Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Jangan Cemas Bila Anda Introvert

17 Januari 2016   19:39 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:34 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ah, gue introvert nih. Gue nggak bisa kerja sama.”

“Duh, gue nggak bisa ngomong di depan banyak orang. Gue malu. Anxiety gue suka kambuh. Gue kan introvert”

“Lo kan extrovert. Udah biasa dateng ke acara-acara kaya gini, bisa berbaur dengan orang banyak. Gue mah introvert sejati, baru masuk gedungnya aja udah gemeteran”

Pernah dengar kalimat tersebut, baik didengarkan secara langsung maupun hanya membacanya disuatu forum/social media? Anda bukan satu-satunya yang pernah mendengar kalimat tersebut. Pada abad modern ini, banyak orang yang suka menggunakan istilah psikologis untuk menjelaskan keadaan atau sifat diri sendiri terhadap orang lain tetapi istilah yang mereka gunakan adalah salah. Sebagai contoh: “Duh insomnia nih”, kemudian dua jam kemudian tertidur. Contoh lain? “Iya, gue nggak suka sama tempat yang kotor dan berantakan, gue kan OCD”, atau “Iyaa mood gue suka berubah dan berantakan nih, gue punya bipolar disorder”. Padahal kalau diteliti lebih lanjut, istilah-istilah tersebut mempunyai makna yang lebih dalam dan merupakan penyakit psikologis yang serius.

Balik lagi ke perihal introvert dan extrovert. Otak orang introvert memiliki kandungan dopamine berlebih sehingga sedikit saja rangsangan sudah membuat mereka merasa nyaman dan bahagia. Sedangkan extrovert cenderung mencari kegiatan yang dapat memacu adrenalin dan menciptakan dopamine agar mereka merasa bahagia. Maka sebab itu extrovert  mengambil energi (atau men-charge tubuh dan pikirannya) dengan bersosialisasi dengan banyak orang, sedangkan introvert kebalikannya. Ia akan merasa cepat lelah ketika dihadapkan dengan situasi dimana ia diharuskan untuk bersosialisasi dengan orang banyak dan akan memulihkan energinya apabila ia sedang sendiri. Sedangkan definisi menurut dokter psikologi dari Swiss, Carl Jung, introvert adalah kepribadian manusia yang lebih berkaitan dengan dunia dalam pikiran manusia itu sendiri, sedangkan extrovert lebih berkaitan dengan dunia di luar manusia tersebut. Orang yang mempunyai kepribadian extrovert biasanya mempunyai sifat senang bergaul, aktif, senang menjadi pusat perhatian, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Nah untuk introvert sifat yang dimiliki merupakan lawan dari extrovert.

Dalam dunia pekerjaanpun, tidak penting orang itu mempunyai sifat introvert atau extrovert, selama kamu bekerja dengan baik dan benar maka akan banyak orang menyukaimu. Nah, yang berbahaya disini adalah masih banyak orang-orang yang berlindung dibalik kata ‘introvert’ padahal orang tersebut hanya malas saja. Malas bersosialisasi, malas belajar, malas berbaur, malas ini dan malas itu. Disuruh bos presentasi di depan klien, ditolak dengan alasan introvert. Ada jadwal rapat dengan kolega dari perusahaan lain, ditolak dengan alasan introvert. Ada undangan menghadiri suatu pesta padahal pesta tersebut diadakan oleh klien yang sangat berpengaruh, dia ngumpet di pojokan dengan alasan introvert. Menurut saya, orang yang mempunyai sifat seperti itu akan sangat sulit berkembang. Kenapa? Karena ia masih berada di zona nyamannya sendiri dan tidak mau break the limit. Padahal kalau orang yang ingin berkembang maka ia harus keluar dari zona nyamannya.

Apabila kamu seorang introvert, try to break your limit. Get out from your safety zone. Presentasi di depan klien, rapat dengan kolega baru dari perusahaan lain, menghadiri pesta, bekerja sama dalam sebuah tim dan lain lain. Ingat prinsip ‘bisa karena terbiasa’. Kalau sudah terbiasa, maka status kamu sebagai introvert tidak akan mengganggu kegiatan tersebut. Namun kembali lagi pada sifat dasar introvert, setelah energinya terkuras habis, ia akan men-charge energinya dengan menghabiskan waktunya sendirian. Beristirahat di ruangan yang tenang dan sepi setelah rapat, keluar dari ruangan ramai dan berjalan-jalan sendirian melewati koridor yang sepi. Maka jangan heran ketika kamu mendapati salah satu teman kerjamu keluar dari ruangan dan sedang menyendiri, mungkin ia sedang mencari cara agar mendapatkan energinya kembali.

Apakah introvert bisa menjadi pemimpin? Bisa. Ingatkan sekali lagi bahwa introvert adalah tipe yang berpikir dahulu sebelum mengutarakan pendapat (bukan berarti extrovert kalau berpendapat asal ceplos tanpa berpikir dulu). Introvert lebih senang mendengarkan daripada berbicara. Maka ketika ia sedang berada dalam situasi yang mengharuskan ia berbicara banyak, ia terlebih dulu akan menganalisa situasi, cross-check fakta-fakta yang didapat dalam pikirannya, selalu berpikir matang dan setelah itu, barulah ia akan berbicara, mengeluarkan kesimpulannya.

Introvert yang hebat merupakan pemikir yang hebat. Tak jarang ia bisa mengubah dunia. Lihat saja Bill Gates, dengan kejeniusannya ia mempunyai perusahaan sendiri, Microsoft. J.K Rowling, yang ditolak oleh 12 penerbit ketika menunjukkan naskah Harry Potter, setelah naskah tersebut diterima oleh penerbit ke-13 dan akhirnya J.K Rowling menjadi penulis terkaya berkat 7 buku serial Harry Potter. Albert Einstein, sang pencipta teori relativitas-pun melakukan pemikiran terbaiknya dengan hanya menyendiri. "The monotony and solitude of a quiet life stimulates the creative mind”, kata Einstein. Coba bayangkan apabila Bill Gates, J.K. Rowling dan Albert Einstein mudah menyerah dan selalu berlindung dibalik ke-introvert-annya, maka tidak akan ada program Microsoft Windows yang sangat membantu kita dalam mengerjakan tugas. Tidak akan ada petualangan Harry Potter bersama temannya di Hogwarts melawan Lord Voldemort dan pengikutnya yang jahat, dan tidak akan ada film Interstellar karena belum terciptanya teori relativitas.

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun