Mohon tunggu...
Aly Imron DJ
Aly Imron DJ Mohon Tunggu... wartawan & wiraswasta -

Tuhan Tidak Tidur (Gusti Mboten Sare). email: alyimrondj@yahoo.com, Hp. 085866940999

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berani Disomasi SBY, Hebat!

26 Januari 2014   09:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga SBY atau seiring disebut keluarga Cikeas memiliki tradisi baru dalam menghadapi suara keras dan kritis yang berkembang dalam kehidupan yang semakin demokratis dan terbuka. Sebagai pucuk pimpinan pejabat publik di negeri sangat wajar jika Presiden SBY beserta keluaraganya terus  menjadi pusat perhatian publik sehingga harus siap dengan datangnya puja puji tetapi sekaligus caci maki.

Sebagai seorang Presiden, SBY bukanlah figur yang suci, sempurna dan tak terlepas dari berbagai kesalahan dan kelemahan. Karena  faktor inilah maka Presiden bisa menjawab dan sekaligus mengatasi  gelombang aspirasi yang terus berkembang ditengah masyarakat sehingga cukup wajar jika ada sebagian pihak yang tidak puas dengan kinerjanya.

Adanya ketidakpuasa atas kinerja seorang Presiden lumrah  terjadi di negara manapun juga  dan bisa diekspresikan dengan sikap kritis dan oposisional. Sikap kritis adalah keniscayaan yang mesti terjadi dlam kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin terbuka dan demokratis. Seorang pemimpin yang hidup dialam demokratis seperti ini harus siap menghadapi sikap kritis masyarakatnya sehingga dirinya mengetahui kekurangan dan kekilafannya.

Kebesaran jiwa untuk menerima setiap suara kritis dari rakyatnya adalah wujud dari kedewasaan dan kematangan kepemimpinan seseorang. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak siap dikritik, emosional dan reaktif adalah wujud watak kepemimpinan yang cengeng, konservatif  dengan  hanya siap menerima segala penghormatan, kemewahan, proteksi  dan abadinya puja puji belaka.

Terkait dengan fenomena obral 'somasi' yang saat ini digencarkan pengacara keluarga SBY tentu dapatdijadikan ukuran (barometer) atas kematangan seorang Presiden dalam menghadapi suara-suara kritis dan keras di alam yang semakin demokratis. Keluarga SBY terlihat lebih mengalamatkan somasinya kepada lawan-lawan politiknya yang selama ini terlihat sangat vokal, kritis dan oposisional  terhadap pribadinya.

Setidaknya  sudah ada tiga  orang yang memperoleh surat Somasi keluarga SBY yaitu Sri Mulyono ;aktivis PPI dan loyalis Anas Urbaningrum, tokoh oposisi Rizal dan Wasekjen PKS PKS Fakhri Hamzah.  Kenapa somasi keluarga SBY lebih diarahkan kepada lawan-lawan politik utamanya,  padahal suara keras, liar  dan sangat kritis setiap hari terus bermunculan secara tak terbendung, utamanya di berbagai media massa, cetak, TV maupun online.

Karena faktor ini maka ada pihak yang menyebut bahwa somasi keluarga SBY lebih bertujuan meredam suara-suara kritis dan keras kepada pribadi dan keluarganya, utamanya di akhir masa jabatannya  yang tinggal beberapa bulan lagi. SBY dan keluarganya tampaknya tidak ingin menyisakan banyak persoalan setelah  dirinya tidak lagi menjadi Presiden, seperti dikait-kaitkannya  keluarganya dengan dugaan terseret kasus korupsi.

Berdasarkan alasan itu maka terlihat cukup kuat motif politiknya ketika keluarga SBY semakkn mengobral somasi di akhir masa bhaktinya. Karena itu banyak pihak menganggap bahwa somasi yang dilancarkan kubu SBY lebih menunjukkan 'somasi politik' dibanding upayanya  demi  menegakkan hukum.

Karena dianggap sebagai somasi politik, maka pihak-pihak yang telah disasar ternyata tidak gentar dan bahkan siap melakukan perlawanan balik, baik secara hukum dan politik. Dalam konteks inilah sesungguhnya sedang terjadi 'desakralisasi' somasi keluarga SBY, dimana gerakannnya tidak membuat lawan-lawan politiknya gentar tetapi justru semakin terbuka dalam bersuara keras dan kritis.

Disamping itu, orang-orang yang disomasi SBY pasti akan lebih merasa senang dan tersanjung karena gerakannya selama ini memperoleh perhatian khusus dari orang paling berkuasa di negeri ini.  Berhadapan dengan SBY beserta keluarganya pastilah sangat menguntungkan secara politik karena perlawananya terlihat seksi sehingga dapat mengkatrol popularitasnya dihadapan publik.

Jika somasi lebih bertujuan untuk meredam dan membungkam suara-suara kritis yang terus mengabarkan kekuarangan dan kegagalan pemerintahannya serta mengobral prilaku keluarganya pastilah akan berakhir sia-sia. Sampai kiapanpun suara-suara krtis tidak bisa 'dibungkam' oleh siapapun juga apalagi  di era kehidupan demokrasi yang semakin maju dan terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun