Seperti biasanya setiap Minggu Kliwon atau yang kemarin bertepatan dengan tanggal 13-9-2015, penulis secara rutin mengasuh Pengajian Ahad Pagi di Majid Hidayaturrahman Kelurahan Bangetayu Wetan, Kota Semarang. Pengajian yang diikuti seratusan kalangan Ibu-ibu ini seperti biasanya dimulai jam 09 pagi dengan pembacaan Sholawat, tahlil, pembacaan surat Yasin, Surat Waqiah, dilanjutkan Tausiah dan ditutup dengan do'a.
Saat mulai memberikan Tausiah, terlebih dahulu penulis memberikan informasi bahwa sudah terjadi musibah di kompleks Masjidil Haram Makkah Al Mukarromah yaitu jatuhnya Crane (alat berat) untuk pembangunan yang menimpa ratusan calon Jamaah Haji yang menyebabkan korban wafat dan luka-luka. Mendengar informasi ini sebagian besar jamaah tertegun, tertunduk larut dalam kesedihan dan duka.
Saat itulah penulis mengajak jamaah membacakan surat Al Fatihah kepada para korban semoga yang wafat menjadi syahid, yang luka-luka segera diberi kesembuhan dan bisa melanjutkan ibadahnya serta keluarganya dianugerahi kesabaran. Selanjutnya bacaan Talbiyah juga dikumandangkan; Labbaik Allhumma Labbaik, Labbaika La Syarikalalabaik, Innal Hamda Wanikmata laka wal Mulka La syarikalaka.
Lantunan Talbiyah itu secara otomatis menjadi wujud empati dan simpati Jamaah kepada korban dan keluarganya yang dipastikan sedang berada dalam duka sangat mendalam. Dalam kondisi inilah tidak sedikit jamaah yang sangat terharu sampai bercucuran air mata membayangkan duka lara yang sedang membuncah di dada keluarganya.
Sungguh hikmah selalu hadir dibelakang, janji Allah Ta'ala pasti ditunaikan seperti dinyatakan dalam firman-Nya: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada Kemudahan" (QS. Alam Nasrah 5-6). Ditengah duka yang masih mendalam, Pemerintah (kerajaan ) Arab Saudi memberikan kabar yang bisa menjadi pelipur lara.
Adalah Raja Salman Bin Abdul Aziz (Raja Arab Saudi) yang telah memberikan simpati dan perhatian besar kepada para Tamu Allah Ta'ala yang menjadi korban jatuhnya Crane. Raja Salman memberikan instruksi langsung kepada otoritas Arab Saudi untuk memberikan santunan dan kebijaksanaan yaitu:Â
a. Bagi korban yang wafat maka diberikan santunan sebesar 1 juta Riyal Arab Saudi atau sebesar 3, 8 Milyar  Rupiah. Jumlah santunan ini juga berlaku sama bagi Koban berat atau mengalami cacat tetap (seumur hidup).
b. Bagi Korban yang tidak mengalami kecacatan tetap, diberikan santunan 500 ribu Riyal atau sebesar 1,9 Milyar Rupiah.
c. Mengundang dua orang keluarga korban yang meninggal untuk menjadi Tamu Raja Salman bin Abdul Aziz dan sekaligus melaksanakan Ibadah Haji pada tahun depan 1437 H/ 2016 M.
d. Bagi keluarga korban yang akan mengunjungi keluarganya yang masih di Rumah Sakit maka pemerintah Arab Saudi akan memberikan visa khusus, untuk keberangkatan dan kepulangannya.
Itulah wujud simpati, kepedulian dan besarnya penghormatan Raja Arab Saudi demi 'memuliakan' para tamu Allah Ta'ala yang tertimpa musibah. Kita tentu tidak terlalu elok jika terus larut dalam perdebatan saling menyalahkan dalam insiden tersebut. Pasca peristiwa yang memilukan itu yang terbaik bagi semuanya adalah kemauan bermuhasabah (mengevaluasi) diri bagi perbaikan di masa depan. Tidak ada musibah yang terjadi tanpa 'seizin' sang Pemilik Langit dan Bumi beserta seluruh isinya untuk selamanya.
Sebagai bagian umat Muslim tidak ada kata lain kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah Arab Saudi yang sudah memberikan perhatian dan penghormatan luar biasa kepada tamu-tamu Allah Ta'ala di Kota Makkah Al Mukaromah yang telah menjadi korban yang tak pernah disengaja. Ucapan do'a juga tersampaikan semoga keberkahan, keselamatan, kesehatan dan umur panjang diberikan kepada Raja Salman Bin Abdul Aziz yang ternyata sangat menghargai dan menghormati setiap nyawa/ jiwa  yang menjadi korban yang sesunguhnya tidak pernah dikehendaki.
Raja Salman tengah memberi teladan dan pelajaran sangat penting cara memuliakan, menghormati dan memberi penghargaan luar biasa bagi setiap nyawa/ jiwa sesama manusia. Inilah wujud solidaritas kemanusiaan yang 'menggetarkan jiwa' dengan bertabur cinta kasih dan besarnya kepedulian kepada sesama beserta keluarganya.
Pemerintah Republik Indonesia mestinya bisa 'meneladani' kemurahan Raja Arab Saudi tersebut, karena perhatian yang diberikan kepada rakyatnya sendiri justru masih sangat kecil bagi korban jatuhnya Crane yaitu Rp. 37 juta bagi yang meninggal dunia. Perhatian demikian jika disandingkan bagaikan; langit dan dasar bumi.Â
Pemerintah RI wajib belajar menghormati dan menghargai setiap nyawa/ jiwa akibat korban kecelakaan yang terjadi, terlebih bagi 'rakyatnya' sendiri. Bukankah selama ini banyak rakyat yang menjadi korban bencana yang tak terurus seperti; banjir bandang, gempa bumi, gunung meletus, serangan Asap, korban lalu lintas di jalan raya, kebakaran, rakyat miskin yang sakit serta lainnya yang meninggal sia-sia, tak terurus, terlantar atau berakhir dengan kemiskinan dan penderitaan hidup tanpa ujung...
Itulah teladan dan Pembelajaran sangat berharga dari Raja Salman Bin Abdul Aziz semoga dapat menginspirasi dan membuka hati pemerintahan RI yang kini dipimpin Presiden Jokowi.
Â
Â
Semarang, 16 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H