Mohon tunggu...
Alya Sekar
Alya Sekar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Alya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Tiktok Politik Di Indonesia

6 Mei 2024   22:14 Diperbarui: 7 Mei 2024   00:04 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa pemilu, banyak kandidat dan juga partai politik (parpol) yang terlibat dalam kontestasi politik tiap lima tahunan ini berlomba-lomba mendapatkan eksposur di publik.

TikTok telah menjadi platform yang sangat populer di Indonesia, terutama di kalangan generasi Z dan milenial. TikTok memiliki 125 juta pengguna di Indonesia, menjadikannya sumber informasi politik kedua paling banyak digunakan di negara ini setelah televisi.

Perkembangan politik TikTok di Indonesia telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. TikTok, sebuah aplikasi media sosial yang populer di kalangan muda, telah menjadi platform yang sangat efektif untuk komunikasi politik, terutama dalam kontestasi pemilihan umum.

Penggunaan TikTok telah banyak dimanfaatkan tim sukses partai politik dan simpatisan kontestan politik. Kini TikTok semakin ramai digunakan menuju kontestasi Pemilu 2024. 

Saat ini saja perang narasi antar pendukung kandidat yang berkontestasi politik sudah mulai gaduh. Aneka unggahan dalam wujud teks, infografis, meme, foto, dan video dari para simpatisan terus bermunculan. TikTok bakal menjadi media yang perkasa dalam memengaruhi massa politik.

Namun, penggunaan TikTok dalam politik juga telah menunjukkan beberapa bahaya. Salah satu bahaya adalah konten yang berupaya memanipulasi pemilih muda, seperti gambar manipulasi dan video 'deepfake' para kandidat.

Bahkan, beberapa akun TikTok palsu telah muncul, meniru nama-nama politikus dan menawarkan uang jutaan rupiah, yang berpotensi merugikan masyarakat secara materiil.

Penggunaan TikTok dalam politik sangat berbahaya, seperti konten yang berupaya memanipulasi pemilih muda dan realitas yang dihadirkan para pengunggah pesan di TikTok kebanyakan juga realitas yang berlebihan (hyperreality), menjadikan konten TikTok bisa menipu dan tak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

TikTok berpotensi menjadi tempat berkembangnya para aktor politik dan tentara siber (cyber armies). Cyber armies adalah kelompok individu yang terorganisasi dan terlibat dalam aktivitas siber dengan tujuan memengaruhi opini publik dan melakukan perang siber.

Melalui media TikTok, manusia selalu dijejali dengan citra-citra semu dan palsu. Tak jarang, orang tampil justru bertolak belakang dari kenyataan dirinya. Orang bisa menjadi orang lain dan bukan dirinya sendiri. Kondisi inilah yang sebenarnya berbahaya, terutama penggunaan TikTok dalam urusan politik. TikTok telah mendangkalkan cara berpikir manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun