Mohon tunggu...
Alya NurfakhiraZahra
Alya NurfakhiraZahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Journalism Student

Undergraduated Journalism Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Jurnalis dalam Perkembangan Isu Perubahan Iklim demi Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Indonesia

21 Mei 2022   22:25 Diperbarui: 21 Mei 2022   22:28 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talkshow Encouraging The Society to Understand Climate Matters Through Sciene Journalism Program, Gambar: Pribadi

Isu perubahan iklim yang belakang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat menuai berbagai respons. Ada yang peduli dan ada yang memilih apatis padahal perubahan iklim membawa dampak negatif untuk lingkungan dan juga kesehatan. Oleh karena itu, peran jurnalis khususnya jurnalis sains dibutuhkan dalam perkembangan isu perubahan iklim demi menumbuhkan kesadaran di masyarakat bahwa isu ini bukanlah angin belaka.

"Penyebab dari perubahan iklim berangkat dari pemanasan global. Pemanasan global secara ilmiah diakibatkan oleh proses alami dan juga aktivitas manusia, seperti pembakaran hutan, fosil dan batubara sehingga cahaya matahari kembali memantul ke bumi. Hal ini mengakibatkan kenaikan suhu muka bumi," jelas Meiki Welmy selaku Direktur Eksekutif Welhi Jawa Barat dalam workshop Encouraging The Society to Understand Climate Matters Through Science Journalism (17/05/2022)

Meiki juga menuturkan bahwa fenomena perubahan iklim bukan hanya berdampak pada suhu bumi, tetapi juga kenaikan curah hujan yang menyebabkan banjir bandang. Banjir bandang pernah terjadi di Eropa, salah satunya Jerman dan Swedia padahal kedua negara tersebut jarang mengalami banjir bandang. Selain itu, Meiki juga menceritakan bahwa di Sumedang juga pernah terjadi banjir bandang padahal hutan di sana cukup lebat dan tidak adanya alih fungsi lahan. Dengan demikian, perubahan iklim juga mengakibatkan sebagian wilayah mengalami bencana alam.

Kesadaran Masyarakat dan Peran Jurnalis Sains dalam Menumbuhkan Pemahaman Tentang Perubahan Iklim 

"Masyarakat secara umum sudah mulai memiliki kesadaran akan terjadinya perubahan iklim, tetapi mereka tidak memiliki pemahaman secara mendalam, seperti apa saja akibat dan dampak yang kemungkinan akan terjadi. Maka dari itu,  peran jurnalis sains  dibutuhkan dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan iklim," ungkap Meiki

Meiki menghimbau peran jurnalis sains dalam menyebarkan informasi perubahan iklim juga diperlukan pemahaman secara mendalam dan didasari oleh hasil penilitian yang telah dilakukan para peneliti. Banyak peneliti yang sudah meninjau penyebab perubahan iklim, tetapi tidak memiliki pengetahuan mendalam di bidang publikasi. Dengan demikian, peran jurnalis dibutuhkan untuk melengkapinya.

Selain itu, Meiki menuturkan bahwa dalam pembuatan produk jurnalis sains diharuskan mematuhi KEJ (Kode Etik Jurnalistik) untuk menghindari informasi yang dapat menggiring opini dan memberi pengaruh negatif yang merugikan masyarakat sekitarnya. 

Namun, yang menjadi permasalahan saat ini masih sedikit jurnalis yang paham secara mendalam mengenai perubahan iklim serta keterbatasan SDA (Sumber Daya Manusia) dalam pembuatan produk jurnalis audio visual karena masyarakat cenderung memilih informasi yang dibungkus dalam audio visual dibandingkan cetak.

Tantangan Para Jurnalis Sain dalam Memproduksi Berita Perubahan Iklim dan Walhi Jawa Barat dalam Membangun Kesadaran Masyarakat

"Dalam pembuatan produksi berita para jurnalis mengalami berbagai tantangan, begitupula yang dirasakan Walhi Jawa Barat. Namun hal ini tidak membuat kami mundur untuk mengupas isu perubahan iklim dalam mewujudkan kesadaran masyarakat," tutur Meiki

Adapun tantangan yang dialami para jurnalis berdasarkan penuturan Meiki terletak bagaimana seorang jurnalis harus bisa menyesuaikan gaya tulisannya dengan keadaan masyarakat. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa isu lingkungan, terutama perubahan iklim membosankan dan tidak menarik. Maka dari itu, seorang jurnalis memilih gaya penuturan feature dengan mengemasnya sebagai cerita yang terjadi di lapangan untuk menghindari tulisan yang menjenuhkan.

"Di Indonesia masih jarang media yang membahas secara khusus tentang isu lingkungan, seperti perubahan iklim karena masyarakat Indonesia kurang tertarik dengan isu tersebut sehingga redaksi memilih isu yang lebih menarik walau para jurnalis sudah memiliki keinginan untuk mengupasnya. Berbanding terbalik dengan negara maju yang masyarakatnya sudah memiliki kesadaran sehingga media juga banyak yang mengusut isu lingkungan," imbuh Meiki

Kolaborasi yang Dilakukan Para Jurnalis dan Aktivis Lingkungan dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Kekurangan Produk Jurnalis Audio Visual

"Walhi Jawa Barat bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung pernah melakukan kolaborasi dalam pembuatan liputan khusus, salah satunya pembangkit listrik tenaga batubara. Kami mengajak para jurnalis ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan menjelaskan keterkaitan TPA dengan perubahan iklim," cerita Meiki sebagai bentuk gambaran utuh para jurnalis mengenai dampak yang akan terjadi pada lingkungan.

Walhi Jawa Barat juga mendorong para jurnalis untuk memperdalam isu korupsi yang pernah terjadi pada pembangkit listrik tenaga batubara. Tidak hanya memberikan dampak pada lingkungan, seperti pencemaran udara dan perubahan iklim yang disebabkan emisi karbon. Namun, pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara juga membawa dampak perubahan pada sektor ekonomi warga sekitar yang menjadikan hal tersebut sebagai sumber kehidupan mereka sehari-hari.

Meiki mengungkapkan bahwa masyarakat secara umum lebih menyukai produk jurnalis sains yang dibungkus dalam bentuk audio visual atau hanya visual saja, seperti foto. Namun, yang menjadi tantangan adalah produk audio visual memiliki keterbatasan dibandingkan produk cetak sehingga isu yang dibahas kurang mendalam. Dengan demikian, produk cetak, seperti tulisan masih dibutuhkan dalam menyampaikan informasi mengenai perubahan iklim.

Tantangan Para Jurnalis Sain dalam Memproduksi Berita Perubahan Iklim dan Walhi Jawa Barat dalam Membangun Kesadaran Masyarakat

"Dalam pembuatan produksi berita para jurnalis mengalami berbagai tantangan, begitupula yang dirasakan Walhi Jawa Barat. Namun hal ini tidak membuat kami mundur untuk mengupas isu perubahan iklim dalam mewujudkan kesadaran masyarakat," tutur Meiki

Adapun tantangan yang dialami para jurnalis berdasarkan penuturan Meiki terletak bagaimana seorang jurnalis harus bisa menyesuaikan gaya tulisannya dengan keadaan masyarakat. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa isu lingkungan, terutama perubahan iklim membosankan dan tidak menarik. Maka dari itu, seorang jurnalis memilih gaya penuturan feature dengan mengemasnya sebagai cerita yang terjadi di lapangan untuk menghindari tulisan yang menjenuhkan.

"Di Indonesia masih jarang media yang membahas secara khusus tentang isu lingkungan, seperti perubahan iklim karena masyarakat Indonesia kurang tertarik dengan isu tersebut sehingga redaksi memilih isu yang lebih menarik walau para jurnalis sudah memiliki keinginan untuk mengupasnya. Berbanding terbalik dengan negara maju yang masyarakatnya sudah memiliki kesadaran sehingga banyak media yang mengusut isu lingkungan," imbuh Meiki

Meiki juga menceritakan bahwa masih banyak jurnalis sains yang kurang memahami secara mendalam isu yang sedang dibahasnya. Salah satunya ketika seorang jurnalis sains mengangkat isu sampah, tetapi tidak benar-benar menguasai isu tersebut. Maka dari itu, seorang jurnalis sains juga membutuhkan relasi yang luas dan narasumber ahli di bidang lingkungan yang dapat membantunya dalam memahami konteks isu secara lebih mendalam.

"Adapun untuk Walhi Jawa Barat sendiri, tantangannya yang kita alami adalah kurangnya Sumber Daya Alam (SDA) yang memiliki kemampuan menulis sehingga kita mengundang para jurnalis sains untuk berkolaborasi dalam mengangkat isu lingkungan, terutama perubahan iklim," tutur Meiki

Terakhir, Meiki bersama Walhi Jawa Barat dan Jurnalis Sains tetap berupaya dalam menangani tantangan yang terjadi. Salah satunya dengan melakukan pendekatan secara keagaman yang dapat memengaruhi psikologis masyarakat. Hal paling penting lainnya adalah melakukan berbagai cara untuk mewujudkan pemahaman masyarakat akan pentingnya dampak perubahan iklim dan tetap konsisten dengan apa yang dilakukan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun