Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh air laut yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan sosial.Â
Abrasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut, penurunan tanah, gelombang, arus, angin, dan aktivitas manusia yang merusak hutan mangrove.
Hutan mangrove adalah ekosistem yang terdiri dari tumbuhan khusus yang tumbuh di daerah pasang surut.Â
Hutan mangrove memiliki banyak manfaat bagi lingkungan dan kehidupan, seperti melindungi pantai dari erosi dan abrasi, menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, menyediakan habitat bagi berbagai biota laut, menghasilkan bahan baku industri dan obat-obatan, serta menjadi tempat wisata, penelitian, dan pendidikan.
Sayangnya, hutan mangrove di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup parah akibat alih fungsi lahan, pembangunan infrastruktur, pencemaran, dan eksploitasi berlebihan.Â
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, luas hutan mangrove di Indonesia sekitar 3,49 juta hektare, namun 637.624 hektare di antaranya dalam kondisi kritis.
Salah satu daerah yang terkena dampak abrasi akibat kerusakan hutan mangrove adalah Mangkang, Semarang. Daerah ini merupakan salah satu lokasi penangkapan ikan bandeng yang terkenal di Jawa Tengah.Â
Namun, sejak tahun 1995, Mangkang mulai mengalami abrasi yang mengancam lahan tambak dan pemukiman warga. Banyak warga yang harus meninggikan rumah mereka atau bahkan pindah ke tempat lain karena terendam air laut.Â
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk melestarikan hutan mangrove di Mangkang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanam bibit mangrove di kawasan yang terancam abrasi.Â
Penanaman mangrove dapat membantu memperkuat tanggul alami yang dapat menahan ombak dan arus laut, serta meningkatkan produktivitas perikanan dan keanekaragaman hayati.Â