Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cakar-Cakaran Koalisi Perubahan

27 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   17:02 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibarat anak muda, cerita Koalisi Perubahan yang digagas Demokrat, Nasdem dan PKS untuk mengusung Anies Baswedan adalah kisah cinta yang dipaksakan. Tak ada ketulusan dalam koalisi itu. Yang ada hanya cakar-cakaran dan saling cari aman.

Koalisi Perubahan seolah hanya keren dan mesra di media. Tapi di dalamnya, isinya semua saling curiga. Siapa akan dimakan siapa. Siapa dapat untung dan siapa yang harus dikorbankan.

Ceritanya begini. Awalnya Nasdem tiba-tiba mengusung Anies Baswedan sebagai Capres 2024 pada Oktober 2022. Setelah deklarasi itu, muncul dugaan bahwa Demokrat dan PKS akan gabung jadi satu.

Para elit dari tiga partai sering bertemu. Membahas sejumlah hal tentang bagi-bagi tugas dan kewajiban. Publik disajikan tentang kampanye capres yang kepagian.

Tapi Koalisi Perubahan tak kunjung dideklarasikan. Bahkan usai Nasdem deklarasi Anies Oktober 2022, Demokrat baru memutuskan mendukung Anies pada Januari 2023. Itupun hanya sebatas lisan belaka. Belum ada deklarasi resmi dari Demokrat sampai saat ini.

Kabar akan adanya deklarasi bersama partai-partai Koalisi Perubahan pada 24 Februari juga omong kosong belaka. Tepat di hari itu, hanya PKS yang melakukan deklarasi. Lagi-lagi, Demokrat masih diam tanpa aksi. Hanya mengumbar janji, bahwa Demokrat pasti dukung Anies.

Cakar-cakaran di Koalisi Perubahan bukan tanpa sebab. Selain mungkin karena belum adanya kesepakatan siapa yang akan mendampingi Anies, soal pendanaan juga jadi problemnya.

Kabar burung menyebutkan, koalisi ini belum menemukan kata sepakat terkait hak dan kewajiban iuran untuk modal pemenangan.

Itu karena memang dua partai di Koalisi Perubahan yakni Demokrat dan PKS sedang kering kerontang. Keputusan mereka menjadi oposisi Jokowi membuat dompet partai terus menipis. Lama-lama juga pasti habis.

Praktis hanya Nasdem yang disebut punya modal besar. Masuknya Nasdem dalam koalisi Jokowi, membuat kas partai tak sampai defisit.

Makanya, Nasdem merasa jumawa dengan berbuat seenaknya. Kita ingat, ketika Demokrat dan PKS tak kunjung jelas arah dukungannya, Surya Paloh memainkan strategi mendekati Jokowi dan Prabowo Subianto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun