Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Santri Turun Gunung

22 Maret 2022   12:25 Diperbarui: 22 Maret 2022   12:46 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada Jakarta adalah bukti nyata betapa mengerikannya gerakan kelompok ini. Mereka sempat menebar ancaman pada Pilpres 2019, tapi masih bisa digagalkan. Meski sampai sekarang, akibatnya menimbulkan konflik berkepanjangan.

Tak ingin Indonesia seperti Jakarta, para santri kini turun gunung menyatakan sikap. Mereka akan berjuang melawan oknum-oknum yang berniat jahat. Pilpres 2024 nanti, calon yang didukung kelompok intoleran dan ekstrim kanan tak boleh menjabat.

Ini bukan hanya soal santri ingin terlibat dalam politik. Tapi lebih dari itu, ini adalah perjuangan mempertahankan Indonesia dari kehancuran. Dan salah satu tokoh yang bisa menjadi kunci keberhasilan perjuangan itu tak lain adalah Ganjar Pranowo.

Tak salah santri memilih Ganjar. Dibanding calon presiden lain, hanya Ganjar yang dengan tegas menolak semua paham intoleran dan radikal. Sikap Ganjar sudah jelas. NKRI harga mati!

Sikap itu telah menjadi prinsip Ganjar. Sejak menjabat sebagai Gubernur Jateng, ia selalu tegas melawan semua hal berbau intoleran dan paham radikal. Ia selalu menekankan pada bawahannya, untuk setia pada Pancasila dan UUD 1945.

Ia mewajibkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) termasuk para guru di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk tanda tangan Pakta Integritas. Intinya, mereka diminta setia kepada Pancasila, UUD '45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI serta tidak berafiliasi dengan organisasi terlarang. Ganjar tak segan mencopot siapapun yang terindikasi radikalisme.

Bukan omong kosong. Setidaknya ada tujuh guru penjabat kepala sekolah yang dibina karena terindikasi terlibat gerakan radikalisme. Pembinaan ini tentu langkah awal sebelum sanksi copot dari jabatan diberikan.

Ganjar juga aktif turun gunung menyampaikan pesan damai. Melalui program Gubernur Mengajar, ia langsung menemui para siswa di sekolah untuk memberikan pemahaman tentang Keindonesiaan. Ia juga menggandeng eks narapidana terorisme untuk menyuarakan deradikalisasi kepada siswa dan masyarakat. Mereka diminta sosialisasi tentang bahayanya paham radikal dan intoleransi.

Ganjar juga menggandeng sejumlah ulama dan tokoh agama untuk membuat kurikulum anti radikalisme dan intoleransi. Kurikulum itu nantinya akan diajarkan ke semua sekolah yang ada di Jawa Tengah.

Praktik baik inilah yang menjadikan santri se Nusantara mantab mendukung Ganjar. Mereka yakin, hanya Ganjar yang layak meneruskan estafet pemerintahan. Ganjar harus didukung, agar Indonesia tak berkabung. Karena tokoh lain, banyak yang sudah jelas berafiliasi dengan kelompok-kelompok sampah demokrasi. Mereka para kaum intoleran dan penganut ajaran agama ekstrim kanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun