Mohon tunggu...
ALYA PUTRI ABI
ALYA PUTRI ABI Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

Halo, saya Alya Putri Abi, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Saya belajar dijurusan teknik grafika dan penerbita, dengan prodi Jurnalistik. Saat ini saya memasuki semester 4. Selain Kuliah, saya juga berperan aktif dalam Unit kegiatan Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hubungan Tanpa Status (HTS) Sehat Enggak Si?

3 Juli 2024   02:22 Diperbarui: 3 Juli 2024   02:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan tanpa tujuan seperti melangkah tanpa arah, hanya bergerak tanpa benar-benar menuju ke mana-mana. Sebuah situasi di mana dua orang terikat dalam sebuah ikatan emosional namun tidak memiliki visi atau rencana yang jelas. Di era modern ini, hubungan seperti itu semakin populer di kalangan remaja atau yang lebih kita kenal dengan istilah Hubungan Tanpa Status (HTS).

Ini merujuk pada jenis hubungan antara dua orang yang memiliki kedekatan emosional dan/atau fisik seperti pasangan, tetapi tidak memiliki komitmen atau pengakuan resmi sebagai pasangan, seperti berpacaran atau menikah. Dalam HTS, dua individu mungkin berbagi waktu, perasaan, dan keintiman, tetapi mereka tidak menandai hubungan mereka dengan label resmi apa pun.

Hubungan Tanpa Status (HTS) menawarkan kebebasan dan fleksibilitas, tetapi juga membawa berbagai risiko emosional dan psikologis. HTS dapat menyebabkan ketidakpastian emosional, kecemburuan, dan ketidakamanan. Hal ini seringkali mengarah pada konflik, kesalahpahaman, dan perasaan tidak dihargai.

Selain itu, kurangnya komitmen dan dukungan emosional dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan kecemasan dan depresi. Karena jika menjalani HTS, seseorang tidak punya batasan yang jelas dalam hubungan, seperti apakah mereka boleh cemburu dan melarang pasanganya. Ketidakseimbangan dalam perasaan dan harapan, membuat salah satu pihak merasa frustrasi.

Meskipun demikian, banyak orang memilih untuk menjalin HTS dibandingkan dengan pacaran. Faktor utama mengapa banyak orang memilih untuk terlibat dalam HTS adalah rasa takut dan cemas untuk berkomitmen. Rasa takut ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah Pengalaman buruk pada hubungan di masa lalu.

Kegagalan pada hubungan sebelumnya seperti pengkhianatan atau kekerasan dapat meninggalkan trauma emosional yang membuat seseorang enggan untuk menanamkan komitmen sepenuhnya dalam hubunganRasa takut akan pengulangan masalah yang sama, kesulitan mempercayai orang lain, serta proses penyembuhan yang belum selesai, semuanya dapat mendorong seseorang untuk memilih hubungan yang lebih santai dan fleksibel seperti HTS.

Adapun faktor lain mengapa banyak orang memilih HTS adalah Kekhawatiran akan kehilangan kebebasan pribadi, dan ketidakpastian tentang masa depan. Bagi sebagian orang, HTS memberikan kesempatan untuk menjalin kedekatan emosional dan fisik tanpa tekanan komitmen yang berat, memungkinkan mereka untuk fokus pada pengembangan diri atau mengejar tujuan pribadi tanpa terganggu oleh beban hubungan yang lebih serius.

Namun, setiap hubungan yang sehat memerlukan arah yang jelas dan tujuan yang ingin dicapai bersama. Tujuan memberikan panduan dan motivasi bagi pasangan untuk terus berkembang dan bertahan menghadapi berbagai tantangan. Tanpa tujuan, hubungan cenderung menjadi lebih mudah goyah ketika menghadapi masalah dan Menciptakan kebingungan.

Tanpa komitmen yang jelas, risiko kecemburuan dan konflik meningkat, karena harapan dan ekspektasi tidak selalu sejalan antara pasangan. Oleh karena itu, memilih untuk menghindari HTS dapat membantu individu untuk mengejar hubungan yang lebih stabil, saling menghargai, dan memungkinkan pertumbuhan emosional yang lebih positif dan berkelanjutan.

Untuk menghindari terjerumus ke dalam Hubungan Tanpa Status (HTS), ada langkah-langkah yang bisa dilakukan. Pertama, penting untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan jujur dengan calon pasangan. Diskusikan secara terbuka tentang harapan, nilai-nilai, dan tujuan dalam hubungan, termasuk keinginan untuk komitmen yang jelas.

Kedua, tetapkan batasan-batasan yang jelas sejak awal tentang apa yang Anda harapkan dari hubungan tersebut. Ketiga, kenali dan pahami nilai-nilai yang penting bagi Anda dalam sebuah hubungan, seperti kepercayaan, dukungan emosional, dan keterbukaan. Keempat, waspadai tanda-tanda ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam hubungan.

Kelima, tetap fokus pada pengembangan diri dan tujuan pribadi Anda. Jangan sampai terlalu terfokus pada hubungan yang belum jelas statusnya sehingga mengabaikan kebutuhan dan aspirasi pribadi. Terakhir, bersikaplah realistis dan pertimbangkan implikasi jangka panjang dari hubungan yang Anda pilih.

Mengutip dari buku The Road Less Traveled karya M. Scott Peck: "Love is not a feeling, it is an act of will -- a choice we make over and over again." Artinya, "Cinta bukanlah sebuah perasaan, tetapi merupakan tindakan kehendak -- sebuah pilihan yang kita buat berulang kali."

Kutipan tersebut Menggarisbawahi bahwa cinta adalah sebuah tindakan yang kita buat, bahkan ketika memilih untuk menjalin hubungan tanpa status yang mungkin tidak memberikan arah yang jelas. Hubungan tanpa status (HTS) dapat menjadi pilihan bagi banyak individu yang menghindari komitmen yang berat, tetapi tidak selalu memberikan kepastian dan stabilitas yang dibutuhkan untuk pertumbuhan emosional yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun