Ketimpangan kualitas pendidikan antara perdesaan dan perkotaan juga digambarkan melalui masyarakat yang melek huruf. Masyarakat perdesaan lebih banyak yang masih buta huruf dibandingkan masyarakat perkotaan. Dari laju peresentase melek huruf berumur 15 tahun ke atas tahun 2012-2021 wilayah perdesaan mengalami peningkatan setiap tahunnya atau lebih stabil dibandingkan wilayah perkotaan yang mengalami fluktuatif. Dengan demikian, pemerintah bersama lapisan masyarakat berupaya membangun budaya membaca di perdesaan melalui program-program sosial.
Pendidikan dan Kebudayaan terdapat kurang lebih 6000 taman bacaan yang tersebar di seluruh Indonesia ( Kuwando: 2017). Melalui taman bacaan inilah angka buta huruf di Indonesia antara tahun 2012-2021 mengalami penurunan walau begitu angka buta huruf pada umur 45 tahun ke atas menduduki peringkat pertama yang paling banyak mengalami buta huruf. Umur 15 tahun ke atas menduduki peringkat kedua yang menunjukkan bahwa dominan masyarakat Indonesia hanya lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama). Terakhir rentang usia 15-45 tahun menduduki peringkat terakhir yang paling rendah mengalami buta huruf.
Salah satu program sosial yang aktif dilakukan adalah pembangunan taman bacaan. Dari data yang dilansir KementrianKrisis Literasi Indonesia Menjadi Penyebab Informasi Hoaks Tersebar di Sosial Media
Dilansir Republika krisis literasi Indonesia memengaruhi penyebaran informasi hoaks yang kerap kali kita jumpai di media sosial. Melalui minat bacaan yang tinggi, masyarakat akan cenderung lebih kritis dan memilah informasi yang baik untuk dikonsumsi. Selain itu, penyebaran informasi hoaks juga didukung oleh presentase penduduk lima tahun ke atas yang sudah memiliki handphone. Kemajuan zaman dan teknologi mempermudah anak di bawah umur tanpa pengawasan menyebarkan informasi yang tidak didasari oleh fakta.
Kenaikan grafik pada tahun 2021 dinilai membuat literasi membaca tulis menjadi berkurang dan justru melahirkan kebiasaan baru yaitu kebiasaan lisan, mutakhirkan status, banyak bertutur dengan jari tanpa berpikir terlebih dulu, hingga akhirnya menurunkan minat membaca buku.
Akibat dari menurunnya literasi memberikan dampak yang cukup komplikasi terhadap dunia pendidikan saat ini. Salah satu permasalahan yang dihadapi di Indonesia saat ini adalah rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis. Seperti yang sudah diketahui, berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide yang dimiliki untuk dikembangkan. Tidak heran jika masyarakat Indonesia masih terperangkap dalam informasi atau berita hoaks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H