Demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Virus Dengue. Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kasus DBD di Indonesia tahun 2024, terdapat 88.593 kasus dan 621 kematian. Gejala demam berdarah ditandai dengan demam tinggi secara tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta ruam merah. Tingginya angka DBD dapat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk. Semakin banyak populasi yang bertempat tinggal di lingkungan tersebut, Â maka peluang tergigit oleh nyamuk Aedes Aegypti juga akan lebih tinggi (Wang et al., 2016). Wilayah Indonesia yang beriklim tropis kerap menjadi tempat penyebaran virus oleh nyamuk Aedes Aegypti, utamanya saat memasuki musim hujan.
      Pertama, tenaga kesehatan masyarakat mempunyai peran krusial dalam memberi penyuluhan kepada masyarakat awam bagaimana strategi dalam mencegah DBD. Salah satu strategi utama dalam pencegahan dan pengendalian demam berdarah adalah penerapan 3M yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk dan meminimalisir risiko penularan DBD. Kata M pertama, dapat dilakukan dengan cara menguras bak mandi/tampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengganti air vas bunga, dan membersihkan saluran air. Kata M yang kedua adalah menutup. Hal ini mencakup penggunaan tutup bak/penampungan air yang pas agar tidak menjadi sarang nyamuk. Selain itu, kita bisa menutup ventilasi dengan jaring berlubang kecil untuk meminimalisir nyamuk berkembangbiak di dalam rumah. Dengan menutup semua potensi tempat perkembangbiakan nyamuk, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dari serangan Virus Dengue. Lalu, kata M ketiga yaitu mengubur. Upaya yang dapat kita lakukan adalah mengubur barang bekas. Mengubur barang bekas dalam artian mengubur barang seperti gelas, mangkuk, ataupun wadah yang bervolume karena nantinya saat musim hujan tiba, akan ada genangan air di dalam benda tersebut.
      Selain upaya di atas, terdapat juga beberapa cara kimiawi yang dapat dilakukan seperti menggunakan obat nyamuk . Ada juga cara biologis, seperti menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk, contohnya serai wangi, bawang putih, seledri, kunyit, atau menggunakan aromaterapi berbau tanaman di atas. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menempatkan ikan cupang dalam bak mandi agar memakan jentik-jentik.
      Tenaga kesehatan masyarakat juga turut andil sebagai surveilans epidemiologi dalam mempelajari, menganalisis tentang penyebaran nyamuk Aedes Aegypti di wilayah tertentu. Dengan melakukan pengecekan secara berkala, diharapkan tenaga kesehatan masyarakat  mampu menurunkan kasus angka DBD serta dapat memberikan data yang akurat kepada instansi kesehatan untuk ditindaklanjuti bagaimana upaya preventif yang dapat dilakukan. Ini merupakan upaya penanganan dini DBD merupakan langkah dapat menekan perkembangbiakan Virus Dengue.
      Tindakan yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih baik daripada tindakan yang tidak didasari oleh keduanya. Temuan penelitian ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2010). Teori ini menyatakan bahwa masyarakat yang berpengetahuan luas akan lebih mungkin untuk bertindak tepat dalam masalah kesehatan, termasuk upaya pencegahan penyakit DBD dan sebaliknya. Dasar pengetahuan mereka tidak serta merta berasal dari individu, tetapi kolaborasi antara tenaga kesehatan dengan masyarakat setempat juga merupakan aspek penting dalam pencegahan DBD. Tenaga kesehatan perlu melibatkan masyarakat dalam program-program pembersihan lingkungan. Kolaborasi dengan warga setempat menjadi langkah awal dalam memulai hidup sehat dari terbebasnya DBD.
Kata kunci : DBD, Kesehatan, Masyarakat, Pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.(2022).Demam Berdarah Dengue. Â Â . Â Â https://ayosehat.kemkes.go.id/topik/demam-berdarah-dengue [online]. (diakses tanggal 11 September 2024)
Wang, S. F., Wang, W. H., Chang, K., Chen, Y. H., Tseng, S. P., Yen, C. H., Wu, D. C., Â Â Â Â Â Â Â Â Â & Chen, Y. M. A. (2016). Severe Dengue Fever Outbreak in Taiwan. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 94(1), 193--197.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka      Cipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H