Sumber : Blibli Friends
Selama bertahun-tahun kita hanya bisa memakai dan menikmati produk parfum yang berkualitas dengan harga yang tinggi, sebutlah “YSL MYSLF” produk parfum dari brand ternama yaitu Yves Saint Laurent. Namun, kebingungan ini menjadi pemicu lahirnya HMNS, yang didirikan oleh Rizky Arief sebagai CEO.
Rizky Arief menemukan bahwa biaya fantastis dari parfum tersebut sebagian besar disebabkan oleh rantai pasokan. Dalam sebuah wawancara di video podcast bersama Raymond Chin, Rizky membagikan penemuannya bahwa harga parfum tidak seharusnya semahal yang kita bayangkan, melainkan karena kompleksitas proses rantai pasokan.
Membongkar Misteri Biaya Pasokan di Balik Harga Parfum Prestisius
Dalam kasus tertentu, seperti produk parfum "MY WAY" dari merek ternama Italia, Giorgio Armani, biaya tinggi disebabkan oleh langkah-langkah yang diambil dalam rantai pasokan. Contohnya, Giorgio Armani mengimpor bahan mentah langsung dari Madagaskar dan India, seperti vanila dan bunga melati, untuk menciptakan parfumnya. Namun, perjalanan bahan mentah dari Afrika ke Eropa ini menambah biaya pengiriman yang signifikan, yang pada akhirnya tercermin dalam harga jual parfum.
Akhirnya Rizky menemukan alasan mengapa sebuah parfum International brand memiliki harga yang fantastis diatas Rp 1 juta perbotolnya, “i found it di satu artikel yang bilang sebenarnya harga parfum ga semahal itu, yang menjadikan itu mahal adalah supply chain-nya”, Rizky mengungkap di video podcast Raymond Chin bahwa mahalnya harga parfum disebabkan oleh proses supply chain-nya.
Produk parfum “MY WAY” dari brand ternama Italia yaitu Giorgio Armani yang mengambil bahan mentah vanilla dari Madagaskar dan bunga melati dari India, dalam hal ini Giorgio Armani mengimpor langsung bahan mentah itu ke Italia yang menyebabkan mahalnya biaya pengiriman dari Afrika ke Eropa.
Rizky Arief: Memegang Tim Marketing HMNS dengan Satu Tangan
HMNS didirikan oleh beberapa orang dengan tugas yang berbeda-beda termasuk Rizky (CEO HMNS) di bagian dari tim marketing HMNS, Rizky hanya seorang diri yang ada di bagian marketing. Dalam perannya yang luas, Rizky mengemban tanggung jawab penuh dalam mengurus semua aspek pemasaran, termasuk pembuatan cerita di Instagram, pembangunan citra merek, hingga merespons setiap pesan dari pelanggan sepanjang hari.
Rizky tidak hanya sekadar menjalankan tugas-tugas tersebut, tetapi juga mewujudkan filosofi HMNS. Dengan kesediaannya untuk secara aktif terlibat dan merespons kebutuhan pelanggan, HMNS berhasil menciptakan atmosfer di mana setiap pelanggan merasa di perhatikan dan di hargai, sehingga membentuk rasa kepemilikan terhadap brand sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Cara branding HMNS juga terbilang unik dan berbeda dari brand-brand lainnya, Rizky mengatakan bahwa saat ini cara perusahaan untuk branding itu bukanlah satu arah lagi tapi dua arah, maka dari itu Rizky mecoba mengajak customer untuk sama-sama membangun HMNS sesuai apa yang mereka inginkan dengan cara berkomunikasi dengan mereka melalui unggahan atau pesan instagram.
HMNS juga memiliki ciri branding yang khas yaitu storytelling, setiap produk parfum dari HMNS pasti mempunyai alur cerita masing-masing seperti contoh produk parfum HMNS yang bernama “Unpatched”, HMNS membuat parfum ini dengan hasil distilasi limbah daun patchouli yang diproses melalui bio-technology sehingga parfum Unpatched memiliki wangi yang khas dan intens.
Mencari Kunci Sukses: Rintangan Cultural Vehicle bagi HMNS di Pasar Luar Negeri
HMNS telah berhasil menguasai sekitar 40% potensial market di Indonesia dan sampai saat ini HMNS telah mendapatkan omset ratusan milyaran rupiah, ini karena HMNS adalah brand yang sangat unik dan sudah menjadi top of mind bagi banyak konsumen.
Meski sudah menjadi raja di pasaran Indonesia, Rizky mengatakan bahwa saat ini HMNS masih sulit untuk memasuki pasar luar negeri karena HMNS belum mendapatkan cultural vehicle-nya, yaitu cara bagaimana perusahaan bisa membaur dengan budaya atau kebiasaan negara yang dituju, tapi HMNS akan terus mencari cara agar brand parfum asal Indonesia dapat meraih kesuksesan di pasar global.
Alysha Diqna Ramadhani, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022.