Von Thunen (1986)
Perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi kepasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada disuatu daerah. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal dipusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan makan makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat kepusat pasar, begitu pula sebaliknya.
Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari sisi kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan yang paling mahal adalah di pusat pasar dan akan semakin rendah apabila makin jauh dari pasar.Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. jadi intinya lahan itu harganya tinggi jika berlokasi di pusat kota dan murah apabila makin jauh dari pusat kota
Asumsi-asumsi dalam model Von Thunen:
- Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota lain.
- Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin berkurang kepadatannya apabila menjauhi pusat wilayah.
- Seluruh fasilitas model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.
- Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif seragam.
- Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa kecuali perbedaan jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H