Pernahkah mendengar orang terdekat atau diri sendiri merasa takut membagikan masalah kesehatan mental yang dialami? Alasannya bermacam-macam seperti takut akan dihakimi, tidak dipercaya dalam melakukan pekerjaan, dijauhi dari kelompok sosialnya, serta dianggap aneh atau gila.
Meskipun saat ini kesadaran akan masalah kesehatan mental terus meningkat berkat kemudahan informasi dari internet, stigma tetap menjadi penyebab utama orang enggan mencari pertolongan.
Stigma ini tidak hanya berdampak pada kesempatan mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan, namun pada aspek lainnya seperti sosial dan ekonomi.
Menurut Erving Goffman, stigma merupakan karakteristik yang membuat seseorang diremehkan, dianggap memalukan atau didiskreditkan. Stigma merupakan suatu pelabelan negatif. Stigma seringkali hadir dari ketakutan dan ketidaktahuan. Informasi dan penggambaran yang keliru tanpa sumber informasi yang akurat berperan dalam kesuburan stigma.
Jenis stigmaÂ
Berbagai jenis stigma dan masing-masing memberikan dampak kurang baik terhadap perjalanan penyakit orang dengan gangguan jiwa. Berbagai jenis stigma tersebut yakni Â
Stigma terhadap diri sendiri
Penolakan oleh sekitar, dianggap berbeda, diskriminasi membuat mereka merasa malu, terisolasi serta rendah diri. Perasaan malu, terisolasi, rendah diri ini akan memperburuk kondisi mental, gejala serta dapat meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri.
Stigma oleh publik
Gambaran publik akan risiko bahaya dan kekerasan jika berinteraksi dengan orang dengan gangguan jiwa menyebabkan semakin dikucilkannya kelompok ini. Tak jarang didengar mereka dipasung, diikat dan dipukul oleh masyarakat sekitarnya. Ketakutan masyarakat memang beralasan. Gangguan jiwa dengan perilaku yang kacau, waham, atau halusinasi tertentu dapat meningkatkan risiko perilaku agresif ataupun kekerasan. Namun, risiko ini hanya meningkat pada gangguan yang tidak terkontrol atau tidak ditangani dengan tepat.Â