Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Yuk, Hentikan Penggunaan Narkoba

12 Juni 2024   16:16 Diperbarui: 12 Juni 2024   18:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masalah penyalahgunaan narkoba masih menjadi permasalahan yang membutuhkan perjalanan panjang untuk diatasi, meskipun data BNN pada tahun 2023 telah menunjukkan penurunan prevalensi sebesar 0.22% dibandingkan tahun 2021. Selain itu, masalah populasi penyalahguna terbesar yang datang dari usia produktif semakin meningkatkan urgensi penanganan. Oleh karena itu, kerja sama semua pihak dibutuhkan untuk menyukseskan generasi emas Indonesia 2045.

Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba juga tidak sedikit karena tidak hanya berhubungan dengan si pemakai itu sendiri, namun juga keluarga terkait. Bulan lalu, ada pasien dengan masalah kesehatan fisik yang juga dalam keadaan putus zat (withdrawal) juga sehingga keluarga merasa marah, kecewa dan dikhianati sehingga memutuskan untuk tidak perlu melanjutkan pengobatan.  

Ada juga kasus lain dimana seorang dengan riwayat menggunakan narkoba cukup lama yang akhirnya memutuskan untuk berobat demi memperbaiki masa depan. Jika mendengar kasus yang kedua, tentu ada perasaan senang dan optimis. Hanya saja, ternyata pasien sudah mengalami halusinasi pendengaran dan beberapa gejala gangguan jiwa lainnya sehingga meningkatkan kompleksitas pengobatan.

Sekilas tentang penyalahgunaan narkoba 

Penyalahgunaan narkoba jangka panjang dan atau sejak dini dapat menyebabkan perubahan fungsi otak. Kemampuan berpikir, persepsi terhadap lingkungan, perilaku dan gerakan tubuh dapat berubah. Meskipun begitu, tetap saja banyak orang melakukan penyalahgunaan narkoba. Interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan menjadi faktor risiko yang meningkatkan terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan (adiksi). Beberapa faktor ini yakni

  • Mempunyai kecendrungan sikap suka mengambil tindakan tanpa berpikir panjang (impulsif)
  • Menjadikan obat atau zat sebagai mekanisme koping untuk menghadapi nyeri, cemas, takut, kesendirian atau perasaan negatif lainnya
  • Pengaruh dari lingkungan sekitarnya

Selain memberikan dampak pada aspek ekonomi, fungsional dan sosial seseorang, penyalahgunaan narkoba dapat juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa.   

Psikosis dan penyalahgunaan narkoba

Psikosis merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi dan atau delusi. Gejala psikosis ini dapat muncul pada berbagai penyakit gangguan jiwa dari depresi, bipolar, hingga skizofrenia. Adanya gejala ini dapat menyebabkan kemampuan membedakan realita terganggu yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan ataupun bunuh diri.

Penyalahgunaan narkoba juga dapat meningkatkan risiko terjadinya psikosis. Beberapa contoh narkoba yang penggunaannya berisiko tinggi timbulnya psikosis yakni ganja, golongan stimulan seperti kokain dan amfetamin, golongan halusinogen (menimbulkan halusinasi) seperti LSD (Lysergic acid diethylamide). 

Penggunaan jangka panjang, terutama lebih dari 5 tahun, dapat meningkatkan terjadinya psikosis. Selain itu, gejala psikosis juga dapat muncul selama penggunaan obat dan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini dapat terjadi akibat efek zat pada struktur dan fungsi otak. 

Contoh lain seperti amfetamin dan kokain dimana penggunaannya dapat mengubah zat kimia otak (neurotransmitter) terutama dopamin, sehingga meningkatkan risiko gejala psikosis, salah satunya halusinasi pendengaran. 

Psikosis sendiri tidak selalu muncul dalam penyalahgunaan narkoba. Gejala penyalahgunaan narkoba seringkali bervariasi tergantung dari zat yang digunakan. Jika mengetahui ada kerabat ataupun diri sendiri yang menggunakan narkoba, sebaiknya mencari pertolongan ke tenaga professional untuk rehabilitasi. 

Rehabilitasi narkoba

Rehabilitasi menjadi penanganan penting dalam penggunaan zat. Secara singkat, tahapannya berupa

  • Rehabilitasi medis atau detoksifikasi untuk dinilai keperluan menggunakan obat untuk mengatasi gejala putus obat
  • Rehabilitas non medis dimana biasanya pecandu mengikuti program di tempat rehabilitasi. Contoh program tersebut yakni program 12 langkah dan program komunitas terapi.
  • Terapi bina lanjut agar dapat kembali ke kehidupan sehari-harinya

Mengingat kerugian yang ditimbulkan dari penyalahgunaan zat, mari tingkatkan kepedulian kita dari lingkungan sekitar untuk memberantas narkoba. Semoga setiap langkah kecil yang dilakukan dapat bermakna demi mewujudkan kehidupan untuk generasi kedepannya yang lebih baik.

Referensi :

bnn.go.id

Khokhar JY, Dwiel LL, Henricks AM, Doucette WT, Green AI. The link between schizophrenia and substance use disorder: A unifying hypothesis. Schizophr Res. 2018 Apr;194:78-85. doi: 10.1016/j.schres.2017.04.016. Epub 2017 Apr 14. PMID: 28416205; PMCID: PMC6094954.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun