Rilis hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dengan memotret kekuatan partai-partai politik jelang Pemilu 2014 menunjukkan peta politik yang semakin mapan dan mungkin mendekati kenyataan. Peta kekuatan yang ditunjukkan di tahun politik ini menunjukkan 2 kemungkinan yaitu munculnya partai politik yang diprediksi berpeluang memenangkan Pemilu 2014 yaitu; Partai Golkar dan PDI Perjuangan yang elektabilitasnya berada di posisi tertinggi atau sangat berbeda tipis yaitu sekitar 18%.
Disamping itu, ada partai politik menurut LSI yang memiliki kecenderungan terus menurun elektabilitasnya yaitu Partai Demokrat yang pada tahun 20o9 lalu menjadi pemenang Pemilu dengan memperoleh suara lebih dari 20% kini tinggal 4,7 %  atau telah hilang sekitar sekitar 15%. Potret kekuatan ini tentu menjadi realitas yang tragis dan memprihatinkan karena parpol pemenang Pemilu dan sekaligus pemimpin pemerintahan harus dihukum publik sehingga berpotensi menjadi kekuatan politik papan tengah atau bahkan bawah.
Kondisi elektabilitas Demokrat seperti itu menurut LSI karena parpol pimpinan Presiden SBY ini sangat dekat dikaitkan atau dipersepsikan sebagai partai paling korup oleh publik. Disamping itu, parpol ini juga terus dirundung konflik internal serta ketergantungannya sangat berlebihan kepada figur sentral yaitu SBY.
Seluruh kader Demokrat tampaknya masih terus mengandalkan dan sepenuhnya menggantungkan SBY sebagai dewa peruntungan politiknya. Sebagai bukti ketika terjadi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat untuk mengganti Anas Urbaningrum, semua kader parpol ini mendorong SBY untuk tampil sebagai Ketua Umum karena diyakini menjadi satu-satunya tokoh yang bisa menyelamatkan parpol pemerintah ini.
Anggapan seperti itu tampaknya tidak sepenuhnya benar, karena sejak SBY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat ternyata elektabilitasnya terus menurun ketitik terendah menjelang Pemilu 2014. Kondisi demikian  menjadi korelasi atau efek atas ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY yang juga semakin menurun menjelang akhir masa bhaktinya.
Survei LSI terbaru itu telah yang membuat para elit Demokrat, terutama yang sedang berjuang menjadi Caleg menjadi panik dan syok. Setelah survei LSI itu muncul di media, seorang rekan penulis yang kebetulan menjadi Caleg Demokrat untuk memperebutkan kursi di DPRD Kota Semarang memberi tahu dan sekaligus menumpahkan kegundahannya mengingat dirinya sudah berkorban habis-habisan dan mengeluarkan segala kekuatannya demi merebut 1 kursi di daerah pemilihannya.
Hasil Survei LSI itu jelas memicu kepanikan Demokrat karena jika benar maka secara otomatis separo lebih kursi legislatif yang di DPRRI, DPRD Provinsi dan Kabupaten Kota/ Kabupaten hasil Pemilu 2009 pasti hilang. Yang lebih memicu kepanikan adalah ketika hasil Pemilu 2014 akan lebih rendah jika dibandingkan saat Partai Demokrat baru pertama kali mengikuti Pemilu tahun 2004 yang sudah mencapai prolehan suara sekitar 7, 45%.
Potensi kursi yang diperebutkan Caleg Demokrat dalam konteks ini jelas semakin mengecil dan terbatas, padahal potensi yang memperebutkan bertambah besar sehingga mau tidak mau akan semakin memperberat perjuangan, terutama dari segi logistik dan pertarungan antar sesama kader menjadi lebih keras lagi. Kondisi demikian yang akhirnya membuat semakin banyak kader yang terlempar serta sangat sedikit yang bisa memperoleh kursi parlemen.
Kondisi seperti itulah yang membuat sebagian Caleg dari Demokrat mulai panik dan galau mengingat Pemilu 20014 hanya menyisakan waktu sekitar 2 bulan. Mungkinkah dalam waktu 2 bulan Demokrat bisa segera bangkit dan mengalami lonjakan yang sangat spektakuler sehingga mampu memenuhi target di Pemilu 2014 seperti diucapkan/ dijanjikan SBY saat dirinya terpilih menjadi Ketua Umum yaitu sebesar 15%.
Untuk bangkit dan bisa mencapai target seperti itu tampaknya cukup sulit dan sangat berat mengingat kini semua partai politik sudah bergerak sangat keras, massif dan serius untuk merebut suara pemilih. Sementara itu Partai Demokrat masih saja dibebani oleh stigma korupsi seperti dalam skandaHambalang yang belum selesai serta kasus suap SKK Migas yang bisa saja segera meledak menjelang Pemilu dengan menyeret beberapa elit Partai Demokrat sebagai aktor utamanya.
Kondisi seperti itulah yang mau tidak mau mesti disadari oleh para Caleg Demokrat sehingga untuk sementara menjadi syok dan mengalami lesu darah. Namun kondisi ini tidak boleh membuat para Elit Demokrat menjadi putus asa dan bersikap fatalistik karena perjalanan menuju Pemilu 2014 tinggal menghitung hari.
Sikap putus asa adalah tindakan bunuh diri politik, apalagi sebagian Caleg sudah sangat jauh melangkah dan sudah sangat banyak mengeluarkan biaya politik. Dalam kondisi seperti ini menjadi cukup tepat apa yang dinyakan oleh Hayono Isman sebagai Dewan Pembina Partai Demokrat yang tetap melihat dan menjadikan hasil survei LSI sebagai pijakan atau masukan untuk seluruh kader Demokrat agar lebih keras lagi dalam bekerja menarik simpati publik.
Bekerja keras tanpa kenal lelah inilah yang hanya bisa dilakukan Partai Demokrat untuk menjemput keajaiban politik, dibanding terbelenggu dalam kegalauan dan kepanikan yang bisa berujung pada sikap fatalistik yang sangat merugikan dan berakhir pada bunuh diri politik. Kerja lebih keras dari seluruh kekuatan Demokrat inilah yang diharapkan bisa mengangkat kembali elektabilitas Demokrat agar keberadannya tetap diperhitungakan alam percaturan politik nasional di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H