Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stop! Gangguan Jiwa Bukan Karena Kurang Iman

24 Juli 2024   21:41 Diperbarui: 24 Juli 2024   21:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Orang tua saya marah karena saya berobat ke psikiater. Katanya saya kurang iman, disuruh banyak ibadah"

"Saya malu dok sama penyakit saya. Di rumah juga tidak ada yang mau mendengarkan keluhan saya karena katanya penyakit saya karena kurang iman. Padahal saya rajin ibadah"

Pernyataan ini kerap kali didengar ketika berhadapan dengan mereka yang mengidap gangguan jiwa. Stigma yang masih melekat ini tidak hanya menghambat seseorang mencari pertolongan, namun juga menghambat kelangsungan pengobatan. Padahal, gangguan jiwa tidak dapat disepelekan dan sama seperti penyakit fisik, jika dibiarkan dapat semakin parah dan mempersulit pengobatan. 

Selain itu, gangguan jiwa yang tidak tertangani dapat menimbulkan hambatan dalam fungsi seseorang seperti beraktivitas dan bekerja serta meningkatkan risiko bunuh diri.

Dalam benak masyarakat, kata gangguan jiwa masih memiliki makna negatif dan sering dihubungkan dengan gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Sedangkan, gangguan jiwa tidak hanya skizofrenia saja. 

Gangguan cemas, depresi, serangan panik, sulit tidur, gangguan obsesi kompulsi serta masalah pada anak seperti autism dan gangguan perhatian dan perilaku hiperaktif merupakan contoh dari gangguan jiwa. 

Selain itu, penyebab dari gangguan jiwa juga cukup kompleks dan seringkali merupakan manifestasi dari masa lampau. Karakteristik ini hampir serupa dengan penyakit fisik degeneratif yang bersifat jangka panjang seperti diabetes melitus dan hipertensi.

Hingga saat ini, gangguan jiwa dikatakan sebagai penyakit yang multifaktorial. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap stres. Adapun beberapa faktor ini yakni

Genetik

Adanya riwayat keluarga yang memiliki gangguan jiwa tertentu, salah satunya skizofrenia, dapat meningkatkan risiko serupa pada keturunannya.

Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang keras, misalnya orang tua yang sering bertengkar, pola asuh yang kurang baik atau adanya pengabaian, riwayat kekerasan fisik, mental atau seksual serta kehilangan orang terkasih di usia muda dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap gangguan jiwa. 

Kondisi lingkungan yang tidak aman, anak yang tidak memiliki role model dalam bertumbuh dapat menyebabkan anak kurang dapat mengelola emosi dan stresnya. 

Selain itu, stres berkepanjangan juga dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga dapat mempengaruhi fungsi otak salah satunya fungsi kognitif.

Lingkungan sosial

Lingkungan sekitar seseorang seperti dari sekolah, masyarakat dan budaya turut andil dalam membentuk karakter seseorang. Paparan terhadap perundungan dapat menjadi faktor risiko sekaligus pencetus dari gangguan jiwa.

Sejatinya, tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Faktor baik dari dalam maupun luar saling berinteraksi dan membentuk karakter seseorang yang akhirnya berpengaruh pada kerentanannya terhadap stres. 

Jika seseorang tidak memiliki mekanisme koping ataupun resiliensi yang baik, sangat mudah seseorang melakukan tindakan yang tidak tepat ketika stres, seperti menyakiti diri. 

Kemudian, seseorang juga dapat menjadi sulit mengontrol emosi, mudah terlibat dengan perilaku berlawanan dengan hukum seperti kecanduan zat ataupun masalah perilaku seperti judi, ataupun tindakan kekerasan.

Kesehatan tidak hanya meliputi fisik saja, namun kesehatan mental dan spiritual juga penting. Mengingat bahwa mereka dapat saling mempengaruhi, maka penting untuk menganggap kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. 

Ketika ada sanak saudara atau teman yang berobat atau mengalami gangguan jiwa, hentikan penghakiman yang tidak perlu. Gangguan jiwa sama dengan gangguan fisik dan tidak ada orang yang ingin mengalaminya serta tidak ada orang kebal terhadapnya.

Selain itu, jangan bosan dan menyerah dengan pengobatan gangguan jiwa. Memang pengobatan untuk orang dengan gangguan jiwa seringkali memakan waktu yang menahun. 

Hal ini dikarenakan kerentanan seseorang mengalami gangguan jiwa sendiri seringkali terbentuk dalam waktu yang panjang. Namun bukan berarti semua gangguan jiwa membutuhkan obat atau memerlukan penggunaan obat jangka panjang. Psikiater atau psikolog akan menilai kondisi masing-masing untuk keperluan pengobatan. Adapun psikoterapi merupakan modalitas penting dalam pengobatan gangguan jiwa dimana dapat membantu meningkatkan resiliensi seseorang.

Mari hentikan stigma tentang gangguan jiwa dan mari ciptakan suasana yang ramah untuk orang dengan gangguan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun