Etnis Rohingya yang beragama Islam dan merupakan etnis minoritas di Myanmar diberitakan    oleh beberapa media mendapatkan perlakuan rasialis oleh Negara Myanmar dari etnis mayoritas Rakhine yang beragama Buddha.Â
Perlakuan rasialis ini mendapat kecaman banyak dari luar. Myanmar yang sedang dalam masa pengembangan demokratisasi menjadi sorotan dunia karena kasus tersebut. Sebagai negara yang mayoritas islam, Indonesia memberikan    dukungan solidaritas dan melakukan penindakan yang cepat dalam membantu dalam bentuk kemanusiaan kepada etnis Rohingya di Myanmar.
Masalah ini berakar dari etnis Rakhine yang merasa kurang diperhatikan pemerintahan pusat dan iri terhadap etnis Burma yang merupakan etnis elit di Myanmar. Ditambah dengan masalah perekonomian etnis Rakhine sehingga etnis ini menganggap etnis Rohingya yang minoritas menjadi sebuah beban. Apalagi status etnis Rohingya yang masih belum jelas status kewarganegaraannya.Â
Etnis Rohingya memiliki paras seperti orang asia selatan namun tinggal di wilayah barat Myanmar yang bersebelahan dangan Bangladesh. Faktor pemicu konflik ini tidak hanya berakar dari sisi agama, melainkan dari sisi ekonomi, kebudayaan, serta masalah sosial yang terjadi diantara kedua etnis tersebut.
Menurut Dr. Maung Zarni, cendikiawan Myanmar sikap rasisme yang ditunjukkan oleh Myanmar merupakan bagian yang paling menyeramkan dari langkah-langkah Myanmar menuju demokratisasi (Kompas, 2012).Â
Sikap rasisme tersebut dapat diatakan sebagai aspek yang paling merisaukan dari perubahan sosial yang berkembang di negara tersebut. Peralihan ini bukannya memuculkan demokratisasi melainkan rasisme terparah yang pernah disaksikan manusia.
Sampai saat ini pemerintah Myanmar belum mampu mengatasi konflik ini. Bukannya meredakan masalah yang ada, Myanmar lebih berpihak kepada kelompok mayoritas. Akibat tindakan Myanmar ini membuat etnis Rohingya semakin terlunta-lunta. Hal ini membuat pemerintah Myanmar terkesan membiarkan retorika ekstrim anti-muslim justru semakin memanas.
Situasi ini justru membuat sinyal bahaya terhadap Myanmar yang memiliki beragam etnis dan agama karena akan memicu retaknya hubungan sosial antar kelompok yang mengancam stabilitas negara tersebut. Sementara itu, Rohingya yang menghadapi diskriminasi tersebut membuat banyak negara ASEAN memberikan empati, seperti Indonesia dan Malaysia(?)
Melihat tindakan Myanmar yang berat sebelah menarik perhatian para aktivis HAM dan para pemimpin sejumlah negara. Indonesia pun diminta untuk membantu mempengaruhi Myanmar agar menangani kasus tersebut secara adil. Indonesia dipercaya oleh para aktivis HAM dan pemimpin-pemimpin sejumlah negara karena Indonesia sendiri memiliki hubungan yang baik dengan Myanmar dari segi sejarahnya dan segi hubungan internasionalnnya. Dalam proses meredakan konflik tersebut, Indonesia berperan aktif dalam menyalurkan bantuan terhadap Rohingya yang bersifat terus-menerus.
Menurut artikel di Antara News yang di publistpada tahun 2012, ada beberapa hal yang dilakukan Indonesia untuk membantu meredakan konflik tersebut, yaitu:
Pemerintah Indonesia telah membahas secara aktif tentang hal yang berkaitan dengan Rohingya secara multilateral maupun regional. Tercatat bahwa etnis Rohingya yang mengungsi ke Indonesia sebanyak 124 orang. Bahkan, unuk membujuk Myanmar, presiden Indonesia mengirim surat kepada presiden Myanmar dengan harapan permasaahan tersebut dapat diselekaikan dengan baik.
Indonesia mengusulkan pada Myanmar untuk mengundang badan PBB atau diplomat asing dan juga negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang bersifat netral untuk melihat kondisi yang sebenarnya yang terjadi pada Rohingya, sehingga akan terbuka sebuah pemikiran baru yang diharapkan membuahkan hasil yang baik.
Pengiriman bantuan yang bersifat netral dan berada dalam jalur kemanusiaan. Organisasi netral seperti PMI yang dipimpin oleh Jusuf Kalla digunakan sebagai kendaraan bantuan. Bantuan dari organisasi netral seperti PBB dan ASEAN diperkuat dan mengurangi dari organisasi keagaaman yang dikhawatirkan memeruncing masalah dengan kesalah pahaman.
Kerja sama berbagai pihak agar bantuan baik berupa papan, sandang, pangan dapat diterima oleh etnis Rohingya.
Seperti yang terdapat dalam pancasila sila kedua yang membicarakan tentang kemanusiaan, Indonesia aktif dalam kerja sama Internasional di bidang kemanusiaan. Dalam kasus ini pun, Indonesia tidak menunjuk orang yang salah atau benar sehingga Myanmar sendiri mau menerima dan mendengar perkataan Indonesia dan memersilakan Indonesia masuk ke dalam untuk mengirim bantuan yang ditawarkan.Â
Pendekatan yang dilakukan Indonesia ini bukan melalui desakan politik atau dengan tindakan keras. Karena, pada dasarnya Myanmar merupakan negara yang dapat bertahan walaupun diisolasi atau disendirikan. Hal itu pernah terjadi kepada Myanmar sebelum bergabung dengan ASEAN. Oleh karena itu, pendekatan secara halus dan negoisasi merupakan cara yang diambil Indonesia untuk mendekati Myanmar dengan harapan Myanmar akan melakukan hal yang lebih seimbang terhadap kasus tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H