Mohon tunggu...
Alya Nisrina Hapsa
Alya Nisrina Hapsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo friends saya Alya, mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, saya tertarik dengan bidang ilmu pengetahuan alam. Saya juga mempunyai hobi menyanyi, memasak, dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Biokonversi Maggot sebagai Solusi Penyelesaian Masalah Sampah Organik

2 Januari 2024   23:44 Diperbarui: 2 Januari 2024   23:59 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Keberadaan sampah yang tidak tertangani di Indonesia menjadi masalah yang serius bagi manusia dan lingkungan. Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik dapat memiliki dampak yang signifikan seperti masalah kesehatan, tumpukan sampah ini dapat menjadi tempat berkembang biak bagi hama dan penyakit, hal ini dapat menyebabkan penyebaran penyakit seperti malaria, demam berdarah, diare, tifus dan penyakit lainnya. Dampak lainnya seperti pencemaran tanah, pencemaran air, pencemaran udara dan lain-lain. 

Dampak-dampak negatif inilah yang menyebabkan rusaknya ekosistem di suatu lingkungan tersebut, untuk itu perlu inovasi yang tepat dan ramah lingkungan dalam mengatasinya. Salah satunya adalah dengan melakukan biokonversi. Biokonversi merupakan suatu kegiatan konversi limbah material atau bahan organik menjadi barang yang lebih berguna, proses ini umumnya melibatkan aktivitas biologis, seperti bakteri, jamur, dan larva serangga, untuk mengubah substrat organik menjadi bentuk yang lebih sederhana atau menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi atau ekologis (Arfarita, 2023).

Alternatif solusi paling menjanjikan khususnya dalam konversi sampah organik yaitu dengan bantuan maggot atau larva dari lalat black soldier fly (BSF) dengan nama ilmiah Hermetia illucens yang merupakan lalat asli dari benua Amerika tetapi lalat ini juga dapat ditemukan di Indonesia. Maggot merupakan serangga dekomposer yang dapat mengkonversi sampah serta mengurangi massa sampah atau mendegradasi 52%-56% sehingga maggot dapat dijadikan solusi untuk mengurangi sampah organik. 

Maggot mampu mengekstrak energi dari sisa sisa makanan, bangkai hewan, sisa sayuran, maupun kotoran manusia sebagai makanannya, serta meningkatkan nilai daur ulang dari sampah organik (Pathiassana et al., 2020). lalat ini banyak dikembangbiakan untuk mengurai sampah rumah tangga dan sampah sisa pengolahan industri  karena sanggup mengurangi 80% sampah rumah tangga dan limbah pengolahan pabrik lainnya. Selain aman untuk dikembangkan di sekitar pemukiman masyarakat, larva atau maggot ini dapat membunuh dan menekan populasi bakteri jahat, seperti salmonella dan E. Coli (Dewantoro & Efendi, 2018).

Berikut manfaat lain maggot dalam pengelolaan sampah organik :

  • Pengurangan volume sampah

Maggot efektif dalam mengonversi sampah organik menjadi biomassa pupa yang lebih ringan. Proses ini membantu mengurangi volume sampah organik yang masuk ke tempat pembuangan sampah, mengurangi beban fasilitas pembuangan dan mengarah pada pengelolaan sampah yang lebih efisien (Sari et al.,2022).

  • Pembuatan pupuk organik

Pupa yang dihasilkan dari proses biodegradasi maggot merupakan sumber nutrisi yang kaya. Pupa dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan (Agustin et al., 2023).

  • Pengurangan gas rumah kaca

Proses dekomposisi tradisional sampah organik di tempat pembuangan sampah dapat menghasilkan gas metana yang merugikan lingkungan. Dengan menggunakan maggot, pembusukan menjadi lebih efisien, mengurangi emisi metana dan dampak gas rumah kaca.

  • Mengurangi pencemaran udara seperti bau tidak sedap

Maggot membantu mengurangi bau tidak sedap yang sering terkait dengan pembusukan sampah organik. Pupa yang dihasilkan memiliki bau yang kurang menyengat dibandingkan dengan sampah organik yang membusuk (Tantalu et al., 2022).

  • Potensi sumber protein alternatif

Pupa maggot memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai sumber pakan alternatif untuk ternak atau bahkan untuk konsumsi manusia. Hal ini membuka peluang baru dalam pemanfaatan maggot sebagai sumber protein yang berkelanjutan (Hasanah et al., 2023).

Pemanfaatan maggot sebagai biokenversi menjadi potensi besar dalam mengatasi masalah sampah organik. Dengan mengurangi volume sampah, menciptakan produk bernilai tinggi, dan mendukung keberlanjutan lingkungan, biokenversi maggot menjadi salah satu solusi inovatif dalam manajemen sampah yang layak untuk dipertimbangkan oleh komunitas, pemerintah, dan industri.

Daftar Pustaka

Agustin, H., Warid., Musadik, I. M. (2023). Kandungan Nutrisi Kasgot Larva Lalat Tentara Hitam (Hermetia Illucensi) sebagai Pupuk Organik. JIPI (Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia), 25(1), 12-18.

Arfarita, N. (2023). Biokonversi Limbah Biomassa Perkebunan dan Kehutanan. Malang : UB Media.

Dewantoro, K. & Efendi, M. (2018). Beternak Maggot Black Soldier Fly. Jakarta : PT Agro Media Pustaka.

Hasanah, S., Ismiati, R., Ansori, A. I. R., Hardy, A. I., Dewi, S. Y. S., Fadillah, L., Kusuma, M. A., Khairah, M., Septiana, T., Larasati, A. R., Nurbaiti, L. (2023). Maggot (Black Soldier Fly) sebagai Pengurai Sampah Dapur Rumah Tangga, Pakan Ternak Dan Penghasil Pupuk Organik di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 6(1), 449-453.

Pathiassana, M. T., Izzy, S. N., Haryandi., Nealma, S. (2020). Studi Laju Umpan pada Proses Biokonversi dengan Variasi Jenis Sampah yang Dikelola PT. Biomagg Sinergi Internasional Menggunakan Larva Black Soldier. Jurnal Tambora, 4(1), 86-95.

Sari, D. A. P., Taniwiryono, D., Andreina, R., Nursetyowati, P., Irawan, D. S., Azizi, A. & Putra, P. H. (2022). Utilization of household organic waste as solid fertilizer with maggot black soldier fly (BSF) as a degradation agent. Agricultural Science, 5(2), 82--90.

Tantalu, L., Supartini, N., Indawan, E., Ahmadi, K. (2022). Pemanfaatan Maggot Untuk Pengolahan Sampah Organik di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia), 7(2), 171-178.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun