Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Santri Turun Gunung

22 Maret 2022   12:25 Diperbarui: 22 Maret 2022   12:46 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya, santri tak terlalu tertarik dalam perhelatan politik. Mereka hanya diam di pondok atau di lembaga-lembaga kajian keagamaan, tanpa harus ramai dan muncul ke permukaan.

Tapi kali ini beda. Santri-santri di berbagai daerah di Indonesia kompak turun gunung. Seolah tak mau lagi jadi penonton, mereka muncul dengan pernyataan tegas. Mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.

Kenapa santri turun gunung dan kenapa mereka mendukung Ganjar? Dua pertanyaan itu cukup mengganggu tidur malam saya. Kalau tak ada alasan kuat, pasti tak ada gerakan dari mereka.

Banyak alasan yang disampaikan ketika santri menggelar deklarasi. Menurut berita yang ditulis media, santri mendukung Ganjar karena dinilai pemimpin nasionalis, dinamis, agamis dan bersih dari korupsi.

Bagi kebanyakan orang, alasan itu cukup masuk akal. Tapi bagi saya, tetap ada yang mengganjal. Masih ada yang kurang gitu. Nggak mungkin hanya karena alasan itu.

Seperti film-film silat jaman dulu, para pendekar banyak yang hidup menyepi di gunung atau hutan. Sehari-hari, para pendekar itu menempa ilmu dengan para guru di sejumlah padepokan. Mereka hanya turun gunung, jika ada kekacauan yang harus diselesaikan.

Sama halnya dengan para santri. Jika tidak ada kekacauan dalam politik, tak mungkin mereka turun gunung untuk berjuang. Menyatakan sikap terlibat dalam kancah perpolitikan.

Lalu kekacauan apa yang terjadi saat ini?

Politik identitas. Yah, ini alasan paling kuat menurut saya yang mendasari fenomena santri turun gunung. Mereka melihat, politik di Indonesia sudah tidak sehat.

Ada banyak kepentingan identitas yang bermain di sana. Suku, agama, ras, golongan dan lainnya. Dan yang paling mengerikan, adalah kepentingan kalangan intoleran dan berisiknya kelompok ekstrim kanan.

Sudah bukan rahasia umum lagi, kalau praktik demokrasi kita sudah disusupi. Kelompok-kelompok intoleran telah berhasil menunggangi demokrasi. Nempel ke tokoh yang kuat, mereka berjuang memenangkan kontestasi untuk menguasai sekaligus mengembangkan doktrinasi.

Pilkada Jakarta adalah bukti nyata betapa mengerikannya gerakan kelompok ini. Mereka sempat menebar ancaman pada Pilpres 2019, tapi masih bisa digagalkan. Meski sampai sekarang, akibatnya menimbulkan konflik berkepanjangan.

Tak ingin Indonesia seperti Jakarta, para santri kini turun gunung menyatakan sikap. Mereka akan berjuang melawan oknum-oknum yang berniat jahat. Pilpres 2024 nanti, calon yang didukung kelompok intoleran dan ekstrim kanan tak boleh menjabat.

Ini bukan hanya soal santri ingin terlibat dalam politik. Tapi lebih dari itu, ini adalah perjuangan mempertahankan Indonesia dari kehancuran. Dan salah satu tokoh yang bisa menjadi kunci keberhasilan perjuangan itu tak lain adalah Ganjar Pranowo.

Tak salah santri memilih Ganjar. Dibanding calon presiden lain, hanya Ganjar yang dengan tegas menolak semua paham intoleran dan radikal. Sikap Ganjar sudah jelas. NKRI harga mati!

Sikap itu telah menjadi prinsip Ganjar. Sejak menjabat sebagai Gubernur Jateng, ia selalu tegas melawan semua hal berbau intoleran dan paham radikal. Ia selalu menekankan pada bawahannya, untuk setia pada Pancasila dan UUD 1945.

Ia mewajibkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) termasuk para guru di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk tanda tangan Pakta Integritas. Intinya, mereka diminta setia kepada Pancasila, UUD '45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI serta tidak berafiliasi dengan organisasi terlarang. Ganjar tak segan mencopot siapapun yang terindikasi radikalisme.

Bukan omong kosong. Setidaknya ada tujuh guru penjabat kepala sekolah yang dibina karena terindikasi terlibat gerakan radikalisme. Pembinaan ini tentu langkah awal sebelum sanksi copot dari jabatan diberikan.

Ganjar juga aktif turun gunung menyampaikan pesan damai. Melalui program Gubernur Mengajar, ia langsung menemui para siswa di sekolah untuk memberikan pemahaman tentang Keindonesiaan. Ia juga menggandeng eks narapidana terorisme untuk menyuarakan deradikalisasi kepada siswa dan masyarakat. Mereka diminta sosialisasi tentang bahayanya paham radikal dan intoleransi.

Ganjar juga menggandeng sejumlah ulama dan tokoh agama untuk membuat kurikulum anti radikalisme dan intoleransi. Kurikulum itu nantinya akan diajarkan ke semua sekolah yang ada di Jawa Tengah.

Praktik baik inilah yang menjadikan santri se Nusantara mantab mendukung Ganjar. Mereka yakin, hanya Ganjar yang layak meneruskan estafet pemerintahan. Ganjar harus didukung, agar Indonesia tak berkabung. Karena tokoh lain, banyak yang sudah jelas berafiliasi dengan kelompok-kelompok sampah demokrasi. Mereka para kaum intoleran dan penganut ajaran agama ekstrim kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun