Di masa pemilu, banyak kandidat dan juga partai politik (parpol) yang terlibat dalam kontestasi politik tiap lima tahunan ini berlomba-lomba mendapatkan eksposur di publik.
TikTok telah menjadi platform yang sangat populer di Indonesia, terutama di kalangan generasi Z dan milenial. TikTok memiliki 125 juta pengguna di Indonesia, menjadikannya sumber informasi politik kedua paling banyak digunakan di negara ini setelah televisi.
Perkembangan politik TikTok di Indonesia telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. TikTok, sebuah aplikasi media sosial yang populer di kalangan muda, telah menjadi platform yang sangat efektif untuk komunikasi politik, terutama dalam kontestasi pemilihan umum.
Penggunaan TikTok telah banyak dimanfaatkan tim sukses partai politik dan simpatisan kontestan politik. Kini TikTok semakin ramai digunakan menuju kontestasi Pemilu 2024.Â
Saat ini saja perang narasi antar pendukung kandidat yang berkontestasi politik sudah mulai gaduh. Aneka unggahan dalam wujud teks, infografis, meme, foto, dan video dari para simpatisan terus bermunculan. TikTok bakal menjadi media yang perkasa dalam memengaruhi massa politik.
Namun, penggunaan TikTok dalam politik juga telah menunjukkan beberapa bahaya. Salah satu bahaya adalah konten yang berupaya memanipulasi pemilih muda, seperti gambar manipulasi dan video 'deepfake' para kandidat.
Bahkan, beberapa akun TikTok palsu telah muncul, meniru nama-nama politikus dan menawarkan uang jutaan rupiah, yang berpotensi merugikan masyarakat secara materiil.
Penggunaan TikTok dalam politik sangat berbahaya, seperti konten yang berupaya memanipulasi pemilih muda dan realitas yang dihadirkan para pengunggah pesan di TikTok kebanyakan juga realitas yang berlebihan (hyperreality), menjadikan konten TikTok bisa menipu dan tak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
TikTok berpotensi menjadi tempat berkembangnya para aktor politik dan tentara siber (cyber armies). Cyber armies adalah kelompok individu yang terorganisasi dan terlibat dalam aktivitas siber dengan tujuan memengaruhi opini publik dan melakukan perang siber.
Melalui media TikTok, manusia selalu dijejali dengan citra-citra semu dan palsu. Tak jarang, orang tampil justru bertolak belakang dari kenyataan dirinya. Orang bisa menjadi orang lain dan bukan dirinya sendiri. Kondisi inilah yang sebenarnya berbahaya, terutama penggunaan TikTok dalam urusan politik. TikTok telah mendangkalkan cara berpikir manusia.Â
Kenyataan inilah yang menyebkan TikTok politik sangat berbahaya. Kesadaran bahwa realitas yang diusung TikTok adalah realitas yang berlebihan dan semu perlu ditanamkan kepada masyarakat agar para calon pemilih dalam kontestasi politik tak lantas tertipu, salah memilih orang, dan ujung-ujungnya kontestasi politik menjadi tak ubahnya membeli kucing dalam karung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI