Mohon tunggu...
Alya Nurul
Alya Nurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panen Melimpah, Harga Anjlok: Dilema Petani di Tengah Ketidakpastian Pasar

24 Juni 2024   23:06 Diperbarui: 24 Juni 2024   23:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kondisi pasar sepi https://www.suarantb.com/2024/01/02/memasuki-tahun-baru-pasar-tradisional-ikut-sepi/

Petani di berbagai daerah di Indonesia kembali dihadapkan pada dilema klasik: panen melimpah, harga anjlok. Kelimpahan hasil panen yang tidak diimbangi dengan permintaan pasar menyebabkan harga komoditas pertanian jatuh drastis, merugikan para petani.

Salah satu contohnya adalah harga cabai rawit. Saat ini, harga cabai rawit di tingkat petani hanya berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per kilogram. Padahal, pada bulan lalu, harga cabai rawit masih bisa mencapai Rp 30.000 per kilogram.

Penurunan harga yang drastis ini tentu saja membuat para petani merugi. Biaya produksi yang mereka keluarkan untuk menanam cabai, seperti pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja, tidak sebanding dengan harga jual yang mereka dapatkan.

Dilema ini bukan hanya dialami oleh petani cabai, tetapi juga dialami oleh petani komoditas lainnya, seperti bawang merah, bawang putih, dan tomat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Kelebihan pasokan 

Ketika panen raya tiba, pasokan komoditas pertanian di pasaran menjadi melimpah. Hal ini menyebabkan harga komoditas tersebut turun karena hukum penawaran dan permintaan.

2. Kurangnya infrastruktur

Kurangnya infrastruktur, seperti gudang penyimpanan dan transportasi, menyebabkan komoditas pertanian cepat rusak dan busuk. Hal ini semakin memperparah anjloknya harga komoditas pertanian.

3. Lemahnya daya tawar petani 

Petani umumnya memiliki daya tawar yang lemah di pasar. Hal ini membuat mereka mudah dieksploitasi oleh tengkulak dan pedagang besar.

4. Kurangnya edukasi dan informasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun