Instruksi langsung oleh pemimpin Arab saudi Raja Salman bin Abdul Aziz untuk memberi perhatian, perawatan, santunan terhadap korban jatuhnya Crane di Kompleks Masjidil Haram, Kota Makkah Almukarromah yang telah mengakibatkan ratusan korban meninggal, cacat dan luka-luka telah menjadi berita/ informasi internasional yang aktual dan menarik kepedulian. Kebijaksaanaan itu seakan menjadi 'pelipur lara' bagi korban dan kelurganya yang tahun ini ditakdirkan menjadi tamu Allah Swt.
Berita pemberian santunan bagi korban robahnya Crane itu awalnya memang memunculkan 'spekulas'i tentang kebenarannya karena nilainya yang sangat besar. Seperti diberitakan berbagai media massa dalam maupun luar negeri, Raja Salman bin Abdul Aziz telah mengeluarkan instruksi langsung kepada korban jatuhnya Crane sebagai berikut;
a. Bagi setiap Korban meninggal dunia diberikan santunan sebesar 1 Juta Riyal Arab Saudi atau sekitar Rp. 3,8 Milyar dan 2 anggota keluarganya diundang khusus menjadi tamu Raja Salman  serta beribadah Haji pada tahun depan.
b. Bagi setiap Korban cacat tetap/ permanen maka diberikan santunan yang nilainya sama yaitu 1 juta Riyal Arab saudi atau setara Rp. 3,8 Milyar.
c. Bagi korban luka-luka atau tidak mengalami cacat permanen disediakan santunan sebesar 500 ribu Riyal Arab saudi atau setara Rp. 1.9 Milyar.
d. Bagi korban yang tidak bisa menyempurnakan ibadah haji tahun ini karena peristiwa tersebut, maka tahun depan kembali diberi kesempatan untuk menyempurnakan ibadahnya.
e. Bagi keluarga korban yang akan mendampingi keluarganya yang menjadi korban jatuhnya Crane di Rumah Sakit setempat maka diberikan visa khusus untuk datang juga kepulangannya.
Kebijakan itu memang sempat menjadi tanda tanya tentang 'kebenarannya'. Tidak saja kalangan masyarakat biasa yang mempertanyakan kesunguhan Raja Salman tersebut, tetapi pemerintah Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Agama juga masih belum yakin akan kebenaran kabar tersebut.
Walaupun awalnya belum yakin, namun semuanya tetap berharap kebenaran realisasinya, termasuk juga yang disampaikan Wapres Jusuf Kalla (JK). Namun kabar tersebut kini telah pasti setelah Kementerian Agama sebagaimana disampaikan oleh sang Menteri, Lukman Hakim Syaifudin bahwa kebijakan serta  santunan Korban jatuhnya Crane berserta jumlahnya yang telah diputuskan Raja Salman adalah benar karena secara resmi telah disampaikan kepada Pemerintah RI.
Informasi pasti itu menjadi realitas yang menggembirakan ditengah duka lara yang masih membuncah di dada para korban dan keluarganya. Bagi publik, khususnya umat Muslim realitas demikian sunguh menjadi wujud kebijakan dan potret "Kemurahan" yang menggetarkan Jiwa sebagai sesama manusia. Otoritas Arab Saudi tidak sekedar menunjukkan tanggungjawabnya yang besar akibat musibah yang tidak diinginkan semuanya, tetapi Raja Salman menunjukkan sikapnya yang sangat mencintai, menghormati dan memuliakan para tamu Allah Ta'ala di Kota penuh berkah yang dipimpinnya.
Dalam konteks kemanusiaan, Raja Salman seakan ingin memberi teladan dan penghargaan yang luar biasa kepada setiap Jiwa/ nyawa manusia yang sesungguhnya berkedudukan sama dihadapan sang Pencipta. Kebijakan ini sungguh menggugah jiwa karena para korban Crane mayoritas adalah bukan warga negaranya sendiri, tetapi rakyat dari negara-negara  lain yang sedang menunaikan ibadah Haji yang tentunya juga diasuransikan di negara asalnya.
Fenomena yang menggetarkan jiwa adalah ketika santunan dari otoritas Arab Saudi ternyata jauh lebih besar dan berlipat jika dibanding dari negara sendiri (Indonesia) yang hanya mencapai Rp. 37 juta untuk setiap korban meninggal dan 17 juta korban luka. Kondisi demikian sungguh ironis sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, yang selama berpuluh-puluh tahun menjadi pemilik kuota jamaah Haji dan Umrah terbesar serta mengelola dana Jamaah Haji yang sangat besar dengan mencapai puluhan Triliun Rupiah.
Yang sungguh sangat memprihatinkan juga menyayat hati adalah besarnya dana Haji di masa lalu justru sampai hati  'dikorupsi' secara berjamaah oleh para petinggi negeri beserta relasinya dengan alasan karena tugas dan dalih yang sangat suci. Perbandingan perhatian dan kepedulian yang diberikan pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sungguh bagaikan 'langit' dan 'dasar bumi', sangat tidak seimbang sama sekali.
Kemurahan hati dan keteladanan Raja Salman tersebut semoga bisa mengetuk hati, memberi inspirasi, motivasi dan pembelajaran bagi para pemimpin negeri ini agar tidak setengah hati dalam melindungi, menyantuni dan menghargai rakyatnya sendiri.  Inilah teladan untuk menghargai, menghormati dan memuliakan setiap jiwa, terlebih bagi rakyatnya sendiri-- agar kedepan tidak ada korban bencana apapun juga yang nasibnya tak terurus, terlunta-lunta, dan terdiskriminasi pelayanannya.
Â
Â
Â
Semarang, 17 September 2015
Â
Â
Â
Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H