari skizofrenia atau gangguan jiwa lainnya. Beberapa gangguan jiwa lain dapat juga memiliki satu atau lebih gejala dari skizofrenia, salah satunya halusinasi, seperti pada gangguan mood bipolar, depresi serta efek zat terlarang. Oleh karena itu, jangan terburu-buru menyebut skizofrenia hanya karena beberapa gejala karena perlu penilaian lebih lanjut untuk memastikan. 

 Label skizofrenia, terlebih lagi dengan kata "orang gila" memberikan stigma negatif yang dapat merubah hidup seseorang dan keluarganya. Tidak adil ketika mereka yang justru sakit namun tidak dapat mengakses hak mereka karena stigma yang terlalu dini, padahal belum tentu benar.

Skizofrenia sendiri dapat diobati. Pulihnya penderita menjadi target akhir pengobatan. Terapi berupa obat-obatan terutama golongan antipsikotik, kemudian terapi psikoterapi, hingga terapi ketrampilan sosial tersedia untuk mempersiapkan penderita kembali ke masyarakat.

Meski perjalanan penderita skizofrenia dan keluarganya untuk bebas dari stigma masih panjang, tetap jangan menyerah. Jika kita bertemu dengan penderita skizofrenia, hendaknya jangan diprovokasi. Hal tersebut dapat memicu usaha mereka untuk pertahanan diri yang berisiko memunculkan kekerasan. Penderita skizofrenia tidak memiliki kecendrungan melakukan kekerasan yang berbeda dengan populasi umum.

Jangan jauhi keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia. Merawat penderita skizofrenia tidak mudah. Dukungan masyarakat dan lembaga masyarakat sekitar diperlukan untuk membantu mengurangi beban pelaku rawat, dalam hal ini seringkali keluarga. 

Rasa takut masyarakat dapat dipahami karena minimnya informasi dan interaksi. Pada akhirnya, tugas ini juga membutuhkan kerjasama semua bidang baik dari pemerintahan hingga individu itu sendiri. Penyebaran informasi yang benar dan luas, peningkatan kegiatan untuk memudahkan interaksi masyarakat dan penderita, inisiatif dari keluarga dan masyarakat membawa penderita berobat diharapkan dapat membantu mengurangsi stigma.

Mari hentikan stigma terhadap penderita skizofrenia. Bukalah hati kita untuk mengenal mereka.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun