Mohon tunggu...
Alya Mutiya Ningsih Pertiwi
Alya Mutiya Ningsih Pertiwi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo! Perkenalkan saya Alya Mutiyaningsih Pertiwi, saya merupakan seorang pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelami Makna Hidup Manusia dalam Kebingungan dengan Novel "Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa" Karya Alvi Syahrin

7 Maret 2024   10:15 Diperbarui: 7 Maret 2024   10:23 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia seringkali lupa akan makna hidup mereka, manusia selalu berpedoman bahwa hidup itu adalah kompetisi antar sesamanya. Mereka terlalu yakin bahwa hidup ini adalah perihal mana yang lebih unggul dan mana yang lebih hebat. Mereka lupa akan makna hidup yang sesungguhnya. 

Menjadikan hidup ini sebagai tekanan dan tuntutan untuk menjadi sempurna dari segala hal yang ada. Terlalu dituntut untuk mengetahui semuanya, terlalu dituntut untuk memenuhi standar manusia yang beredar di media. 

Kita terlalu sok tahu tentang hidup kita.

Mengira satu kondisi akan menyelesaikan masalah hidup. 

Dan, lihatlah. 

Tercapai satu kondisi. Rentetan masalah berdatangan. 

Sekarang kita ingin cepat mati, tetapi tak pernah mempersiapkan apa-apa. 

Oh, betapa kita terlalu sok tahu tentang hidup kita. 

Dan pada akhirnya manusia saling bersaing satu sama lain, saling bergelut untuk menjadi yang paling sempurna hingga melupakan makna hidup sesungguhnya. Yang mengakibatkan mereka takut akan gagal, takut akan memulai, takut terhadap kritik, takut untuk mencoba. 

Lantas, mengapa kita tak menganggap ini sebagai tantangan untuk membuktikan pada dunia bahwa berlian tetap bersinar di padang pasir yang kering?


Padahal hidup ini adalah menemukan pengalaman-pengalaman yang membuat hidup kita berarti dan berharga. Bisa mencakup hal-hal seperti memperoleh pengetahuan, membangun hubungan yang kuat, memberikan kontribusi kepada orang lain, menciptakan kenangan yang berharga, dan mengalami kebahagiaan serta kedamaian batin. Selain itu, hidup juga memberi kesempatan untuk berkembang, belajar, mencipta, dan menemukan makna dalam pengalaman hidup kita.

Seperti yang dikatakan oleh Alvi Syahrin dalam karyanya yang berjudul "Jika kita tak pernah jadi apa-apa". Membawa kita untuk mengulik hal yang seharusnya kita tau dalam hidup ini. 

Kita semua bermula dari tak tahu apa-apa.

Namun, kita tidak menyerah.

Kita mencoba ini-itu.

Terus menekuninya.

Sampai lupa bermimpi.

Lalu, tahu-tahu, jadi seperti ini.

Dan, kamu...

Kamu pun bermula dari tak tahu apa-apa.

Namun, cobalah segalanya.

Dalam kutipan ini kita diajak untuk tidak takut mencoba sesuatu, karena sejatinya semua orang berawal dari tidak tahu apa-apa dan bisa menjadi super hebat hanya dengan memulai sesuatu, mencobanya, hingga berhasil menemukan hal penting dari pengalaman tersebut. 

Dalam hidup juga seringkali manusia bersikap egois atas pencapaian yang telah mereka dapatkan, atas pencapaian orang lain, atas berbagai hal yang menurutnya merasa harus di kritik bahkan harus diselesaikan dengan ego namun bisakah kita sebagai manusia menghargai manusia lainnya. 

Egois adalah sikap atau perilaku yang cenderung hanya memikirkan diri sendiri dan kepentingan pribadi tanpa memperhatikan atau peduli terhadap kepentingan orang lain.

Hidup ini sudah menyakitkan, bisakah kita saling memahami?


Pada akhirnya...., setiap orang punya prioritas dan kebutuhan berbeda. 

Dan, setiap orang punya cerita berbeda menuju kesuksesan.

Disini Alvi Syahrin mengajak kita untuk tidak bersikap egois, tidak menghakimi hidup orang lain, karena sejatinya dalam hidup ini pemeran utamanya adalah diri kita sendiri, yang hanya tau hidup ini adalah diri kita sendiri orang lain tidak berhak tau maupun ikut campur dalam urusan hidup kita. 

Apakah kebahagiaan tergantung pada pencapaian materi? Apakah keberhasilan hidup diukur dari prestasi dan pengakuan sosial?

Melalui karyanya, Alvi Syahrin mengajak kita untuk melihat kehidupan dari perspektif yang lebih luas dan mendalam. Dia menunjukkan bahwa nilai sejati kehidupan bukanlah terletak pada apa yang kita capai secara material, melainkan pada perjalanan kita untuk menemukan diri kita sendiri dan makna hidup yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun