Mohon tunggu...
Alya Rifa Nurjanah
Alya Rifa Nurjanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Anak Bangsa di Sanggar Bimbingan Permai Penang Malaysia dalam Menempuh Pendidikan

15 Februari 2024   08:13 Diperbarui: 15 Februari 2024   08:19 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bimbingan Permai Penang Malaysia

Penang,Malaysia menjadi negara tujuan favorit yang banyak diminati bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Ada beberapa alasan mereka bekerja di Malaysia diantaranya adalah pendapatan yang lebih daripada yang diperoleh saat dikampung halamanya, kedekatan budaya dan posisi geografis yang berdekatan dengan Indonesia. Tercatat ada 1,94 juta TKI yang bekerja di Malaysia. Jumlah tersebut belum termasuk TKI tanpa dokumen. 

   Banyaknya TKI tanpa dokumen menyebabkan berbagai masalah, salah satunya adalah Pendidikan anak-anak mereka. Anak TKI tersebut ada yang dating menyusul yang dibawa orang tua nya dengan visa kunjungan wisata atau masuk melalui jalur illegal serta anak yang lahir di Malaysia karena pernikahan sesama TKI. Sedangkan diperaturan keimigrasian melarang TKI untuk menikah, membawa keluarga bahkan melahirkan anak. 

    Di wilayah Pulau Pinang pelayanan Pendidikan bagi anak-anak TKI dilakukan melalui Pendidikan nonformal di Permai Penang. Kertiadaan izin tinggal dan belajar menjadi beban bagi anak tersebut untuk mendapatkan pendidikan. Solusi dalam permasalahan tersebut KBRI membuat program yaitu Sanggar Bimbingan untuk anak Indonesia yang kesulitan sekolah dikarenakan kendala dokumen. 

   Anak- anak Indonesia yang lahir dari orang tua yang tidak berdokumen tidak masalah. Anak tersebut tetap berhak untuk mendapakan kesempatan bersekolah. Salah satun contohnya Sanggar Bimbingan Permai Penang. Letaknya ditengah kompleks perbelanjaan yang ramai. Anak-anak diantar oleh orang tuanya pada pagi hari dan dijemput pukul dua siang. Tidak seperti sekolah formal, gerak mereka terbatas dengan berbagai kekhawatiran. Contohnya anak-anak tidak bias leluasa untuk berolahraga dilapangan, melaksanakan upacara bendera dan berseragam. Tetapi mereka dengan tekan dan mimpi yang besar tetap semangat belajar di sanggar bimbingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun