Mohon tunggu...
Alya Y
Alya Y Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Politik

Memiliki hobi membaca dan menulis. Memiliki ketertarikan terhadap isu sosial dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Sampah Plastik di Sungai Citarum dan Penanganannya oleh Pemerintah Daerah

12 Juli 2022   21:55 Diperbarui: 12 Juli 2022   22:10 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah di Sungai Citarum (Sumber Foto: theconversation.com)

Kepadatan penduduk yang terus meningkat akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan berdampak pada rusaknya lingkungan, seperti pencemaran lingkungan dengan menghasilkan limbah di tengah kepadatan penduduk. Kerusakan lingkungan juga diakibatkan oleh tuntutan hidup manusia dan pola hidup mereka.

Kehidupan saat ini memiliki pola untuk hidup dengan serba praktis dan cepat dengan kurangnya pemahaman terhadap dampak yang ditimbulkan. Seperti adanya produk-produk yang dibutuhkan manusia dengan kemasan plastik, barang sekali pakai, kantong plastik dan masih banyak lagi.

Sampah yang berasal dari bahan plastik tersebut dapat mencemari lingkungan di sekitar masyarakat, salah satunya mencemari sungai di Indonesia. Pencemaran pada sungai dengan meningkatnya jumlah sampah plastik akan memengaruhi pada kualitas air sungai. Salah satu sungai di Indonesia yang sudah tercemar oleh sampah plastik adalah Sungai Citarum. 

Citarum merupakan sungai terpanjang di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sungai yang membentang sepanjang 297 kilometer dari hilir mata air di lereng Gunung Wayang, Kabupaten Bandung ini mengalir hingga ujung Kabupaten Karawang sebelum bermuara ke Laut Jawa. 

DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum Hulu merupakan salah satu DAS di Indonesia yang mempunyai fungsi penting bagi masyarakat Jawa Barat maupun Jakarta. Di kawasan DAS Citarum Hulu mengalir sungai utama, yaitu Citarum. Air sungai ini digunakan sebagai sumber air minum, perikanan, pertanian serta menjadi sumber air bagi tiga waduk.

Kondisi Sungai Citarum yang tercemar oleh sampah (Sumber Foto: cnnindonesia.com)
Kondisi Sungai Citarum yang tercemar oleh sampah (Sumber Foto: cnnindonesia.com)

Sungai Citarum memegang peranan penting terhadap keberlangsungan hidup 27,5 juta penduduk di Jawa Barat dan DKI Jakarta, namun Sungai Citarum dinobatkan sebagai salah sungai paling kotor dan tercemar di dunia. Penghargaan ini diberikan oleh Blacksmith, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss. 

Sampah domestik menjadi salah satu penyebab tercemarnya Sungai Citarum, jumlah produksi sampah domestik yang semakin banyak dikarenakan semakin padatnya jumlah penduduk di kawasan Sungai Citarum. Salah satu jenis sampah domestik yang cukup banyak ditemukan di Sungai Citarum adalah plastik. Hal tersebut dikemukakan bahwa kepadatan penduduk dan laju urbanisasi merupakan faktor utama yang menentukan kelimpahan sampah plastik di Sungai Citarum.

Pencemaran plastik, baik yang berukuran makro maupun mikro, di Sungai Citarum sudah semakin mengkhawatirkan dan terkonsentrasi di sejumlah bendungan. Pencemaran dari sampah plastik tersebut akan berdampak pada biota dan mengancam kesehatan manusia. Sampah plastik di sepanjang Sungai Citarum sudah semakin kritis, dan bendungan sebagai area terkonsentrasi mikroplastik. Ditemukan di Sungai Citarum, diperkirakan terjadi pelepasan makro plastik sebanyak 6.043 ± 567 item atau 1,01 ± 0,19 ton setiap harinya.

Menurut Tim Survei Kodam III Siliwangi di penghujung tahun 2017 telah menemukan bahwa sebanyak 20.642 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan KEHATI, mayoritas sumber pencemar Sungai Citarum adalah limbah domestik (60%). Sebagian besar komposisi dari limbah domestik tersebut adalah sampah organik (57%). 

Sisanya adalah sampah plastik (18%), kertas (11%), tekstil (7%), dan jenis lainnya (7%). Sampah plastik menjadi salah satu pemasok terbesar pada pencemaran Sungai Citarum, jenis sampah plastik yang banyak ditemukan adalah kantong plastik, botol plastik dan kemasan plastik lainnya. Volume sampah plastik tertinggi ditemukan di bagian hulu Sungai Citarum. Waduk yang ada saat ini berfungsi sebagai perangkap sampah plastik dan semua sampah di Sungai Citarum.

Menurut penelitian Ecoton yang menemukan 121 partikel mikroplastik dalam setiap 100 liter air di Sungai Citarum dan mengalir ke Waduk Jatiluhur, dan menjadi 81% pemasok terbesar sumber kebutuhan air untuk konsumsi warga DKI Jakarta. 

Permasalahan tersebut yang terjadi di Sungai Citarum sudah dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan, keberadaan sampah plastik tersebut termasuk mikroplastik yang ditemukan di Sungai Citarum sudah sangat jelas menjadi sumber pencemaran pada Sungai Citarum diakibatkan oleh sampah domestik yang langsung di buang ke sungai tanpa pengolahan maupun pengelolaan sampah terlebih dahulu.

Penanganan pada Sungai Citarum yang sudah tercemar menjadi lebih gencar dan masif sejak terbit Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

 Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB membuat program dengan biaya yang tinggi untuk mengatasi pencemaran Sungai Citarum. Salah satunya dengan menjalankan program Citarum Harum.

Pihak dari Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat mengajak masyarakat berkolaborasi untuk mengurangi sumber sampah maupun penanganan di hilir termasuk di TPPAS regional Jawa Barat. Pihaknya mengajak kolaborasi dengan Perusahaan Octopus dan bisa bekerja sama dengan 7 bank sampah yang sudah dikembangkan. Program tersebut merupakan sinergi dari program nasional Citarum Harum yang telah berjalan sejak tahun 2018.

Pihak Dinas Lingkungan Hidup tersebut ingin mengajak masyarakat untuk mengurangi jumlah produksi sampah termasuk sampah plastik, dikarenakan sumber pencemaran di Sungai Citarum didominasi oleh limbah domestik yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun kegiatan masyarakat sehari-hari. 

Sampah domestik yang tidak terurai contohnya baterai dan bola lampu yang dimana sampah tersebut harus dilakukan pengolahan secara terpisah, namun tingkat kesadaran masyarakat akan hal tersebut masih rendah sehingga sampah tersebut dibuang seperti sampah biasa.

Dalam penanganan sampah plastik misalnya, Provinsi Jawa Barat menerapkan circular economy dimana dari sampah plastik masyarakat maupun pengusaha mendapatkan keuntungan finansial. Selain bank sampah, di Jawa Barat telah memiliki pabrik pengolahan botol plastik yang dihasilkan botol air mineral kembali.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki target terkait penanganan sampah Sungai Citarum untuk mencapai 3.000 ton per hari. Pada tahun 2022, Gubernur Jawa Barat memaparkan bahwa penanganan sampah tersebut kini sudah mencapai 2.800 ton per hari dan sudah mendekati angka target. Tentunya pencapaian tersebut dibantu dengan zero waste program yang terus ditingkatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun