Mohon tunggu...
Alya Nuraini
Alya Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Konsep Diri Positif dan Negatif: Menjaga Keseimbangan Remaja

21 Desember 2024   15:46 Diperbarui: 21 Desember 2024   15:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak kegagalan tidak selalu mudah dilupakan. Sebab, SS pernah merasa takut untuk mencoba hal baru karena bayang-bayang kegagalan di masa lalu. Ketakutan ini sering kali menghambatnya untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan baru. Selain itu, SS juga pernah mengalami kegagalan dalam memenuhi harapan orang lain, sehingga membuat dirinya merasa tidak nyaman dan cemas. Beban harapan tersebut menimbulkan tekanan emosional yang semakin memperkuat rasa tidak percaya diri.

Seiring berjalannya waktu, SS mulai memahami bahwa tidak semua hal berada dalam kendalinya. Ia belajar untuk menerima bahwa kegagalan atau kritik adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari. Yang terpenting baginya adalah memberikan usaha terbaik dan menggerakkan seluruh potensi yang dimilikinya. Dengan pemahaman ini, SS perlahan berusaha mengurangi rasa tidak percaya diri yang ia alami, meskipun prosesnya tidak selalu mudah. Penerimaan diri dan pembelajaran dari pengalaman negatif menjadi kunci bagi SS untuk bangkit dan melanjutkan langkahnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penilaian diri SS, dapat disimpulkan bahwa SS merasa memiliki keseimbangan yang cukup signifikan antara konsep diri positif dan negatif. Terdapat persentase sebesar 60% untuk konsep diri positif. SS menunjukkan bahwa ia lebih banyak mengidentifikasi dirinya dengan pandangan yang optimis dan penuh harapan. Keberhasilan yang dicapainya menjadi salah satu elemen penting dalam membangun rasa percaya dirinya. Setiap pencapaian memberinya dorongan untuk terus berkembang dan menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan. Kegagalan dipandang oleh SS sebagai pengalaman belajar yang berharga, bukan sebagai akhir dari segalanya.

Dalam sudut pandang lain, SS juga mengakui adanya persentase sebesar 40% untuk konsep diri negatif dalam dirinya yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu, seperti kritik berlebihan dan kegagalan yang pernah dialami. Kritik yang berlebihan sering kali membuatnya merasa tertekan, sementara kegagalan dalam berbagai kesempatan, seperti dalam pertandingan memunculkan rasa tidak percaya diri dan ketakutan untuk mencoba hal-hal baru. Dampak dari kegagalan dan juga kegagalan memenuhi harapan orang lain memperburuk perasaan cemas dan tidak nyaman. Meskipun demikian, SS berusaha untuk tidak terjebak dalam pola pikir negatif dan mencoba untuk mengurangi pengaruh negatif dengan menyaring kritik yang membangun dan belajar dari kegagalan.

Dengan demikian, meskipun SS merasa memiliki lebih banyak konsep diri positif, ia tetap menghadapi tantangan dalam mengatasi konsep diri negatif. Proses untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik antara keduanya terus berlangsung, karena SS sadar bahwa penerimaan diri dan pembelajaran dari pengalaman-pengalaman negatif adalah kunci untuk terus berkembang. Dengan pemahaman yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahannya, SS berusaha untuk memperkuat konsep diri positif yang ada dan mengurangi dampak dari konsep diri negatif. Seiring waktu, SS berharap dapat lebih mengoptimalkan potensi dirinya dan mencapai kesejahteraan psikologis yang lebih baik.

.

.

Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.

Daftar Pustaka

Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psychology: A Life-Span Approach. New York: McGraw-Hill.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun