Benda berperasaan itu telah melekat di tiap-tiap manusia sedari lahir. Sebuah gumpalan yang dapat menolong nan membelenggu kehidupan. Digores tak terlihat, Dipatahkan tak berbekas dalam pandangan. Ialah hati, sang pemilik sejuta intrik dan strategi bertahan hidup. Manusia akan terus bergantung pada hati, sebab ia melekat tiada henti.Â
Problematika dan pemecahan masalah hati dilakukan setiap saat, tiap waktu. Sebab dalam alunan detik demi detik akan ada banyak hal yang akan mengubah suasana hati. Bisa merepotkan, bisa membantu. Bisa menenangkan, bisa menggaduhkan keadaan.Â
Kebanyakan dari manusia, sibuk menata harta, menata waktu, menata ruang, bahkan tak jarang sibuk menata omongan orang ataupun sebaliknya. Sampai melupakan bahwa ia punya hati yang seyogyanya juga patut ditata, dijaga, dan dikondisikan. Semudah menata rasa rindu di hati untuk siapapun.Â
Rindu itu sangat wajar terjadi, namun akan sangat berat jika dituruti. Bayangkan saja kita bisa berdiam berpuluh-puluh jam lamanya hanya untuk mengenang seseorang yang dianggap menyebabkan rasa rindu itu muncul. Akhir-akhir ini sebetulnya dunia ini sudah menampung banyak masalah yang disebabkan rindu. Contohnya saja mager (malas gerak), merenung, bad mood, melamun, galau, bahkan mengakhiri hidup hanya karna terlalu cemas akan menempatkan rasa rindu di kemudian hari. Haha lucu ya.
Saya sedang tidak berbohong bahwa polemik ini terjadi dan diabaikan begitu saja. Pada dunia pekerjaan misalnya, seorang direktur perusahaan tidak akan menunda sebuah rapat hanya karna seorang karyawan terjerat rindu kekasihnya, pun seorang dosen tidak akan mau bahkan sangat memalukan jika menghentikan perkuliahan hanya karna seorang mahasiswi kurang fokus dalam belajar sebab menahan rindu pada dambaan hatinya, apalagi jika ada seorang presiden membatalkan rapat perdana kabinet hanya karna salah satu staff yang terbelenggu rindu kepada seseorang nan jauh disana. Gak lucu kan ya.
Sudah saatnya memang kita belajar mengkondisikan keadaan. Termasuk menempatkan rindu pada tempatnya. Ada banyak pena dan alat elektronik yang bersedia menampung rasa rindumu. Tak perlu mencari pengalih rindu, rasakan saja rindu tersebut, hayati, dan arahkan pada hal positif. Menyanyikan lagu rindu sebagaimana Andmash lakukan, membuat suatu kisah bersejarah sebagaimana Alm Bapak Yusuf Habibie lakukan saat merindu Ibu Ainun , atau menulis cuap-cuap kerinduan sesuai paradigma kalian sebagaimana Tere Liye tuliskan dalam bukunya yang berjudul "Rindu".Â
Akan ada banyak integrasi rindu, jika setiap orang mengemas rindu dengan kehidupan sehari-harinya lalu membagikan pola pikirnya tentang rindu. Misalnya rindu dalam matematika. Menginjak SMA kita semua belajar Integral dan Turunan bukan? Kita tahu betul bahwa sesuatu bisa diubah (dialihkan) dengan cara diturunkan atau dinaikkan.
Jika fisika menyikapi Integral dan Turunan sebagai sebuah cara untuk mengkonversi jarak, kecepatan, dan percepatan, maka Rindu menyikapi Integral dan Turunan sebagai bukti bahwa rindu tak perlu dikonversi atau dialihkan. Rindumu akan tetap sama walaupun berubah karna kamu sering mengalihkannya pada suatu hal yang lain.Â
Misalkan x merupakan suatu variable yang mewakili rindu. Jika x^2 adalah sebuah kondisi rindu kita saat ini, maka jika kita integralkan menjadi 1/3(x)^3, dan jika x^2 kita konversi pada turunan, maka turunan dari x^2 menghasilkan 2x. Dua variable dan konstantanya tersebut dihasilkan dari rumus turunan dan integral dari x^2, yang mana jika dilakukan hal sebaliknya , ia akan menemukan x^2 itu sendiri. Maksudnya adalah 1/3(x)^3 merupakan hasil integral dari x^2 , jika diturunkan maka hasilnya adalah x^2, hal ini juga berlaku pada 2x, Â jika di integralkan hasilnya akan tetap x^2.Â
Sehingga sebanyak apapun kita mengkonversi rindu, rasa tersebut akan tetap bersemayam, kecuali kita telah lupa. Bedakan antara lupa dan melupakan, sebab lupa terjadi karna kita tidak ingat sama sekali sedangkan melupakan terjadi saat kita mencoba membuat diri kita lupa. Dan dalam konteks rindu, seringkali kita menggunakan kata melupakan, karna tak akan ada rindu jika ia tidak muncul dalam ingatan.Â
Jadi mulailah menikmati rindu, tak perlu kau alihkan, sikapi dengan tenang dan buktikan bahwa rindumu menuai hal positif dalan hidup. Dengan melakukannya kamu tidak akan menyalahkan sang penyebab rindu, jadikan kegiatan positif yang kamu lakukan sebagai bentuk rasa terimakasih terhadap ia yang menyebabl Terimakasih telah membaca opini rindu ini. Salam rindu dari penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H