Gangguan tidur merupakan gejala awal yang tidak dapat diabaikan. Gangguan tidur selain akibat aktivitas penyakit, dapat berhubungan dengan buruknya kualitas hidup serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental lain seperti cemas dan depresi.
Angka depresi pada lupus mencapai 20% kasus. Keterbatasan yang dialami akibat kekambuhan yang sering pada lupus dapat menjadi beban tersendiri yang menyebabkan rasa kehilangan, ketidakberdayaan dan rendah diri. Penderita dapat menjadi sedih, marah, kecewa, mengucilkan diri, putus asa dan risiko yang paling fatal adalah bunuh diri. Â
Tentu saja, ketika seseorang didiagnosis lupus, banyak perasaan yang dapat muncul seperti terkejut, sedih, cemas, takut dan perasaan yang kurang nyaman lainnya. Cemas akan masa depan, lelah dengan pengobatan yang panjang, adanya keterbatasan aktivitas serta keterbatasan dalam pekerjaan dan relasi sering menjadi sumber stres yang diwajarkan.
Meski kondisi tersebut dimaklumi, namun jika diabaikan atau dibiarkan, dapat mempengaruhi perjalanan dan kekambuhan penyakit serta kualitas hidup penderita.
Konsultasi dengan profesional kesehatan jiwa dapat membantu untuk memaksimalkan hasil penanganan bersama bidang medis lain yang berhubungan. Melatih mekanisme koping yang baik agar penderita dapat menghadapi dan hidup bersama penyakit sangat penting untuk memaksimalkan kualitas hidup pasien.
Pemberian obat-obatan dapat diberikan jika ada indikasi. Dukungan dan pemahaman orang terdekat akan penyakit lupus sangat penting untuk membantu penderita melalui masa sulit akibat penyakit tersebut. Komunitas penderita lupus seperti Yayasan Lupus Indonesia, Komunitas Sahabat Cempluk dapat membantu agar penderita merasa dimengerti akan kondisinya. Seringkali, dukungan teman yang dianggap seperjuangan memberikan efek lebih selain dari lingkungan sekitarnya.
Lupus mungkin tidak dapat disembuhkan, namun bukan berarti hidup tidak dapat dinikmati. Lupus dapat dikontrol dan untuk dapat mengontrolnya diperlukan penanganan secara menyeluruh dari berbagai aspek, tidak hanya dari aktivitas lupus itu sendiri, namun gaya hidup yang baik dan kesehatan mental yang baik.
Harapannya, lupus dapat terkontrol, penderita tetap dapat memiliki kualitas hidup yang baik bersama lupus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H