Mohon tunggu...
Aly Imron DJ
Aly Imron DJ Mohon Tunggu... wartawan & wiraswasta -

Tuhan Tidak Tidur (Gusti Mboten Sare). email: alyimrondj@yahoo.com, Hp. 085866940999

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aktor Dibalik Kehancuran Elektabilitas Demokrat

13 Februari 2014   09:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Stigma parpol paling korup dan terjadinya karma 'iklan katakan tidak pada korupsi, padahal korupsi' menjadi serangan politik yang sangat sulit dibantah oleh Demokrat dihadapan publik. Mayoritas bintang iklan politik ini kini telah tersandung kasus korupsi sehingga keberadaannya sekaligus menjadi aktor penting bagi kehancuran elektabilitas Demokrat.

Nazarudin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum  dan sejumlah elit Demokrat yang terus disebut dan diduga terlibat korupsi dalam sejumlah kasus, baik di Wisma Atlet, Hambalang dan SKK Migas  serta lainnya yang proses hukumnya di KPK hingga kini belum tuntas  menjadi beban sangat berat bagi parpol ini untuk bisa segera bangkit.  Realitas demikian  yang telah menghancurkan elektabilitas Demokrat sehingga sangat berat untuk diselamatkan dalam Pemilu mendatang.

Disamping faktor dan aktor korupsi yang telah menghancurkan elektabilitas Demokrat,  parpol penguasa ini juga sedang menghadapi kondisi yang sangat sulit-- dimana tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan SBY di akhir masa baktinya semakin turun. Terus menurunnya kepuasan terhadap kinerja pemerintah dianggap berkorelasi langsung terhadap jatuhnya elektabilitas Demokrat-- apalagi parpol  ini juga dipimpin langsung oleh SBY yang juga menjabat sebagai Presiden.

Tampilnya SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat tampaknya  akan sulit  melakukan gerakan penyelamatan  parpol ini karena faktanya tren elektabilitas parpol  justru terus menurun menjelang pemilu 9 April mendatang. Dalam konteks inilah posisi SBY justru menjadi salah satu beban (sebab) ikut menurunnya elektabilitas Demokrat karena tingkat kepuasaan publik terhadap kinerja pemerintahnya  semakin rendah.

Bagi sebagian besar para elit Demokrat, SBY adalah pusat kekuatan  dan harapan sehingga dirinya  didorong tampil menjadi Ketua Umum demi sebuah misi penyelamatan masa depan partai penguasa ini. Anggapan ini akan diuji di Pemilu mendatang, jika Demokrat berjaya kembali maka misi penyelamatan partai adalah berhasil,  sebaliknya jika gagal maka 'kewibawaan' SBY sebagai pusat kekuatan dan harapan di partai  ini pasti  digugat secara beramai-ramai oleh kadernya sendiri.

Itulah pertaruhan terakhir Partai Demokrat, ditengah terus memburuknya elektabilitas  maka kini semua kader hanya memiliki dua pilihan untuk bisa ditempuh yaitu tetap optimis dengan terus bekerja keras serta mengharapkan keajaiban jurus sakti politik SBY sebagai Ketua Umum dan sekaligus seorang Presiden.

Pemilu 9 April mendatang sebagai ajang pembuktian;  apakah SBY bisa tampil sebagai aktor yang mampu menyelamtakan partainya dari ancaman kehancuran atau  sebaliknya justru  menjadi faktor dan aktor yang menjatuhkan Partai Demokrat sehingga terpental menjadi kekuatan politik yang tidak terlalu  diperhiutungkan. Pembuktiannya kita tunggu 9 April mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun